Sulung

1.2K 71 12
                                    

Elemental's Family

_____________

Di pagi itu, tidak seperti biasanya. Ya, mendung. Tapi tidak kunjung Hujan. Cuaca hari itu sangat mewakili keadaan sang elemental bungsu.

Dia terbatuk-batuk serak sembari tertidur menyamping menghadap dinding kamarnya, wajahnya pucat dan nafasnya sedikit bergetar. Kacamata ia letakan di meja belajar sebelah ranjang karena dia berniat untuk memejamkan mata dan tidur untuk menahan rasa pusing yang dia rasakan sedari kemarin sore.

Menarik selimut dan merematnya, dia sedikit menggigil karena kondisi tubuhnya sedang tidak baik-baik saja saat ini. Kalo kata Gempa sih dia karena keseringan begadang jadi masuk angin. Oh ayolah, Gempa tau betul jika adik bungsunya itu sedang meriang dan demam juga flu di waktu yang bersamaan. Ga tau deh, mungkin karena kebiasaan buruknya yang tidak suka makan sayur atau lebih suka makan makanan instan ber MSG juga kebiasaan bergadangnya membuat kondisi tubuhnya yang sudah tidak stabil ditambah kurang istirahat.

Jangan ditiru ya.

Ini masih pagi sih, sekitar jam sembilan. Solar ingin sekali mengistirahatkan badannya dengan tidur tapi sangat susah sekali baginya karena rasa tidak nyaman di tubuhnya saat ini.

Ini jam sembilan, saudara-saudaranya tentu sudah pergi ke sekolah. Tapi Gempa bilang dia akan pulang pagi hanya untuk mengurus dirinya. Dan kini ia sangat membutuhkan itu, dia butuh rasa sayang dan ingin bermanja dengan kakak tertua ketiganya tersebut.

Dia juga tidak tau, sifat bungsunya keluar begitu saja tanpa ia sadari. Naluri alami mungkin, dan dia sedikit membenci itu.

Suara deritan pintu terbuka dia dengar dengan jelas, dia langsung menoleh ke arah pintu kamar. Dapat ia lihat bayangan lelaki berbadan tinggi dengan seragam putih tanpa blazer juga tidak mengenakan topi datang dengan nampan.

Buram, iya buram. Tapi ia yakin itu kakaknya Gempa.

"Kak Gem.." Solar memanggil dengan sedikit merengek karena kakaknya itu sangat ramah.

Halilintar yang mendengar itu menghentikan langkahnya sejenak.

"Lama banget sih, aku nunggu daritadi.." ahh.. Halilintar melupakan topinya. Dia kembali berjalan kearah Solar dan meletakan nampan dengan sarapan juga susu di atasnya. Duduk di tepi kasur Solar, dia menoleh pada Solar yang mengerucutkan bibirnya. Cemberut.

"Maaf, meminta izin kepada guru tadi tidak semudah membalikkan tangan." Halilintar mencoba berbicara dengan halus agar menyerupai cara bicara adiknya.

Solar bangkit dan memeluk lalu mendusel kepada Halilintar.

"Aku ga bisa tidur..!" Halilintar terdiam sebentar, lalu dia melihat di sebelah nampan di atas meja belajar kacamata Solar terletak di sana. Oh, sepertinya rabun Solar semakin parah.

Sedikit bergetar dan ragu sebelah tangannya ia angkat untuk mengelus rambut adiknya.

"Kenapa?"

Solar menenggalamkan wajahnya pada bahu sang sulung yang ia kira kakak ketiganya itu.

"Pusing, dingin." Suara Solar sedikit terpendam. Ia menghirup bau baju kakaknya itu lalu tiba tiba menarik kembali kepalanya dan menatap kepada sang empu. Memincingkan matanya karena tidak bisa melihat dengan jelas.

"Ini kak Gempa, kan?" Halilintar terdiam sebentar. Dia mencoba menetralkan nafasnya.

"Iya, kan kakak sudah bilang mau pulang pagi buat ngurus kamu. Kenapa?" Mendengar cara bicara kakaknya yang halus Solar kembali mendusel.

"Bau kak Gempa kayak si Gledek." Halilintar hanya tertawa canggung.

"Kamu.. kamu makan aja dulu, nanti kalau perut kamu kenyang pasti bisa tidur. Ya?" Halilintar sedikit malu dengan keadaannya saat ini. Berbicara panjang lebar dengan senyuman hangat. Dia mencibir dirinya sendiri.

oneshoot Boboiboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang