•KEIRA DAVINCI

18 4 2
                                    

Keira mengibaskan tangannya yang kebas setelah membuat cowok bertubuh gempal didepannya lemas tak berdaya. Dia merogoh kantong jaketnya sejenak, dan mengeluarkan sapu tangan miliknya. Dengan santainya, Keira mengusap peluh keringat dengan sapu tangan yang dia pegang.

"Tatapan seperti itu lagi?" Terlihat Keira menghela nafas, menatap hangat cowok yang duduk diatas kursih roda tak jauh dari posisinya berdiri.

"Lo gila! Psycho!" sentak Devasta menatap Keira tajam. Bahkan, daei pantulan bola matanya, menggambarkan seberapa besar rasa bencinya terhadap gadis gila yang berisi tak jauh didepannya.

Mendengar itu, Keira lagi-lagi hanya terkekeh kecil. Seperti biasa, Devasta akan terus melabelinya dengan berbagai julukan aneh. Sayangnya, itu malah membuat Keira semakin tertarik pada Devasta.

Keira terkekeh kecil. "Psycho ya?" tanyanya mengulang ucapan Devasta barusan. Sembari menggeleng, Keira mengangkat bahunya acuh, melangkah kedepan, menmangkas jarak antara dirinya dan Devasta.

Hingga tepat didepan Devasta, Keira berhenti. Devasta menatapnya setengah panik, bersedia mengambil ancang-ancang jika Keira kembali mencuri sebuah ciuman seperti yang seringkali gadis itu lakukan.

Terakhir kali, Keira mencuri ciuman dipipinya. Sial, itu membuat Devasta kesal.

Sejenak, Keira melirik kebelakang, melihat tubuh Javas_cowok yang baru dia lumpuhkan karna berani menyentuh Devasta.

"Sayangnya, apapun yang berhubungan dengan lo, emang bakal buat gue segila itu, mas pacar." Tiba-tiba Keira berbisik ditelinganya, membuat bulu kuduk Devasta berdiri. Devasta merinding dan takut diwaktu yang bersamaan.

"Gue bukan pacar lo. Kita nggak ada hubungan apa-apa!" sentak Devasta tak terima. Mata keduanya saling beradu. Devasta yang menatap Keira tajam, dan sebaliknya, Keira yang malah menatap Devasta penuh cinta.

"Iya. Bukan pacar gue. Calon suami maksudnya." Dengan entengnya Keira memberikan tepukan pelan dikepala Devasta, hingga cowok itu melotot dengan gigi yang bergelatuk marah.

"Gue suka lo kalau gitu, mirip anak anjing. Imut," komentar Keira.

"Apaan sih." Devasta mendorong kursih rodanya mundur, menyisakan jarak antara dirinya dan Keira.

Keira tertawa kecil melihat kelakuan Devasta. "Lebay, kek dipegang sama siapa aja."

"Justru itu, lebih parah karna dipegang titisan setan kayak lo," balas Devasta sengit.

Jujur saja, Keira sedikit tertohok. Namun, jika itu Devasta, sekali lagi Keira akan mencoba sabar. Keira memasukkan kembali sapu tangannya kedalam saku jaketnya. Tanpa menatap Devasta, Keira kembali mengangkat suara. "Tadi psycho, lalu setan, nanti Deva panggil Keira apalagi?" Tanya Keira sengaja mengubah gaya bicaranya

Devasta tak menjawab. Melainkan masih menatap Keira penuh permusuhan.

Keira berdecak. Tatapan Devasta seakan-akan membuatnya ingin mencolok mata cowok itu saja. Namun dia urungkan. "Untung sayang, jadinya mata lo aman," ucapnya senyum terpaksa.

Devasta memutar bola matanya malas. "Kenapa nggak lo colok aja, biar gue buta. Syukur gue, nggak liat lo sekalian." Setelah mengatakan itu, Devasta memutar kursih rodanya, dan membawanya masuk kedalam gedung Sekolah.

"Mau kemana?" tanya Keira.

"Bukan urusan lo."

Jawaban Devasta membuat Keira tak sungkan mengangkat tipis sudut bibirnya.

Gini amat calon suami.

"Ya jelas urusan gue lah. Kan, gue calon istri lo."

"Najis."

LOCKED: THE OBSESSIVE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang