1. Penggunaan kata "Hiks" dalam cerita by : Firda
Jangan menggunakan kata "Hiks" untuk menggambarkan tokoh ketika nangis!
Itu di larang!
🗣️ : Emang kenapa?
Me : Mari kita bahas sekarang!🤗
Sebisa mungkin kamu hilangin kata "hiks" ketika menulis adegan tokoh kamu lagi nangis. Apalagi dalam dialog.
Karena kata "hiks" itu cuman ngurangin feel dalam cerita kamu. Misal nih...
"Aku lelah, hiks…," lirih Aurel, menangis.
What? Hiks? Apa itu hiks? Udah mau nangis malah gak jadi karena kata itu, lucu kedengarannya. Kata 'Hiks' itu membuat suasana sedih buyar seketika.
Coba deh kamu ubah dengan ngasih gambaran suasana si tokoh. Contoh:
"Aku lelah…" Dengan lirih Aurel mengadu, penglihatannya mulai memburam karena air mata yang menggenang di pelupuk matanya. Hingga sedikit demi sedikit air matanya keluar tanpa bisa di cegah, mengalir begitu deras membasahi kedua pipinya.
Nangis itu ada macam-macam, ada yang sesegukan, ada yang teriak-teriak, ada juga nangis tanpa suara.
Contoh lagi :
"Aku benci sama kamu!" Aurel berteriak histeris, ia mejerit sejadi-jadinya untuk mengeluarkan tangisnya yang susah payah ia pendam. Hatinya sangat perih untuk saat ini, ia tak sanggup menahannya lagi.
Ataukah…
"Aku benci sama kamu." Mulutnya berkata teramat tegas tapi tidak dengan tatapan matanya yang terlihat memburam karena tumpukan air mata yang siap terjun menggenang di sana, terlihat jelas kekecewaan teramat dalam di sana. Hingga pada akhirnya, Auren menangis tanpa suara.
Bagusan yang mana? Ngefeel-an yang mana? Ada kata "hiks" atau gambaran suasana tokoh?
Mulai sekarang jangan gunakan kata "Hiks" lagi yah...
Udah, ini aja contoh dari aku.
Ada contoh lain? Silahkan komen 👉
Bye bye!🤪
KAMU SEDANG MEMBACA
Materi Kepenulisan
AléatoireAda pepatah mengatakan "Ilmu itu di ibaratkan udara, ia ada di sekeliling kita. Kamu bisa mendapatkan di manapun dan kapanpun" Jangan malu untuk mencari ilmu, jangan mau jadi orang yang bodoh. Seperti kata pepatah di atas, ilmu ada di mana-mana. Ka...