Red

730 38 0
                                    

Elemental's AU
WARN BLOOD

¶__________¶

Cipratan darah terdengar di lorong gelap dan lembab di pinggiran kota yang ramai.

Sang pelaku mengembalikan posisinya menjadi berdiri tegap kembali. Memandang tubuh bersimbah darah terdampar di hadapannya bersandarkan tembok kumuh.

Merah, seperti matanya. Ia terlihat seperti vampir yang haus akan darah, tapi tidak. Dia dengan vampir hampir sama, sama-sama menghabiskan darah. Tapi dengan cara yang berbeda.

"Ugh.." lenguhan pelan masih terdengar dari sang korban membuat sang pelaku memandang ke arah bawah.

"Kau.. tidak akan.. bisa lari.." sweater putih yang korban kenalan kini berubah warna menjadi merah mendominasi di bagian perut.

Sang pelaku tersengih. "Heh, kau yang tidak bisa lari, Tuan Solar."

Tanpa pikir panjang sang pelaku membalikkan badan dan berjalan meninggalkan korbannya.

_____________________________________

"Pembunuh."

"Kau yang sudah membunuh keluargamu sendiri."

"Dia bahkan membunuh keluarga yang mengadopsinya."

"Kau membunuh anjingku?!"

Itu semua kebohongan, semua tuduhan itu. Halilintar hanya anak kecil yang ingin menikmati masa bermainnya saat itu.

Semua tuduhan itu, gosip itu, tudingan itu, hinaan itu.

Menjadi nyata.

Entah salah siapa karena kini anak kecil yang mereka tuduh sebagai 'pembunuh' menjadi sama persis apa yang mereka tuduh di saat ini.

Halilintar melakukannya tidak gratis, tentu saja dibayar. Buat apa dia membuang nyawa yang tidak ada harganya?

Halilintar menghela nafas di saat ia duduk di bangku kelasnya di campus.

"aku masih tidak tenang hanya karena waktu itu." Halilintar membatin setelah kejadian beberapa waktu yang lalu.

Dia mendapat.. anggap saja semacam orderan. Iya, orderan nyawa.

Dia mendapat orderan di mana barang yang diorder harus dalam keadaan perut tersobek dengan nafas tersengal-sengal hingga ke tempat tujuan. Akhirat.

Apakah benar-benar tidak ada orang yang lewat di sana setelah Halilintar meninggalkan barang yang telah ia desain begitu saja di sana?

Maksudnya-- barang itu masih berfungsi. Masih bisa berbunyi.

Ahh, dia tidak bisa memikirkan itu untuk sekarang. Dia harus fokus dengan kelasnya saat ini. Kelas Fisika.

Kerjadian beberapa bulan itu masih terbayang-bayang bahkan menjadi panutan Halilintar saat menjalankan orderan yang lain. Yaitu untuk memastikan bahwa barang orderan langsung sampai pada tujuan saat itu juga. Walau.. selama saat ini sang pemesan tidak menghubunginya.

Yang artinya harusnya barang yang ia tinggalkan itu benar-benar sampai pada tujuan, kan? Makanya tidak ada komplen. Lagian alasan pemesan juga lawak, tapi bayarannya lumayan lah.

Kelas di mulai, dia bisa mendengar bisik-bisik mahasiswa atau mahasiswi membicarakan bahwa dosen diganti, lagi. Ntahlah, katanya ada yang mati kecelakaan, mengundurkan diri, pensiun, mati, bunuh diri, atau apalah Halilintar tidak peduli.

Dan malam ini Halilintar juga mendapat orderan malam ini. Ah, padahal malam ini ia mau ikut minum-minum bersama temannya untuk melepas stress.

"Selamat siang semuanya!"  Semua atensi mengarah kepada dosen mudah di depan kelas dengan kacamata bulatnya dan senyuman cerah.

Mata itu..

Mata yang menatap Halilintar pada malam itu..

"Perkenalkan, saya dosen baru kalian. Kalian bisa memanggil saya Solar, imbangi sesuai umur masing-masing ya!"

... Solar.

Ah, barangnya bukan saja terbengkalai, tapi diperbaiki.
__________

Sengaja aku pendekin.

oneshoot Boboiboy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang