PART 9

123 16 0
                                    

Allard tidak tenang hidup seperti ini, kesalahan di masa lalu tentang kasus pembunuhan Ariella yang memang dirinya terlibat di dalamnya, namun semua yang dilihat dengan mata kepala seorang gadis bernama Chelsea - saksi kejadian itu tidak sepenuhnya benar.

Tentang siapa yang membuat Ariella mati mengenaskan adalah perbuatan Elena, sayangnya Allard berada di samping El yang tidak dapat lagi mencegahnya membuat nama baik Allard di mata gadis itu sudah tercoret.

Tapi Allard rasa menutupinya adalah sebuah kesalahan besar demi perselingkuhannya dengan Elena tidak terbongkar begitu saja. Ya, semua ini berkaitan, jika kasus Ariella terungkap maka perselingkuhannya pun demikian.

Kalila yang mendengar satu fakta lagi tentang sang papa cukup terkejut, mungkinkah keluarganya memang ditakdirkan memiliki kisah yang rumit?

Mereka melanjutkan perbincangan di perjalanan menuju rumah Allard.

"Kamu jaga diri baik-baik ya, papa gak bisa janji kedepannya buat jagain kamu."

"Tapi papa gak salah, aku mohon jangan menyerahkan diri"

"Ayok turun, kita udah sampai." kata Allard yang memarkirkan mobilnya di pekarangan rumah yang terlihat sangat nyaman menurut Kalila.

Walaupun ragu, Kalila tetap melangkahkan kakinya memasuki rumah besar itu, kedatangannya di sambut dengan raut kekecewaan seorang wanita yang ia yakini adalah istri dari papanya itu, enggan menatapnya dan berlalu begitu saja dari hadapan Kalila.

"Jess!" panggil Allard pada istrinya. Namun wanita itu tetap teguh pada pendiriannya, enggan menemuinya.

"Kamu duduk dulu di sini." perintah Allard pada Kalila yang menunjuk pada sofa di tengah ruangan, lalu meninta seorang pelayan rumahnya untuk membuatkan minum untuk Kalila.

Lalu Allard beralih ke depan pintu kamar putranya.

"Jordan?"

Pemilik nama itu segera menghampiri dimana sumber suara berasal, membukakan pintu, ia baru saja tertidur meskipun jam baru menunjukkan pukul 19.30

"Kenapa, Pa?"

"Ayok ikut papa!" Jordan menurut mengikuti sang papa kemana, pandangannya langsung tertuju pada gadis yang duduk dengan posisi membelakanginya.

"Kalila, ini Jordan kakak kamu."

Dan tepat Jordan dapat melihat gadis itu seutuhnya, ada rasa tidak terima dengan garis takdirnya. Baik Kalila maupun Jordan sama-sama terdiam, entah harus bereaksi seperti apa, apalagi Kalila hanya menunduk tak berani menatap Jordan yang seperti mengintimidasinya, padahal tidak.

"Gue Jordan." pada akhirnya Jordan mengulurkan tangan kanannya, Lila menyambutnya ragu lalu melepaskannya dengan cepat.

"Kalila."

"Jordan, Kalila, papa mau menemui mama sebentar." pamit Allard pada kedua anaknya yang terjebak dalam keheningan.

Daripada begini, Jordan memilih pergi dari hadapannya tanpa mengatakan sepatah kata apapun.

Allard memang mencari istrinya yang tidak entah perginya kemana, namun setelah benar-benar jauh dari pandangan Kalila, Jess atau istri dari seorang Allard itu tiba-tiba muncul ke hadapan Kalila lalu mencekal lengannya keras lalu berbisik tepat di telinganya, "Cepat pergi sekarang!"

"I-iya tante."

"Jangan sampai ada yang mengantar anak itu pergi." ujarnya kepada salah satu pekerja di rumahnya.

▪︎

Kalila keluar dari pekarangan rumah Allard dimana hari sudah berganti malam, ia mengecek ponselnya berniat memesan ojek online namun layar ponselnya menampilkan panggilan masuk dari sang mama yang sangat jarang sekali menghubunginya.

"Hallo, Ma?"

Kamu pergi atau saya yang pergi?

Ujar Elena lewat sambungan telepon disertai dengan racauan tidak jelas.

"Mama mabuk ya?" tanyanya khawatir. Elena masih berbicara tidak jelas sampai akhirnya seseorang mengambil alih untuk berbicara dengan Kalila, sepertinya pemilik tempat yang di kunjungi Elena karena langsung memberitahu Kalila dimana posisi ibunya itu sekarang.

Hari sudah semakin malam, ia telah membawa sang mama keluar dari tempat clubbing yang cukup private itu dengan memosisikan tubuhnya sebagai tumpuan Elena yang tidak sadarkan diri, karena Kalila tidak tahu harus bagaimana, ia nekat meminta bantuan Kaivan, menelponnya lewat ponsel Elena yang tidak terkunci.

Tak lama mobil yang dikendarai Kaivan berhenti tepat di samping kedua ibu dan anak itu. Kaivan turun untuk membantu Elena masuk di kursi belakang, tak lupa memakaikan sabuk pengaman. Setelah merasa urusannya selesai, Kalila terdiam di samping mobil itu bermaksud menunggu kepergian Kaivan membawa mamanya namun cowok itu malah membukakan pintu depan di samping kemudi.

"Cepetan masuk!" perintahnya dan refleks Kalila menurutinya.

●●●

Sangat kebetulan bagi Gavin yang berniat mencari makanan untuk teman-temannya di basecamp, beruntung ia memilih berjalan kaki jadi dengan jelas ia melihat tak jauh beberapa meter di depannya Kalila turun dari mobil yang ia kenal itu milik Kaivan, Gavin bukan seorang stalker Kaivan, hanya sekedar tahu karena sering melihat.

Tuh kan, gue yakin ada sesuatu mereka.

Kalila turun di halte dekat gedung apartemennya, sejenak ia memilih duduk di sana dan terdengar helaan napas dari Kalila.

"Lila?" panggil Gavin dan kini cowok itu ikut duduk di sampingnya. "Lo darimana? Kok bisa bareng Bang Kaivan? Lo gak ada hubungan apapun kan sama dia?" tanya Gavin beruntun bahkan Kalila tak tahu harus menjawab yang mana terlebih dahulu dan memilih diam karena memang itu pertanyaan yang sulit untuk di jawab.

"Lila?" panggilnya lagi.

"Iya Gavin?"

"Jawab dong."

"Gue gak tahu harus jawab apa."

"Yaudah lo ceritain kenapa bisa bareng Bang Kai, itu dulu aja."

"Kalau gue cerita, lo bakal berhenti ngejar gue?"

"La? Lo nyuruh gue berhenti ngejar lo lagi?"

Kali ini Kalila menghadap Gavin, berusaha menatap netra Gavin yang sedang menatapnya dalam, "Bukan, mungkin setelah lo tahu siapa gue sebenarnya lo bakal mikir beribu kali deketin gue."

"Sotau lo, cerita dulu aja kan gue gak tau tapi lo udah simpulin gitu aja." ujarnya diselingi candaan sambil mengacak pelan rambut gadis itu.

Malam ini... Gavin tahu kehidupan Kalila.

●●●

IMPACT | KGVTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang