Awal mula

736 60 8
                                    

Terlihat seorang pemuda dengan masih mengenakan uniform sekolah berjalan menelusuri gang sempit nan sepi di waktu tengah malam begini. Ntah mengapa pria tersebut memilih buat pulang selewat begini.

Memilih cuek akan persekitarannya yg agak menyeramkan pria tersebut masih dengan tenangnya menghayunkan langkah lebarnya sambil sesekali bersenandung kecil kepada lagu yg di putar. Untung dia tidak meninggalkan earphone nya dirumah.

Terlalu larut dengan music classic yg didengarkannya pria tersebut tidak menyedari derap langkah ribut dibelakangnya yg kian menghampiri. Dalam seperkiraan detik tubuhnya diputar dengan kasar hingga mentok ke tembok berhampiran.

Brukk!!!

Kedua netra nya membola sempurna melihat sosok mungil tetapi jangkung dihadapannya dengan pahatan wajah sempurna dan kulit seputih susu yg bersinar di bawah pantulan rembulan purnama. Tubuhnya terkaku, seketika suasana mendadak hening. Bahkan earphone nya tidak lagi mengeluarkan sebarang alunan music.

Jantungnya berdetak tak keruan ketika sosok dihadapannya mengikis jarak di antara mereka. Dilihat dari jarak dekat begini dirinya baru menyadari bahwa sosok di depannya ini seperti sedang menahan hasratnya daripada kelepasan.

Nafasnya memberat belahan bibirnya terbuka sedikit buat meloloskan beberapa hembusan nafas tepat dihadapan bibir pemuda yg sedari tadi terkaku di tempatnya.

"Maaf... □□□□□□ udah ga kuat. Izin mam ya.."

Mendengar itu otaknya mendadak loading. Perlahan untuk mencerna erti dari permintaan maaf dan izin dari pria mungil dihadapnnya ini sehingga dia menyadari rasa nyeri yg begitu menyengat di pergelangan tangan kirinya.

Dirinya baru tersadar pria dihadapannya ini sedang menancapkan taringnya ke dalam daging di bahagian lengannya sebelum menyesap darah yg berwarna merah menyala tersebut.

Seketika dirinya merasa jantungnya bakalan gugur. Apakah dia sedang bermimpi? Jikalau iya seseorang tolong lah memukulnya agar dia segera sadar dari mimpi mengerikan ini. Tetapi harapannya sirna ketika telefonnya menerima pesan dari sahabatnya yg bertanya soal pr.

Masih memilih untuk terkaku dirinya bahkan tidak mampu untuk sekadar berteriak kesakitan. Dia hanya mampu untuk melihat betapa rakusnya pria ahh... lebih tepatnya mahkluk di hadapannya ini menyantap darahnya tanpa menghiraukan dirinya yg setia mematung.

Beberapa saat kemudia terlihat makhluk tersebut menjilati bekas luka daripada taringnya sehingga kedua dot tersebut mendadak hilang alias sembuh.

"Terima kasih manusia. □□□□□□ terhutang budi."

Dengan itu pria mungil tersebut lesap seperti abu tepat dihadapan pria yg masih shock berat tersebut. Setelah mengerjap netra nya buat seketika, dia akhirnya bisa menggerakkan tubuhnya kembali.

Dirinya masih bingung sama ada dia barusan dihipnotis mahkluk tersebut atau dirinya terlalu terkejut untuk sekadar memberi reaksi.

'Gemes...' Batin nya.

Dirinya kembali menyumpalkan earphone nya yg sempat terlepas dan kembali meneruskan langkahnya buat pulang sambil bersenandung kecil seolah perkara tersebut tidak pernah terjadi.



























Mansion Park

"Jeongwoo! Astaga kemana aja kamu nak! Bunda khawatir tau!" Omel Rose seketika dirinya menangkap kelibat anak bungsu nya yg telat pulang. Sebenarnya sih udah biasa dia dengan sikap si bungsu yg sering pulang lewat malam segini.

Alesannya "uwoo sibuk nda, banyak tugas belum pada kelar juga." Rose mengerti kerna anaknya itu ketua osis jadi wajar jika si bungsu terlihat lebih sibuk berbanding dirinya. Tambahan anak nya itu mengikut business sang ayah. Jadi dirinya sentiasa ga punya waktu buat berada di rumah.

"Tadi uwoo ke taman ntar. Ngambil udara segar." Dalihnya sambil menyalim dan mencium kedua pipi bundanya sebelum menuju ke lift untuk ke kamarnya. "Haih... dasar anak muda jaman jigeum!" Keluhnya sebelum melangkah ke kamarnya.


Kamar Jeongwoo

Masih dengan handuk yg terlilit rapi dipinggangnya, pemuda dengan bahu selebar samudra tersebut menyesap beer nya di balkon sambil memikirkan kejadian yg berusan berlaku ketika dirinya sedang perjalanan menuju rumahnya.

Seringai licik perlahan menghiasi wajahnya sebelum kaleng beer diremuknya dan dirinya kembali ke dalam kamar untuk memakai pakaian malamnya dan melanjutkan harinya dengan tidur yang lena.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




My Little Vamp [jeongharu] (hiatus)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang