Aku Kalah.

7 3 0
                                    


~𖹭~

Dari aku untuk dia:

Aneh, ada perasaan geli yang menjalar di bagian dadaku. Lebih anehnya lagi rasa geli itu ada tiap wajahmu yang tiba-tiba singgah di pikiranku. Rasa geli yang nyaman itu mulai ku terima walau pada awalnya aku menolak segala alasan tentang mengapa rasa itu tiba-tiba ada.

Mungkin hal ini berawal dari peran yang kita ambil dalam sebuah drama yang akan kita tampilkan untuk acara yang akan diadakan di penghujung semester nanti.

Kita jadi sepasang suami istri dalam drama itu. Sepasang suami istri yang masih saling mencintai dan bertingkah mesra walau umur sudah tidak muda lagi.

Aku masih ingat ketika kau dengan susah payah menyebut kata "istriku" saat memanggilku. Aku tak takut, ini hanya drama. Lalu karena tak mau kalah, ku beranikan jiwa ini memanggilmu "suamiku", padahal hal itu tak tertulis di naskah. Lucunya aku sendiri juga kegelian menyebut kata itu.

Dari semenjak aku duduk di bangku sekolah dasar, aku tak lagi bergaul dengan teman-teman lelaki ku karena latar belakang sekolahku. Aku jarang bahkan hampir tidak pernah berinteraksi dengan mereka. Bahkan ada masa ketika saat itu aku baru punya pacar untuk pertama kali, tak ku biarkan sedikitpun pacarku menyentuhku karena ada perasaan terancam tiap kali dia mencoba menyentuhku (kalian tau? Rasanya hanya tidak nyaman daja). Lucunya lagi aku tak bisa bersikap layaknya pacar yang romantis karena lidahku terus merasa aneh ketika mengucapkan kata-kata sayang. Mungkin karena itu aku merasa kegelian.

Kita tak pernah berbicara sebelumnya. Bahkan walau pernah mengambil kelas yang sama tak sekalipun kita pernah berkomunikasi secara intens. Hanya dalam drama ini kita berkomunikasi, bahkan setelah selesai latihan pun kita kembali dengan aktivitas masing-masing.

Mengetahui fakta bahwa kau juga merasa aneh ketika menyentuh wanita membuatku merasa tertantang untuk bersikap layaknya suami istri yang asli dalam drama ini. Aku akan melakukan ini dengan senang hati, pikirku kala itu.

Semakin sering aku di dekatmu, aku makin hafal dengan aroma tubuhmu. Wangi yang tak pernah aku hirup sebelumnya itu anehnya membuatku merasa nyaman dan ingin terus menghirupnya. Wangi itu berbeda dengan wangi parfum yang telah ku hirup sebelumnya. Bahkan beberapa kali aku jalan dan berbaur dengan laki-laki lain, tak kutemukan diriku senyaman itu selain ketika aku berada di dekatmu.

Deja vu, perasaan ini mirip dengan perasaan yang pernah aku rasakan dahulu. Ku dapati diriku tiba-tiba memperhatikanmu. Tiba-tiba aku jadi tak bisa memandangmu seperti aku memandang teman laki-laki ku yang lain. Tiba-tiba rasanya aku jadi selalu ingin berbicara denganmu. Rasanya aku iri ketika ada wanita lain yang bisa dengan lancarnya berbicara denganmu, sedang aku butuh alasan untuk berbicara denganmu.

Aneh, seingatku hati ini hampir mirip kerasnya dengan batu es.

~𖹭~

Is It Called Love?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang