Bab 1

17 2 0
                                    







suara ketukan pintu mengusik tidur perempuan cantik yang baru saja ingin menyelami dunia mimpinya. dengan malas ia membuka pintu dengan muka khas orang baru tidur. didepan pintu sudah berdiri seorang lelaki dengan perawakan bak dewa yunani, dengan hidung mancung dengan manik mata coklat serta dipadu dengan rahang tegas yang ditumbuhi sedikit bulu halus yang menambah kesan maskulin seorang keturunan dari keluarga Wiyus. keluarga dengan kehidupan sederhana dimata mereka tapi tidak bagi khalayak umum.

"nape?" tanya perempuan itu yang membuat lelaki tersebut membalikkan badan menghadapnya.

"baru jam setengah 9 udah molor aja lu"

"suka suka gua lah, mau ape lu" dengan nada ketus perempuan itu menjawab tak membuat lelaki tersebut pergi.

"gua kangen bunda" bak singa yang berhadapan dengan tuannya, yang menjadikan ia menjadi manja dan bersikap manja. wajah yang awalnya datar dan tegas kini berubah seperti anak 7 tahun yang sedang bersedih karena mainannya di ambil temannya.

"eh-" tanpa aba-aba lagi lelaki tersebut langsung memeluk pinggang perempuan itu kemudian menangis tanpa mengeluarkan suara. hatinya tersentuh melihat lelaki yang sangat sayang kepadanya sedang menangis, dengan lembut ia mengusap surai lelaki tersebut.

"udah bang, nanti kedengeran sama nek lampir dn antek-anteknya" peringatan perempuan tersebut. "masuk dulu yuk" ajaknya kepada lelaki yang ia panggil abang.

setelah mengunci pintu, perempuan itu menghampiri lelaki tersebut yang sedang berdiri di balkon kamarnya. hilang sudah kantuk yang ia rasakan tadi, kini matanya segar sekali.

"abang kenapa?"

"gua kangen bunda din, gua udah janji sama bunda untuk selalu ngejaga lu, tapi sebentar lagi gua mau keluar negeri atas tuntutan ayah"

sunyi. mendengar penuturan yang diucapkan oleh lelaki disebelahnya membuat perempuan itu diam dengan senyum manis di bibirnya. keduanya sama-sama diam dengan pikiran masing-masing, sambil memandang langit yang dipenuhi oleh bintang dan bulan yang hanya setengah.

"abang ga benci sama adin?"

mendengar pertanyaan yang di ucapkan oleh perempuan itu membuat lelaki di sampingnya menoleh dengan kerutan di kening yang menyiratkan raut tidak suka dengan pertanyaan tersebut. dengan perlahan ia memegang bahu perempuan tersebut.

"Ardina Karlin Wiyus. sedikitpun ga ada terbesit pikiran di otak gua buat ngebenci lo. cuma lo yang gua punya"

"tapi kan abang selalu di banggain sma ayah, sama nek lampir dan antek-anteknya"

"gua cuma anggep lo. bukan mereka"

"tapi kan aku yang ud-"

"ssttttt. jangan di bahas" karena ia tau keadaan perempuan itu yang notabenenya adalah adik kandungnya ia pun langsung memeluk tubuh kecil tersebut menyalurkan kehangatan serta memberi kekuatan batin kepadanya.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 05, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

AGLER-kuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang