"jadi, you udah mutusin kalo natan gak jadi pewaris utama?" tanya valentina sembari menceklis kalender, hari ketiga mereka mendiami villa. lalu wanita itu mengambil kopinya yang sudah setengah dingin dari meja dan menyesapnya. sementara mata birunya memperhatikan si lawan bicara.
ibunya natan, stellaris phillips, hanya mengangguk singkat. mulutnya sibuk mengunyah sandwich yang baru saja ia buat untuk sarapan. katanya sih bagian dari diet.
"silvanna it is?"
"yes. should've been her since day one. nataniel itu akhir-akhir ini kerjaannya semakin menurun. tingkat konsentrasinya pun sama saja. i sih udah bicarakan sama papinya, katanya terserah aja."
valentina hanya mengangguk singkat, tetapi kemudian ia menyeletuk, "eh tapi bukannya natan itu pintar sekali ya? lulusan stanford energy resources engineering department kan?"
disitu wajah stellaris terlihat masam. ia sepertinya tidak terlalu menyukai pertanyaan sang teman.
"the thing is, valen, keluarga kita lebih mengarah ke pengelolaan bisnis. keluarga kami udah berusaha mungkin mendorong nataniel. cuma memang yah mungkin passion dia di science and stuff."
"ah, kalo disini anakku semuanya masuk ipa. kecuali mas aamon, gak tau kenapa betah aja dia masuk bisnis manajemen. kakak xavi teknik, adek gusion kimia, adek eren biologi." kata valentina, sementara ia tersenyum melihat natan yang baru saja keluar dari kamarnya dengan rambut basah dan penampilan serba rapi, tipikal.
lalu bertepatan saja, dibelakangnya ada aamon yang betul-betul seperti kebalikan dari natan. rambut coklatnya berantakan, kaos putihnya lecek, dan bahkan masih ada belekan di sekitar matanya.
"pagi ma, tante," sapa natan dengan senyum. yang dibalas dengan senyuman balik dari kedua wanita paruh baya yang sedang duduk di sofa itu.
pria itu masih belum menyadari kehadiran si sulung paxley sampai ia mulai mempersiapkan wajan dan membuka kulkas untuk mencari telur. natan rencananya akan sarapan sebelum pergi ke salah satu toko buku untuk membeli buku terbaru keluaran Carmilla Ansaac.
"omelet kayak biasa?" tanya aamon dengan suara seraknya.
jantung natan hampir copot begitu ketika mendengarnya. ia lalu mengangguk walau tangannya agak tremor ketika menyalakan kompor.
"oke. make it two for us please? aku bikinin teh gulanya dua sendok kecil."
asli si aamon ini tau aja ya kelemahan natan? bahkan takaran gula untuk tehnya yang tidak pernah berubah selama 10 tahun lamanya saja diingat.
"oke." hanya jawaban singkat dari natan sembari ia melakukan kegiatannya. senyum kecil sempat terukir di wajahnya.
beberapa menit kemudian omelet sudah siap disajikan dan aamon sudah duduk manis di pantry dengan segelas mini teh dan satu mug kopi susu ukuran sedang yang natan tahu betul kesukaan si sulung paxley. mereka selalu mengulang-ulang sarapan dari musim panas ke musim panas.
"sorry about two days ago," kata aamon sembari menyesap kopinya. "i never forgive myself after that."
natan yang tengah memotong omeletnya hanya membalas tatapan itu ragu. "i'm fine. just forget it."
lalu keheningan menyelimuti mereka berdua, lagi dan lagi. kadang hanya dengan melihat wajah aamon, natan langsung rindu akan kenangan mereka berdua tahun-tahun sebelumnya.
tidak seperti sekarang, dulu keduanya tidak bisa diam dan selalu berbincang walaupun topiknya sudah diluar nalar. lantas lihat keduanya sekarang. bahkan bagi mereka berbicara saja adalah hal yang paling menakutkan di dunia.
KAMU SEDANG MEMBACA
midnights | aamon x natan
Fanfictionlika liku aamon dan natan setiap musim panas, dan tepatnya di setiap malam hari. [!] bxb, bxb, gxg [!] written in lowercase [!] alternative universe 2023, @soundofscorp