02

9 3 3
                                    

"Namanya cuman lima huruf, tapi memenuhi isi kepala"
- Langit

[MAN KOTA PALANGKA RAYA]

Setibanya disekolah Langit langsung
memarkirkan motornya diparkiran yang telah disediakan khusus pengguna roda dua.
Usai memarkirkan motornya ia pun langsung bergegas berjalan menuju ruang kelas. Harap-harap ia tidak terlambat untuk mengikuti mata pelajaran pada jam pertama.

Sementara disisi lain ada Birru yang juga terlihat tergesa-gesa, ia berusaha berlari sekuat mungkin agar ia tidak terlambat.

BRUKKK

Suara itu berbunyi sangat keras. Banyak pasang mata yang tertuju kepada dirinya, Langit yang mendengar suara keras itu, langsung berbalik ke arah belakang dan kemudian berusaha melihat siapa yang terjatuh.

   "Birru?" Pikirnya seakan tak percaya bahwa yang terjatuh, itu adalah orang selalu memenuhi isi kepalanya akhir-akhir ini. Tanpa pikir panjang Langit pun langsung berlari kearah perempuan berparas cantik itu berada.

   "Lo gapapa?" Tanyanya panik, tapi tak ada jawaban.

   "Sini gue bantu" Tawarnya, namun nahas tawaran itu langsung ditolak mentah-mentah oleh Birru.

   "Gue bisa sendiri!" Terangnya.
Kemudian Birru memunguti barang-barangnya yang berserakan dibawah, dan kemudian berniat ingin segera meninggalkan Langit.

"Gue ga suka penolakan!"

"Ikut gue ke uks sekarang! Biar gue bantu obatin tangan lo yang berdarah!" Titahnya.

Lalu setelah itu mau tidak mau Birru pun harus mengiyakan ajakannya Langit dan mulai mengikuti jejak lelaki berbadan tinggi itu dari belakang.

*****

[Ruang UKS]

Setibanya di ruangan uks, Langit pun langsung bergegas mengambil kotak p3k yang sudah disediakan khusus oleh pihak sekolah tersebut. "Sini mana tangan lo?" Ujarnya.

"Pelan-pelan ya"

"Iyaah!" Dengan teliti dan hati-hati Langit mulai mengobati luka itu.

Pertama-tama ia membersihkan luka itu terlebih dahulu, lalu setelahnya ia meneteskan obat merah ke luka itu dan sampai ditahap terakhir "Yup udah selesai!"

"Makasih Langit" Ucap Birru.

"Iya sama-sama. Lain kali hati-hati! Lagian ceroboh banget sih, bisa sampe jatoh kek gitu"

Sebenarnya ia sangat khawatir kepada Birru, tapi sebisa mungkin Langgit menyembunyikan rasa khawatir itu.

*****

[Ruang Kelas XII Mipa 1]

Bel istirahat pun berbunyi. Semua siswa-siswi merapikan buku mereka yang berserakan dimeja. Lalu setelah itu mereka pun  langsung keluar kelas, ada yang ingin pergi kekantin, ada yang ingin ke perpustakaan, adapula yang ingin bermain bola di lapangan.

"Gue di alpha?"

"Tenang! Lo udah gue izinin, jadi aman" Jawab Atha.

"Thanks bro!" Ucap Langit kepada Atha, jika bukan karena bantuannya lah mungkin dirinya sudah di Alpha hari ini.

———

   "Langit mana?" Tanya Acha kepada Wisnu.

Muhammad Wisnu Pradana yang biasa dipanggil Wisnu itu adalah sahabat nya Langit sejak dari kecil hingga sekarang mereka telah SMA.
   "Ouh Langit, ada noh didalam. Masuk aja" Jawabnya.

   "Ayanggg!" Panggil Acha girang, sambil tersenyum manis kearah Langit. Mendengar panggilan itu Langit merasa risih, pasalnya ini area sekolah, tidak enak rasanya jika banyak yang mendengar, apalagi jikalau sampai guru yang mendengar, bisa-bisa dirinya dipanggil ke ruangan BK.

   "Iyaaa apa, hmm?" Tanyanya

   "Kita ke kantin yuk ayy?" Ajaknya dengan wajah yang sumringah.

   "Bolehh-"

   "Tapi janji, kalo lagi di kantin panggilnya Langit aja jangan pake ayang, ngerti?" Ujarnya yang lansung dijawab anggukan oleh Acha.

Sesampainya dikantin, Langit melihat sesuatu yang membuat matanya enggan melihat kearah lain. "Cantik banget Birru" Kalimat yang tak seharusnya keluar dari mulutnya, justru keluar.

Entah kenapa dari jarak jauh pun Birru tetap terlihat cantik, apalagi tadi pas dirinya sedang mengobati Birru diruang uks, Birru semakin terlihat cantik ketika dirinya melihat dari jarak yang cukup dekat.

Langit yang sadar akan hal itu, berusaha  langsung menepis pikirannya. "Ingat lo udah punya Acha. Dia itu pacar lo, jangan sampai lo berpaling ke Birru!"  Ujarnya kepada dirinya sendiri.

tapi yang namanya perasaan gabisa dipaksa kan?

Jujur Langit  sudah muak dengan tingkah lakunya Acha, tapi ia bingung harus mengakhiri hubungannya seperti apa. Dirinya pun sudah sangat lelah, pasalnya selalu saja ia yang harus mengalah dan mengalah.
Selalu ingin di mengerti tanpa mau mengerti orang lain.

"Ay-" belum selesai Acha bicara sudah dipotong duluan oleh Langit. "Ingat, panggil gue Langit!"

Next...

Langit BirruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang