Bab 1

113 15 6
                                    

Langit-langit ruang terlihat kabur, dengan warna putih yang menentramkan hati. Beberapa kali dia menghela nafas dalam. "Pada akhirnya aku tidak lagi merasakan kesakitan. Pada akhirnya beban di pundak ku telah terangkat dengan kuasa Tuhan." senyum Baldwin terukir dengan samar.

Dia telah mati, dan semua urusan dunia telah dia tinggalkan di sana. "Ku harap rakyatku selalu dalam lindungan tuhan. Meskipun aku ragu dengan Guy, disekitar."

"Ayah, apa kamu sudah bangun?"

Baldwin tidak yakin dengan apa yang telah di dengarnya. Dengan perlahan ia menoleh, melihat ke arah sumber suara. Di sana, dibalik celah daun pintu yang terbuka, wajah masa kecilnya mengintip.

Wajah kaku Baldwin di paksa berkerut, menatap bocah kecil di sana dengan lebih serius.

Ke seriusan wajah ayahnya lebih mengerikan, dan sisa keberanian anak kecil itu seketika runtuh. Dia berlari sambil berteriak. "Ibu ayah sudah siuman." 

Apa ini? Bukankah dia sudah mati?

Ayah? Ibu? Apa maksudnya? Bukankah dia Baldwin V, putra kecil sybilla? Aku pamannya. Kenapa dia menyebutku sebagai ayah?

Tidak lama Baldwin IV mendengar langkah tergesa-gesa dari luar yang semakin mendekat.

Dia menantikan wajah yang dikenalnya. Dia akan bertanya pada adiknya, apa yang telah terjadi, namun hal itu tidak datang.

Seorang wanita asing masuk kedalam ruangan nya. Dibalik wanita itu, bocah yang dia sangka sebagai Baldwin V bersembunyi. Dia Mengintip dan ketakutan.

Aku tidak terkejut, Baldwin V memang selalu takut padanya. Dia bahkan bertemu hanya sekali saat aku menobatkannya sebagai pengganti ku.

Tetapi siapa wanita ini? Dia sangat ketakutan padaku? Tidak heran, wajahku sudah sangat buruk, dia pasti ketakutan setengah mati.

"Apakah kamu merasa tidak nyaman di suatu tempat?"

Suaranya sangat merdu. Dan wajah wanita itu sangat enak untuk dilihat.

"Tidak." jawabnya singkat.

Dia berjalan mendekat, dengan sangat hati-hati. Matanya terus tertuju pada tangan Baldwin yang di perban. Saat tangannya hendak meraih lengan Baldwin, secara alami ia berusaha meraihnya namun wanita itu cukup terkejut dan memiliki reaksi yang berlebihan. Dia menyembunyikan kepalanya di balik lengan. Seperti postur pertahanan. Apa yang salah dengannya? Dia hanya akan menarik tangannya karena takut jika wanita itu akan ketakutan saat melihat borok basah di tangannya.

"Kamu....."

"Ayah! Bahkan jika kamu memukuli ku dan ibu, kami tidak akan pernah meninggalkan mu." teriak bayi itu datang mendekat dan berdiri di depan wanita itu.

Wanita itu meraih lengan pria kecil di depannya. Dia menelan ludah dengan susah payah dan membusungkan dadanya, seolah dia sedang berusaha mengumpulkan kekuatan untuk bertarung. "Sudah ku katakan, aku tidak takut dengan luka-luka mu. Aku tidak keberatan. Pukul aku, aku tidak akan meninggalkan mu sampai kapan pun."

"?????????" Baldwin semakin kebingungan. Dia menatap dua orang di samping ranjangnya secara bergantian.

"Jinny... Bagaimana situasi nya?"

Seorang pria baya muncul dari pintu, dia menggunakan setelan formal dengan warna hitam potongan rapi. Dan juga dia menggunakan masker yang menutup sebagian wajahnya.

Wanita Jinny berbalik, dia menghampiri pria itu dan memeluknya. "Ayah, coba periksa dengan cermat. Apakah Baldwin baik-baik saja? Dia terus diam. Aku khawatir." adunya dengan suara yang parau.

Raja Lepra Menyebrangi  WaktuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang