Hurein datang pagi-pagi sekali. Membawa sekantong belanjaan di dalam pelukannya. Ketika dia memasuki dapur, dia menemukan Jinny sedang berkutat dengan menu sarapan.
"Nona, biarkan aku yang melakukannya. " seru Hurein menghabur ke arahnya dan siap mengambil alih, tapi Jinny menolak. Dia bersikap seolah tidak mendengar apapun.
Jinny membuat sandwich dan bekal makanan untuk Husein. Susu panas juga tidak tertinggal. Hurein yang berdiri di sampingnya tidak tahan. Dia terisak melihat nona kecilnya telah tumbuh dan tumbuh. Sudah lama dia tidak melihat Jinny tersenyum secerah itu, hingga mencapai sudut matanya.
"Bibi, kamu bisa menyiapkan piring-piring, sarapan sebentar lagi akan siap. " Seru Jinny terus menyibukkan diri.
Hurein tidak membuang waktu, dia segera menyambar tiga piring dan meletakkannya di meja besar. Mengangkut beberapa hidangan yang telah siap.
Tidak lama Husein datang, dia telah berpenampilan dengan rapi. Putranya sangat patuh. Dia tidak menunggu ibunya berteriak dan merawat dirinya sendiri dengan baik.
Jinny menyambut putranya dengan senyuman terbaik. "Selamat pagi ibu! " seru Husein berlari ke sisi Jinny, berjinjit memberinya ciuman di pipi.
"Selamat pagi, sayang. "
Husein melihat makanan di atas meja dengan mata yang cerah. Sudah lama dia tidak melihat hidangan seperti ini. Sebenarnya bukan pada hidangannya tetapi lebih ke pembuatnya. Husein sangat menyukai sarapan hari ini.
"Husein, panggil ayahmu. Ajak dia sarapan. " kata Jinny lagi memberi perintah.
Bocah Husein melesat pergi ke kamar Baldwin.
Baldwin duduk di tepi ranjang, dia menggoyang-goyangkan kakinya di atas lantai.
"Ayah! " seru Husein menghambur kedalam pelukan Baldwin.
Pria kecil itu mendaratkan satu kecupan yang dalam. "Selamat pagi ayah... " cicit suara susu dari sanggul kecilnya.
"Kamu sudah sangat rapi dan wangi. " Baldwin memeluknya sembari sedikit ayunan kesamping.
"Eun! Aku sudah siap. Ibu juga sudah memasak sarapan untuk kita. Ayo ayah! Kita sarapan bersama. " anaknya lagi menarik-narik lengan Baldwin.
Baldwin tersenyum melihat tingkah ceria putranya. Dan melemparkan keraguan jauh ke belakang. "Tunggu, ayah harus bergerak perlahan. " Ujarnya mengambil tongkat penyangga.
Husein berdiri tidak jauh darinya, menunggu Baldwin dengan telaten. Kesabaran pria kecil itu tidak perlu diragukan. Sama seperti ibunya, lembut, sabar dan sabar.
Tangan kecilnya terus terulur, untuk berjaga-jaga jika sesuatu yang tidak di inginkan terjadi. Melihat hal itu, hati Baldwin terasa hangat. Dia merasa begitu dicintai.
"Ayah, berhati-hati. Perhatikan setiap langkah. " cicit Husein melihat ke arah kaki-kaki ayahnya.
"Ya, aku akan melakukannya. "
Keduanya berjalan bersama. Husein terus menjaga ayahnya dengan cermat. Ketika sesuatu menghalangi, dia akan menyingkirkannya.
"Ibu kami datang... " teriak Husein memimpin Baldwin.
Jinny dan Hureen mengalihkan pandangan mereka, memandang ayah, anak yang sedang berjalan bersama.
Hurein adalah wanita tua dengan hati lembut. Pemandangan seperti itu sudah membuat air matanya meleleh.
Senang bisa melihat hal ini. Tuan muda yang ceria, nyonya muda tertawa dan tuan tidak lagi dingin.
"Bibi, beri aku satu piring tambahan, ayo kita makan bersama. " ujar Jinny membantu Baldwin untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Raja Lepra Menyebrangi Waktu
FanficBaldwin IV terbangun dan mendapati dirinya berada di tempat yang sama sekali berbeda di era nya. Tidak hanya lingkungan yang berbeda, secara mengejutkan, dia benar-benar memiliki pasangan dan seorang anak yang tampan? dia tidak terkejut dengan tat...