⁰⁰Obsessive Girl

10 4 0
                                    

Suara ringisan dari bibir seorang gadis menggema di ruangan berukuran minimalis itu.

Keira menatap darah yang mengucur bebas dari jari telunjuknya. "Sial," umpatnya mengemut pelan jarinya.

"02.15."

Pandangannya beralih kearah wajan yang berisikan beberapa campuran bahan makanan. Sedikit lagi, pikirnya.

Keira membasuh tangannya, membersihkan sisa darah yang semakin banyak akibat kecerobohannya sendiri.

Tadi, dia sedang memotong bawang. Namun karna rasa ngantuk yang mendominasi membuatnya tidak fokus, dan berakhir melukai tangannya sendiri.

Sejak pulang dari rumah Devasta semalam, Keira langsung menuju dapur untuk kembali belajar memasak. Kuran lebih, dia telah berkutat degan dapur selama kurang lebih 4 jam.

Tentu saja, ini dia lakukan agar besoknya dia dapat memamerkan hasil masakannya kepada Devasta.

Dia ingin terlihat sempurna untuk Devasta.

Keira sendiri tidak tahu, apa yang membuat dirinya begitu tergila-gila pada Devasta. Cowok lumpuh yang dua bulan lalu, dia klaim sebagai miliknya.

"Enak," katanya menyeduh kuah opor ayam yang barusaja matang, dan belum sempat dia tiriskan kedalam mangkuk.

"Selesai," pungkasnya tersenyum tipis. Wajahnya berpaling, sedikit menatap nanar beberapa hasil masakannya yang sebentar lagi akan masuk kedalam tempat sampah.

Oseng yang keasinan, Telur ceplok balado yang kepedisan, bahkan ikan yang dibuatnya masih terasa amis dimulut.

Setelah membereskan kerusuhannya di dapur. Keira lantas merebahkan tubuhnya keatas kasur. Rasa sakit mendominasi punggungnya, setelah berkutat didapur kurang lebih 4 jam.

"Sakit," lirihnya ketika tidak sengaja lututnya yang lecet bersentuhan dengan permukaan kasur.

Tadi sore, setelah Keira sedikit menjauh dari Devasta. Lebih tepatnya ketika Devasta yang sudah tidak memperhatikannya, Keira memilih untuk kembali menunggu dihalte itu.

Tentu saja, dengan bersembunyi di pelataran tokoh sebrang Sekolah, tak jauh dari halte.

Keira tahu, Devasta tidak benar-benar mendapatkan telfon dari Sarah. Gelagat cowok itu yang membuktikannya.

Namun, raut wajah Devasta yang benar-benar muak melihatnya, membuat Keira tak tega, dan lebih memilih mengalah sementara waktu.

"Gue pergi. Jangan ganjeng lo jadi cowok," ucapnya pada Devasta.

Keira memang sengaja berpura naik keatas bus, namun Devasta tidak rahuz bahwa Keira memutuskan untuk turun tak jauh dari halte Sekolah.

2 jam Keira memaksakan untuk berdiri dibawah pepohonan rindang, hanya untuk memastikan bahwa disana Devasta baik-baik saja.

"Devasta ada Tan?" Tanya Keira pada orang diseberang sana. Itu hanya alibinya menelfon Sarah, sekedar sebagai pengingat bahwa Devasta harus segera dijemput pulang, agar tidak jatuh sakit karena rintikan hujan.

Walau langit sudah semakin gelap, dengan gemuruh kecil beriringan dengan rintikan hujan hang sudah membasahi kupluk hoodie-nya, Keira masih bersikeras untuk menjaga Devasta dari jauh.

"Devasta ada Tan?" Tanya Keira pada orang diseberang sana. Itu hanya alibinya menelfon Sarah, sekedar sebagai pengingat bahwa Devasta harus segera dijemput pulang, agar tidak jatuh sakit karena rintikan hujan.

Keira juga takut, kalau kaki cowok itu harus kesemutan jika menunggu lebih lama lagi.

"_"

"Iya, nanti Keira boleh main ke rumah nggak, Tan? Sekalian, mau masak makan malam, buat Deva." Dari balik telfon, Keira tersenyum tipis saat niatnya disambut hangat oleh Sarah.

"_"

"Nanti Keira kesana. Pokoknya sebelum Tante sama Deva udah ada dirumah deh pokoknya," ucap Keira lagi tanpa pikir panjang.

Itu hanya kalimat untuk menekan Sarah agar lebih cepat untuk menjemput Devasta. Lebih cepat lebih baik.

Keira sudah tidak peduli, jika dia harus berlari pun untuk sampai kerumah Devasta, dia bisa lakukan. Asal, cowok itu tidak menunggu lebih lama lagi.

"Anjing peliharaan gue, ternyata udah berani suka sama cewek lain." Keira menyeringai menyeramkan saat dia berhasil mengingat satu nama yang ternyata diam-diam Devasta pikirkan tanpa sepengetahuannya.

"Sherla Kuncala," gumam Keira seakan-akan menimbang sesuatu
"Gue buat patah, atau lumpuh sekalian?" Tanyanya pada diri sendiri disusul dengan tawa rendahnya.

Iya. Bagi Keira, Devasta itu lucu. Layaknya peliharaan, Devasta dimata Keira itu, adalah anjing kecil yang tengah kehausan. Maka, Keira akan memungutnya, dan menjadikan cowok itu peliharaan yang akan terus dia jaga.

••••

"Mau apa lo?"

"Jemput lo, mas pacar," kata Keira santai.

"Gila! sana minggir lo!" Devasta hendak menutup pintu, namun terhalang dengan kecepatan Keira yang refleks menahannya.

"Masuk," titah Keira tak ingin dibantah. Tatapannya menghunus tajam, Devasta yang masih ogah-ogahan menatapnya.

"Apaan sih, lo nggak tahu tata Krama hah?! Bentak Devasta kepalang kesal. Ini baru menunjukkan pukul 06.55 namun wajah setan satu ini sudah muncul didepannya.

Nafas Keira berhembus kesal. Menutup matanya sejenak, sekedar meminimalitsir emosinya yang kembali diuji oleh Devasta. "Masuk Dev." Nada Keira melembut, senada dengan tatapannya yang menghangat seperti semula.

"Lo siapa, nyuruh-nyuruh gue," bentak Devasta muak.

Keira tersenyum sumringah. "Lupa? Gue calon istri lo."

Devasta berdecak. Selalu saja seperti ini. "Najis."

Dahi Devasta mengerut, ketika Keira tak lagi berbicara. Namun, nampak dia mengeluarkan ponselnya dari balik hoodie-nya. "Atau, lo mau gue buat nasib dia sama kek lo."

Melihat foto Sherla, Devasta lantas mencengkram kuat pegangan kursih rodanya. "Jangan berani-berani, sialan." Nafas Devasta memburu. "Argh, anjing ya lo."

Keira hanya tertawa melihat Devasta. Entah kenapa, Devasta yang emosi terlihat sangat lucu dimatanya. Hewan kesayangannya memang beda.

"Lo mau gue angkat heh?" Bercanda Keira

"Nggak usah senyum, makin jelek," ejek Devasta.

Sebagai pelampiasan, Devasta membanting pintu rumahnya dengan keras.

"Lain kali, nggak usah repot-repot. Gue nggak butuh bantuan lo."

"Jalan pak," Kata Keira, menepuk pundak sopir yang jasanya dia pesan lewat Grub_aplikasi yang beberapa tahun ini, sedang tenar dikalangan orang-orang.

Keira terseyum. "Tapi, gue suka direpotin sama lo, calon suami."

"Gila," desis Devasta kesal.

••••

AN:

Kaget nggak, dengan pola pikirnya Keira?😂

FYI

Devasta dimata Keira:🐶
Keira dimata Devasta:😈

Lo dimata crush:

Emang lo nggak permah dianggap ada😂

Tandai, jika ada typo

••••

LOCKED: THE OBSESSIVE GIRLTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang