Tidak Peka

385 79 8
                                        

🌸Aku Merindu part 17🌸

Selesai sarapan Amanda dan Aldebaran melakukan perjalanan ke sebuah bukit. Acara honeymoon tetap harus dilakukan meski pasangan ini masih bersikap dingin pada masing-masing. Amanda begitu karena ulah Al sendiri yang selalu berubah sikap, kadang lembut, cuek dan tiba-tiba bisa perhatian. Wanita mana yang tidak karuan menghadapi sikap lelaki Seperti ini.

"Aku jadi penasaran dengan istri pertamanya, dulu sedingin ini, gak, sih. Ajak jalan, ngobrol sekenanya. Giliran gak dianggap eh ... main pegang-pegang. Ya Allah, aku juga kenapa bisa segengsi ini sama dia. Dia suami aku," batin Amanda.

Mereka bersama menuju bukit dengan diantar salah satu tour guide yang lebih dulu melangkah di depan. Sudah setengah perjalanan membuat Amanda cukup lelah dan berhenti sejenak untuk duduk di atas bebatuan. Namun, Al menarik napas panjang dan mengeluh.

"Begitu saja sudah kelelahan," ketus Al sambil terkekeh.

"Ya ampun ... wajar, lah. Aku perempuan pasti capek naik ke atas. Bisa-bisanya anda bilang seperti itu," balas Amanda.

"Bukannya putri Abdullah Ahmad itu seorang yang luar biasa? Ini terlihat manja dan kurang gigih. Bahkan bisa tertipu klien juga."

"Kenapa bahas soal itu?"

"Nyatanya begitu, dulu waktu kita kena skandal itu karena kesalahan kamu yang bisa begitu saja terjebak klien."

"Ya mana aku tahu. Aku baru di Indonesia, apesnya malah disuruh nikah sama kamu. Kupikir kamu lelaki lembut, sabar dan penyayang. Sekarang terlihat aslinya, cuek dan tidak perhatian. Kalau bukan karena Abi, tentu saja aku tidak mau menikah, nyebelin!"

Amanda merapikan kerudungnya yang sedikit melorot. Hal itu tidak luput dari perhatian Aldebaran.

"Saya juga tertipu penampilan. Saya pikir kamu perempuan lembut dan sopan karena memakai kerudung, ternyata bar-bar juga, ya," kata Al santai.

"Anda harus istighfar. Tidak ingat pertemuan pertama kita di mana? Seseorang yang sudah ke tanah suci, tapi ucapannya sangat keterlaluan."

"Itu, kan, hanya kiasan dariku, Nona ," kata Al sambil melirik tajam ke Amanda. "Tapi cocok juga untuk seorang Amanda Ryana Ahmad." Al justru semakin terkekeh.

Amanda bangkit dari duduknya dan kembali berjalan mendahului Aldebaran. Entah kenapa ada keseruan tersendiri di hati Aldebaran ketika bisa berdebat panjang dengan wanita itu. Ia tidak sangka jika Amanda pun bersikap dingin. Al pikir wanita itu akan seperti wanita lainnya, nyatanya penilaian Aldebaran kali ini salah. Mereka semakin melangkah naik ke atas bukit. Suasana dingin menjalar saat perjalanan hampir menuju puncak. Toure guide memberitahu jika sore pasti ramai dan sunset akan nampak indah. Pemandangan itu yang semua orang tunggu.

Amanda baru pertama kali ke sana. Ia tidak sangka jika Indonesia memiliki banyak pemandangan yang begitu indah. Ada keinginan untuk bisa berkeliling Indonesia dan menjelajahi setiap pesona alam yang ditawarkan dari Sabang sampai Merauke.
Tanpa terasa sore tiba. Banyak yang menunggu fenomena senja di atas bukit. Pemandangan hijau terhampar membuat mata yang menatapnya takjub, begitu pula dengan Amanda dan Aldebaran. Mereka sudah berada di puncak dan bersiap untuk mengabadikan momen.

"Untung di sini ada musholla jadi setelah selesai melihat sunset bisa langsung beribadah salat magrib," ucapnya di dengar Aldebaran.

Mereka selesai melaksanakan salat magrib kemudian menuju penginapan yang ada di bukit. Lebih banyak yang menyewa tenda jadi, mau tidak mau mereka pun harus melakukan itu karena jika kembali ke penginapan tidak akan bisa kecuali sangat gelap. Akhirnya mereka menyewa tenda yang sudah disediakan dan kembali akan menikmati suasana sunrise esok pagi.

***

Di rumahnya, Elsa masih tidak percaya jika dia bertemu wanita yang mirip dengan sang kakak. Ia pun tidak sengaja bertemu Rendy di sebuah pusat perbelanjaan. Rendy selesai mengantarkan ibunya, begitu juga Elsa selesai membeli makanan ringan. Elsa pun bertegur sapa dengan Bun Maya juga Rendy.

"Kebetulan ada Mbak Elsa, bagaimana kalau kita makan malam bareng?" pinta Maya membuat Elsa tidak enak jika harus menolak. Mereka bertiga duduk di kafetaria dan memesan makanan.

"Seandainya Katrin masih ada, mungkin saya kalau mau pergi atau belanja akan ditemani dia. Biasanya ketrin selalu sigap jika saya ajak jalan-jalan," ungkap Maya.

"Pasti Tante Maya kangen sekali dengan ketrin," balas Elsa.

"Begitulah. Apalagi sekarang Rendy tinggal sendiri jadinya kurang keurus, deh," timpal Maya.

Elsa mengangguk tersipu, sedangkan Rendy merasa tidak enak dengan obrolan dari ibunya tersebut meskipun itu hal yang benar terjadi. Tidak lama kemudian saat mereka tengah makan, rupanya Rendy sengaja melirik ke arah Elsa yang tanpa diduga Elsa pun demikian hingga membuat keduanya langsung menundukkan kepala secara bersamaan. Selesai makan malam mereka kembali ke rumah masing-masing tanpa sengaja saling mengingat kejadian ketika terjebak di dalam lift.

"Kok, Aku malah inget kejadian waktu di lift. Ampun deh," racau Elsa.

***

Cuaca dingin serta semilir angin terasa menusuk walaupun selimut tebal juga jaket menutupi tubuh, tetapi masih belum mampu untuk menyembunyikan rasa dingin yang menjalar. Amanda dan Al ada dalam satu tenda, mereka belum menutup mata. Keduanya sibuk dengan pikiran juga keadaan masing-masing. Tidak bisa menghindar ketika harus tidur dalam satu ruangan bahkan dengan ukuran sempit seperti ini. Ada perasaan aneh dalam hati Amanda. Tidak dipungkiri jika saat ini ia tengah bersama lelaki yang sudah resmi jadi suaminya. Sementara itu, Aldebaran melirik ke arah ponselnya yang sedari tadi tidak menyala. Ia lupa membawa charger juga tidak ada sinyal di sana. Ia pun kesal dan memilih untuk tidur lebih awal dari Amanda. Sikapnya justru biasa saja saat berdekatan dengan wanita yang menjadi istrinya itu. Perlahan ia mulai merasa aneh dengan sikap Amanda yang membuatnya risih.

"Cepat tidur!" titahnya pada Amanda.

"Mana bisa tidur, jika di sisimu ada lelaki asing begini," dalih Amanda.

"Lelaki asing? Tidak usah drama, saya suami kamu jadi tidak salah jika kita menyewa tenda khusus berdua."

"Tetap saja aku merasa gak nyaman."

"Pasti pikiranmu kotor, ya."

Amanda malah terbangun dan langsung menggelengkan kepalanya. "Gak usah dibahas, jangan buat aku grogi," ucap Amanda.

"Grogi? Lucu sekali," kilah Aldebaran gemas.

Ia pun terkekeh saat mendengar perkataan Amanda. Sungguh sikap tidak diduga yang diberikan istrinya itu. Tidak bohong jika Al merasakan sesuatu saat ini Namun, dia masih waras dan menjaga hati juga pikiran agar rasa yang sebenarnya sama persis ia rasakan tidak menggerogoti hingga bisa membuatnya serba-salah. Lama keduanya diam sampai Amanda merasa tidak tahan karena suhu dingin. Wanita itu mengelus kedua tangannya kemudian meniup-niup pelan hingga mereka pun memutuskan memejamkan mata.

Semakin larut, rembulan begitu terang meskipun hawa dingin semakin menjadi.
Tanpa sadar tubuh Amanda menggigil dan getarannya membuat Aldebaran terbangun kemudian menoleh ke arah samping kiri.

"Gadis ini, tubuhnya begitu menggigil. Malah Cuacanya semakin larut semakin dingin, sikapnya mengganggu tidurku saja" keluhnya.

Sementara itu, Amanda terdengar kembali mengeluarkan suara. "Ummi ... aku sudah menikah, tapi aku tidak tahu pernikahan apa ini. Bisa-bisanya Abi menjodohkanku dengan lelaki tidak peka, kaku dan seorang duda," kicau Amanda dalam tidurnya.

"Apa, Lelaki kaku katanya. Dasar gadis ini," ucap Al kesal.

"Benar, dia sangat tidak sopan," sambung Amanda.

Al menggelengkan kepala tanda tidak sangka jika wanita itu mengigau dengan buruk bahkan sambil kembali menggigil.
Sampai akhirnya Aldebaran tidak tega melihat Amanda kedinginan kemudian tangannya menyelimuti tubuh wanita itu dengan lengkap, sedangkan dia sendiri mengenakan jaket tebal saja.

"Awas saja kalau besok kau masih menganggapku kaku dan tidak peka, Nona," gerutunya pelan.


Bersambung

Kelamaan ya nunggunya, maaf ya 😁🙏

Aku MerinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang