Bab 2. Pangeran Kekaisaran

1.1K 124 18
                                    

Lelang amal itu baru dibuka beberapa saat setelah tengah malam, ketika jamuan makan malam usai. Kini sudah hampir pukul empat dini hari dan kegiatan lelang sebentar lagi berakhir.

"Nomor 210, sepasang gelang permata merah laut dalam putri duyung dari abad ke 17."

Gelombang gairah menggelegak dalam ruangan penuh sesak itu. Bertatahkan perak berkilau murni, permata putri duyung itu adalah daya tarik utama lelang dan diramalkan akan terjual lebih dari lima ratus juta.

Di belakang ruangan seorang, lelaki tinggi- dengan rambut halus keperakan yang dipotong pendek- siap membayar dua kali lipat angka itu.

Pangeran mahkota kekaisaran Adin duduk terpisah dari kerumunan, melipat kedua tangannya dengan Santai di depan dada, tuxedo sutra hitamnya yang dijahit dengan hati-hati tampak tidak kusut sedikitpun. Matanya yang kecoklatan seperti batu menyapu para penawar lain, memperhatikan dengan seksama dan menilai mereka. Sebenarnya hanya ada lima penawar yang harus benar-benar diawasinya, dua kolektor pribadi, seorang anggota kerajaan Caro, dan dua orang pemilik guild pedagang dari Kerajaan Breck. Pengunjung lainnya sudah lelah, kehabisan dana, atau enggan mengajukan penawaran untuk gelang itu.

Adin menyukai segala jenis permata yang berharga. Dia sudah lama mengoleksi barang-barang mahal dan langka yang cantik, tidak menginginkan pasangan permata satu ini melengkapi koleksi permata langka miliknya.

"Bisakah kita buka penawaran pada satu miliar?"

Adin mendongak menarik perhatian juru lelang, lalu mengangguk.

Juru lelang telah menduga penawaran akan datang darinya dan balas mengangguk.

"Saya menerima penawaran satu miliar dari Pangeran Mahkota Kekaisaran, selaku pendukung dan sponsor paling Dermawan di acara amal ini."

Tepuk tangan terdengar di sana-sini, sementara beberapa orang menoleh ke arah Adin lalu mengangkat gelas. Adin membalas dengan senyuman sopan.

"Ada penawaran lebih dari satu miliar?" Tanya juru lelang.

Salah seorang kolektor pribadi mengangkat tangannya sedikit.

"Satu miliar dua ratus?" Juru lelang kembali menengok ke arah Adin, yang langsung mengangguk.

Dalam tiga menit berikutnya serentetan penawaran mengangkat harga ke satu miloar lima ratus. Hanya tinggal tiga penawaran serius yang tersisa, Adin, anggota keluarga kerajaan Caro, dan satu pemilik guild pedagang.

Bibir tipis Adin menyunggingkan senyum langka. Kemudian senyumnya pupus ketika dia melihat seorang pelayan kekaisaran mendekatinya di belakangnya tanpa suara. Sesaat dia tergoda untuk mengabaikannya, dia telah memberi perintah tegas kepada stafnya agar tidak mengganggu kecuali dalam keadaan luar biasa genting. Dia tahu stafnya tidak akan datang kecuali dalam keadaan yang benar-benar darurat.

Pelayan menyerahkan surat pemberitahuan kepadanya, detik itu juga Adin menyuruh salah satu ajudannya untuk menggantikannya dalam lelang. Langsung berbalik, dia melangkah keluar ruangan dan memasuki gerbong kereta mewah yang telah disediakan untuknya. Di belakangnya m, dia bisa mendengar Palu juru lelang mengetuk mimbar. "Terjual satu miliar enam ratus..." menyerahkannya tempat lelangnya pada ajudannya tidak menjadi masalah.

Adin membuka surat resmi bersegel mewah sesaat ketika gerbong lereta mulai bergerak, suara kertas yang bergemerisik pelan dengan halus memperlihatkan coretan tinta yang dibuat dengan hati-hati.

Untuk salah satu temanku yang terkasih Pangeran Mahkota Kekaisaran Adin.

Adin melihat bahasa yang dia pelajari di masa mudanya, bahasa Kerajaan Roan.

Love In Palace | S2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang