2 tahun kemudian...
Di sebuah jalanan yang cukup sepi, terdapat dua sekelompok pemuda sedang melakukan aksi tawuran.
Salah satu dari kelompok itu, ada seorang pemuda yang terlihat sangat mencolok dari yang lainnya, menandakan dia adalah pemimpin dari salah satu kelompok itu.
Pemuda yang paling mencolok diantara yang lainnya, terlihat menunjukkan raut tengil andalannya. bermodalkan gagang sapu di tangan kanannya, pemuda itu maju di paling depan.
"Masih jaman pake balok kayu. pake gagang sapu dong biar keren" ucap pemuda itu yang tidak lain adalah Galvin. anak bungsu Alvarendra yang usianya sudah genap 17 tahun.
Bryan berdecih mendengar itu. "Banyak bacot lo. woy, serang!" teriak Bryan menyuruh anggota geng nya untuk menyerang Galvin beserta teman-teman berandalan nya itu.
Dengan gerakan lincah nya, Galvin terus menghindari pukulan Bryan. sesekali ia memukul tubuh pemuda itu dengan gagang sapu yang ia temukan di jalan tadi. "Etss nggak kena" ucap Galvin songong.
"Sialan!"
"Dilarang mengumpat" ucap Galvin memukul wajah pemuda itu hingga membuat Bryan tersungkur ke aspal dan mimisan.
Galvin tertawa melihat penampilan Bryan. "Rasain tuh monyet" ucap Galvin tanpa mengeluarkan suaranya. dan Bryan bisa menangkap ucapan yang dilontarkan oleh anak itu walaupun suaranya tidak terdengar.
Bryan melongo sejenak melihat itu, sebelum akhirnya ia berdecih. "Bangun lo" ucap Galvin menodongkan gagang sapu nya tepat di wajah Bryan.
Bryan menepis gagang sapu itu, lalu berdiri. "Rasain nih!" pemuda itu hendak memukul wajah Galvin. tapi untung saja bungsu Alvarendra berhasil mengelak.
"Lo mau mukul muka tampan gue? sorry, nggak segampang itu" ucap Galvin, menendang perut Bryan cukup kuat. lalu ia berjalan menuju ke sebuah pohon untuk bersantai.
Galvin memperhatikan teman-temannya yang terus berkelahi dengan geng nya Bryan. ia mendongak ke atas, memperhatikan terik matahari yang lumayan panas. "Njir, panas banget gila. nggak ada yang jualan es apa ya di sini?" celetuknya.
Di tengah-tengah tawuran yang tengah berlangsung, bisa-bisanya Galvin malah duduk santai di bawah pohon sambil mengibas-ngisbas kan tangannya di depan wajah.
Dewo memukul telak lawannya, lalu berlari kecil menghampiri sahabat nya. "Woy, bisa-bisanya lo nyantai di sini sedangkan yang lain masih sibuk ngelawan geng nya si Bryan" protes Dewo pada Galvin yang masih santai.
"Panas ogeb!"
"Alesan! ayo lo bangun! kan elo yang ngajak kita buat tawuran" ucap Dewo menarik tangan Galvin agar cepat berdiri.
Galvin mendengus kesal, "ganggu aja lo"
"Bodo!"
Sebelum melawan Bryan lagi, Galvin terlebih dulu merenggangkan otot-ototnya. "Oke gue udah siap" ucap nya lalu berlari ke arah Bryan yang sibuk melawan Robby.
" Berhenti di sana Galvin Malvelino Alvarendra! "
Suara bariton milik Kyler bukan hanya menghentikan Galvin. tapi semua pemuda-pemuda yang ada di sana juga ikut berhenti melakukan tawuran.
Mereka meneguk ludahnya tanpa sadar, begitu melihat kehadiran si sulung Alvarendra. "Woy cabut!" teriak Bryan memberi arahan pada semua teman-temannya.
"Guys, kabur!" ucap Dewo begitu melihat Bryan dan geng nya sudah pergi. meninggalkan Galvin berdua bersama si sulung Alvarendra.
"Woy tungguin gue!" ucap Galvin hendak kabur dari kakak pertama nya. tapi pergerakannya kalah cepat dengan Kyler yang sudah lebih dulu menarik telinga anak itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Galvin Malvelino
أدب المراهقينGalvin Malvelino adalah remaja berusia 15 tahun yang tidak pernah membayangkan kalau ternyata dia adalah anak bungsu dari keluarga mafia yang bermarga Alvarendra yang selama ini telah hilang dan di cari-cari oleh keluarganya. Galvin yang dasarnya me...