3. Sudut pandang

29 9 0
                                    

Dalia tidak tahu, apa yang ada di pikirannya saat mendukung tokoh utama dari cerita 'The tyrant's prison of love' ini, di kehidupannya yang dulu. Padahal, sudah jelas Alvan itu laki-laki yang menyeramkan. Akan tetapi, bagai perhatian manusia sinting itu adalah madu, bagaimana bisa ia mendukung percintaan tidak sehat mereka secara membabi buta?

"Coba pikirkan. Apa menurutmu kehilangan jati diri itu menyenangkan? Bagaimana bisa, kamu tetap mendukung kegilaan tokoh utama seperti ini ...."

Jika itu dulu, mungkin Dalia akan berdalih atas komentar tajam kekasihnya itu bahwa Alvan masih memiliki sisi baik meskipun kurang ajar. Namun, di kenyataan di mana ia adalah 'Dalia' si pemeran utama wanita yang menyedihkan ... Dalia mengakui, kehilangan hak atas dirinya sendiri itu, tidak ada bedanya dengan mimpi buruk berkepanjangan.

"Sepertinya aku memang sudah gila."

Dalia membuang kasar napasnya. Kegiatan berjalan-jalan di taman agar bisa menenangkan pikiran setelah terjebak di kamar selama seminggu ini, pada akhirnya tetap saja berakhir sia-sia.

Alur cerita yang perlahan berjalan sebagaimana mestinya ini, tidak semudah itu ia abaikan. Memang, Dalia sudah mencoba menyusun beberapa rencana. Namun, tidak peduli seberapa besar kekuatan yang ia miliki sebagai orang terpilih, melawan kekuatan yang Alvan miliki, tentu tidak akan semudah membalikkan telapak tangan.

Sudut pandang ... penulis, ya?

Dalia sudah memikirkan ini sejak dulu. Ketika ia bertekad ingin memutuskan pertunangan yang mengikatnya dengan Alvan, alur cerita tentu tidak akan lagi sama. Kini tidak bisa lagi ditebak hanya berdasarkan ingatannya mengenai isi novel, saat ini masa depannya bergantung pada pilihan yang ia ambil.

Aku yakin ada petunjuk tersembunyi di sana.

Dalia memperhatikan pohon raksasa yang tersembunyi di dalam labirin berdinding rumput tinggi. Di antara semua tempat yang ada di dalam novel, satu-satunya tempat yang hanya bisa dimasuki oleh keturunan langsung keluarga Pallavi itu, sering disinggung dengan deskripsi mendetail sehingga sulit untuk diabaikan.

"Aku harus memeriksanya."

Meski kemungkinan ia mendapatkan petunjuk tersembunyi tipis, tidak ada salahnya mencoba. Sebagai seorang tokoh utama, Dalia memiliki firasat baik pada tempat sakral yang menjadi simbol dari keluarganya itu.

"Harta karun pertama, aku datang!"

Demi masa depan yang cerah, walaupun menjelajahi labirin dengan dinding rumput setinggi 3 meter itu sendiri tidak mudah, sebelum menemui jalan buntu, Dalia tidak akan menyerah begitu saja.

¤▪︎¤▪︎¤▪︎¤▪︎¤▪︎¤

Setelah menghabiskan waktu satu jam lebih terjebak di dalam labirin, akhirnya Dalia sampai juga di tempat penting itu.

Berapa kali pun aku melihatnya, ini luar biasa ....

Dalia memperhatikan pohon besar yang kini sudah ada di depannya. Pohon yang hanya bisa Dalia lihat di dunia baru itu, memiliki penampilan yang unik. Berbeda dari pohon lain, pohon di depannya ini memiliki daun berbentuk mangkuk dengan bagian ujung berwarna keemasan. Jika ditambahkan dengan buah-buah kecil berwarna senada seperti ceri itu .... Dalia pikir, kenyataan akan kesempatan hidup kedua yang ia dapatkan ini, terasa semakin sulit ditampik, karena di dunia lamanya tidak ada pohon yang seperti itu.

Sudah lama sekali, ya?

Dalia menyentuh batang pohon. Sensasi kasar yang ia dapatkan di tangannya ketika sudah bersentuhan, terasa menakjubkan. Padahal Dalia yakin ini pertemuan kedua mereka. Namun, bagai sudah bertemu puluhan kali, Dalia entah mengapa merasa memiliki ikatan yang kuat dengan pohon ini.

Hate scenarioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang