03

11 3 5
                                    

   "Habis makan, mau kemana?" Tanya Citra (temannya dekatnya Birru).

   "Mau ke perpus ga? Kita ngadem disana sekalian baca buku.. mau?" Tanya Birru kepada Citra dan Anna yang langsung dijawab anggukan oleh mereka.

   "Sabii! Kebetulan gue juga mau nyari buku Biologi disana" Langit yang dengan semangat menerima ajakan dari Wisnu.

   "Okey, habis makan ya!"

​Selesai makan Birru bersama kedua temannya dan Langit dengan Wisnu kini berjalan kearah perpustakan. Perpustakaan itu berada di lantai dua, dan dibawah perpustakaan adalah ruang guru.
Sesampainya diperpus, merekapun berpencar. Langit dan Birru berjalan kearah rak belakang.

Langit yang baru menyadari bahwa yang bediri disebelahnya itu adalah Birru langsung berusaha menetralkan jantungnya yang sedari tadi tak mau berhenti deg-degan. Langit menarik napas panjang lalu kemudian
   "Birru???" Sapanya dengan lembut.

Merasa ada yang memanggil Birru pun langsung menengok kearah sumber suara. Dirinya tersenyum manis kearah laki-laki tinggi itu yang berjarak tak jauh dari tempatnya berdiri. "Iyaa Langit?" Jawabnya sambil melengkungkan bibirnya.

Melihat senyum itu dirinya pun sontak berkata "manisss"

mendengar hal itu Birru pun terkejut dan memberanikan diri untuk bertanya kepada Langit. "Siapa yang maniss?" Tanyanya penasaran.

   "Kamu!" Jawab Langit cepat.

"Hah gimana?"

"E-ehh engga maksudnya, ketemu lagi kita" Ujar Langit mengalihkan pembicaraan.

Langit sudah tidak bisa terus-terusan berbohong kepada dirinya sendiri. Dia benar-benar telah jatuh cinta kepada sosok Birru. Tapi bagaimana dengan Acha?

Ahh sudahlah, Langit sudah cukup muak dengan sikap cewenya itu. Okay lupain soal Acha, mari fokus sama Birru dulu.

Langit memberanikan diri untuk mengajak Birru belajar bersamanya, syukurnya Birru mau menerima ajakan Langit dan mereka berdua pun belajar bareng.

Tak henti-hentinya Langit mencuri-curi pandang kearah cewe maniss itu.
   "Jika ada yang lebih maniss daripada gula, mungkin itu senyumanmu" Ujarnya dalam hati.

Langit benar-benar sudah jatuh cinta kepada sosok Birru. Ia berniat dalam waktu dekat akan mengungkapkan perasaannya.

   "Busett, itu beneran Langit sama Birru lagi belajar bareng?" Tanya Chika kepada dirinya sendiri.

   "Gak, ini gak bisa dibiarin! Gue harus foto mereka!" Ujarnya. Kemudian foto itu ia kirim ke wa Acha untuk dijadikan bukti.

   "Lo harus lihat ini Cha" Katanya.

Tak lama kemudian dua centang abu itu berubah menjadi biru, dan terlihat Acha sedang mengetik, entah apa yang Acha ketik.
   "Lama bet siih typing nya" tak lama kemudian notifikasi pun masuk, sesegera mungkin Chika membuka ponselnya.

   "Lo dimana? Sebenarnya gue udah tau dari awal, akhir-akhir ini sikap Langit beda banget dari biasanya. Jujur gue sedih banget tapi gue bingung mau mengekpresikan kesedihan gue kek gimana. Lo diperpus? Gue kesana sekarang! Gue mau ngelabrak mereka berdua!"

Tak pikir panjang, Acha pun langsung berlari kearah perpus.
​Beberapa menit kemudian tibalah Acha diperpustakaan. Dengan napas yang masih terengah-engah Acha menghampiri Langit dan Birru.

BLAMMM

Acha memukul meja dengan sangat keras. Alhasil itu yang membuat Langit dan Birru sontak terkejut.

   "Acha sejak kapan lo disini?" Tanya lelaki itu dengan raut wajah terkejut. Bukannya menjawab pertanyaan dari Langit, Acha malah 

   "Maksud lo apa giniin gue hah?" Ujarnya dengan nada tinggi.

"Bener-bener lo ya! Pantesan akhir-akhir ini tuh lo susah banget diajak keluar, chat gue juga jarang banget lo balas! Maksud lo apa?" Banyak lontaran-lontaran pertanyaan yang keluar dari mulut Acha, namun sayang tak satupun pertanyaan itu dijawab oleh Langit.

Mendengar keributan itu, penjaga perpus pun langsung berjalan ke belakang. Semakin banyak orang yang menyaksikan keributan itu, sedangkan Acha tak henti-hentinya menangis sambil memukul-mukul dada bidang Langit.

Birru sedari tadi diam kini ia mulai memberanikan diri untuk berbicara. "G-guee minta maaf Ca, gue gak bermaksud" Ujarnya dengan raut wajah bersalahnya.

   "Hah? Apaa? Gak bermaksud lo bilang?" Jawabnya sambil tertawa sinis kearah Birru.

   "Ada apa ini, kalian ribut-ribut" Ujar penjaga perpus tersebut.

   "Sudah-sudah bubar, jangan bikin kegaduhan di perpus. Perpus tempatnya belajar bukan nya kelahi. Ngerti?" Kata penjaga perpus. Untung saja tidak ada guru-guru yang sedang diperpus, jadi mereka aman. Karena, biasanya ketika jam istirahat pasti ada beberapa guru yang berdiam diri diperpustakaan.

​Mereka bubar dan kemudian kembali ke kelas mereka masing-masing. Langit dan Acha tidak satu kelas. Langit di ruang Mipa 1 bersama dengan Birru sedangkan, Acha di ruang Mipa 2.

"Ingat urusan kita belum selesai!" Ujarnya dengan penuh penekanan.

Next...

Langit BirruTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang