Karena aku nggak suka yang namanya basa-basi, Kayak, beli kuenya, atau jalan-jalan di mall nya, jadi aku skip aja. Karena menurutku itu nggak berguna kalau nggak ada dialog yang berhubungan dengan alur cerita utamanya.
--------------------------------Disinilah kami sekarang setelah membeli kue. Taman. Tempat yang begitu menyejukkan. Aku tidak bohong. Sungguh. Taman ini begitu indah. Andai saja ada ibu dan Rika.
"Unnie"
"Kenapa, Dita?"
"Unnie dari tadi melamun terus. Apa yang unnie pikirkan?"
Eh, aku sepertinya terlalu memikirkan ibu dan Rika.
"Tidak ada"
Dia pasti tidak percaya. Tapi, tak apa lah. Anak-anak sepertinya memang tidak pantas masuk ke dalam urusan orang dewasa.
"Maaf membuatmu menunggu lama. Ini eskrim mu, Dita"
Oh, benar. Aku melupakan Kwak Jichang. Saat kami sampai di taman, Dita ingin eskrim dan langsung dibelikan oleh Jichang. Hee, benar-benar seperti keluarga sungguhan ya. Ah, tunggu. Apa yang kupikirkan.
"Unnie mau?"
"Ah, tidak. Kamu saja yang makan"
Aku tidak terlalu suka eskrim. Karena sensasi dinginnya membuat gusiku sakit.
"Kau tidak berubah.."
Aku menatap Jichang dan berkedip beberapa kali. Apa dia bilang? Aku tidak berubah? Apa maksudnya? Apa aku salah dengar?
"...apa anda mengatakan sesuatu?"
"Tidak"
Ah, mungkin aku salah dengar. Kurasa aku harus kurangi menggunakan headset agar pendengaranku tidak terganggu.
"Unnie, apa yang akan unnie lakukan saat bertemu dengan keluarga unnie?"
Ah, apa dia merindukan keluarganya? Ya, pasti begitu.
"Entahlah. Mungkin aku akan berhambur ke pelukan ibu dan mengatakan 'aku pulang'. Mungkin begitu"
Dia terlihat murung. Apa aku salah bicara?. Ah, dia pasti ingin kembali ke keluarganya tapi tidak tahu harus bersikap seperti apa.
"Mama, bolehkah aku memelukmu?"
"..tentu"
Dita memelukku. Pelukannya begitu erat.
"Mama, aku pulang"
Eh?! Kenapa dia mengatakan itu padaku? Ah, mungkin dia melihat ibunya dalam diriku. Iya, mungkin begitu.
Kasihan sekali anak ini. Punya masalah keluarga dan dibuang oleh keluarganya diusianya yang masih muda. Duh, ibuku saja tidak begitu. Orang tuanya kejam sekali.
Eh, sebentar. Berapa lama kita berada diluar? Harusnya saat ini aku membantu ibu panti menyiapkan makan malam untuk anak-anak.
"Lebih baik kalian kembali ke panti. Hari sudah sore"
"Ah, oppa mengacaukan suasana saja! Tidak bisakah kita tinggal lebih lama lagi?"
Oh, lihat pipinya yang menggembung karena kesal. Benar-benar imut! Pengen ku gigit tapi ntar dia nangis, duh.
"Jangan merengek. Ib-unnie mu harus membantu ibu panti menyiapkan makan malam, jadi dia harus kembali"
"Terserah! Aku ngambek sama oppa!"
Aww, Jichang memang peka. Memang tipikal suami idaman mama mertua.
"Dita, jangan marah ya. Nanti unnie ajak Dita jalan-jalan lagi"
"Benarkah?!"
"Iya"
"Unnie memang yang terbaik!"
Mata berbinarnya benar-benar menyilaukan. Kurasa aku harus sering-sering menggunakan kacamata hitam.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."... harum bunga yang tidak berubah. Dia masih bunga yang sama.."
N: maaf pendek. Aku habis nangis semalam karena pikiran negatif menyerangku. Aku sering ovt karena hal kecil. Misalnya kemarin aku gak kerja kelompok karena motor lagi dipake orang tuaku ke rumah kakek dan nenek dan tololnya aku nggak ngasih tau ketua kelompoknya trus aku langsung mikir kalau kehidupan sekolahku bakal kembali ancur lagi sama pas kayak aku masih SMP. Trus, aku juga nangis pas tau fakta kalau aku sendirilah yang melepaskan 'rantai' yang membelengguku dan aku sendiri juga yang mengobati 'sayap kebebasanku' yang sudah 'patah'. Dari awal aku selalu sendiri... ah tunggu, aku malah curhat, Xixixi. Ngomong-ngomong, ada yang bisa nebak maksud dari Jichang dan Dita? Aku udah ngasih clue besar-besaran loh. Nggak mungkin kan kalian nggak bisa nebak, Xixixi.
Sampai jumpa di chapter selanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐑𝐞𝐚𝐥𝐢𝐭𝐲
RomanceAnomaly projects fl strong? maaf saja. Karena kali ini, aku akan membawakan cerita dimana dirimu yang masuk isekai tanpa adanya cheat atau semacamnya. Dan tentunya, sesuai dengan realita.