Phuwin turun dari kereta Mercedes warna hitam itu. Dia melambaikan tangan dekat Pond yang mulai menjauh dari kawasan universitinya. Sejak mereka bernikah, Pond akan selalu menghantar dan mengambilnya di universiti. Jika Pond mempunyai emergency, Phuwin yang akan pulang sendiri. Itupun kena memberitahu Pond supaya Pond tidak ke universitinya ketika dia sudah tiada. Tidak mahu menyusahkan.
Phuwin berjalan masuk ke dalam universiti dan dia membuka locker.
" Phuwin ! I miss you ! " ucap Gemini yang memeluk Phuwin dari belakang.
Phuwin hanya ketawa melihat tingkah laku Gemini. Phuwin menolak tangan Gemini yang melingkari perutnya.
" Kau yang menghilang ! Kenapa ? Sudah berbahagia dengan Fourth ? " tanya Phuwin dengan nada mengusik.
Gemini ketawa kecil, " Mana ada ! " Gemini menyandarkan tubuhnya di locker, menghadap Phuwin.
" Bagaimana ? " tanya Gemini membuatkan Phuwin mengerutkan dahinya, tidak faham.
" Bagaimana apa ? " tanya Phuwin, menutup locker nya.
" Kehidupan kau dengan P'Pond ? "'
Phuwin menghela nafas dan menyandarkan tubuhnya di locker. Phuwin memandang Gemini.
" I don't know. Sama sahaja seperti aku belum nikah. Hidup aku, hidup aku. Hidup Pond, hidup dia. It's nothing " Phuwin memandang buku rujukan Pure Maths di tangannya.
" Do you don't feel anything ? " tanya Gemini ingin tahu.
" Apa ? "
" Cinta ? "
" Hmm . Tidak " Phuwin menghela nafasnya, " Apakah patut aku berpisah dengan Pond ? "
Mata Gemini terbeliak, " Hell no Phuwin ! "
Phuwin hanya memandang Gemini dengan datar.
" Habis tu aku nak buat apa ? " tanya Phuwin, suara malas.
" Cuba rapatkan diri dengan P'Pond " pinta Gemini dengan selamba.
" Susah " Phuwin memberikan alasan.
" Berusaha Phuwin. Takkan kau terus berpisah selepas 3 bulan bernikah dengannya tanpa nempunyai kelanjutan di hubungan kau ? " tanya Gemini dengan kening terangkat.
Phuwin menghela nafas berat. Tidak boleh berfikir.
" Daripada kau nasihatkan aku tentang ini semua, lebih baik kau melanjutkan hubungan kau dengan Fourth dengan lebih serius " Phuwin membalas kembali membuatkan Gemini terdiam.
" Arr.. Itu.. " Gemini menggaru kepalanya yang tidak gatal.
Phuwin tersengih memandang Gemini.
" Aku memang menyukai Fourth tetapi setakat suka, tidak ke mana. Cinta lebih bermakna kan ? And you know, I have fiancée " keluh Gemini membuatkan Phuwin terdiam.
" It's okay. Berjuang " Phuwin menepuk bahu Gemini.
Gemini hanya memberikan senyuman nipis sahaja.
" Phuwin, aku ada satu soalan untuk kau. Ini aku dapat dari Joong " kata Gemini dengan senyuman.
" Soalan apa ? " tanya Phuwin, mengangkat kening.
" Aku tahu ini soalan psikopat "
" Kau ingat aku ni psikopat ke apa ? " bidas Phuwin membuatkan Gemini tersengih canggung.
" Apa soalannya ? " tanya Phuwin.
" Seorang lelaki duduk di apartemen. Suatu hari, lelaki itu ternampak di apartemen depannya terjadi pembunuhan. Tidak sempat lelaki itu lari, pembunuh itu sudah nampak lelaki tersebut. Pembunuh itu tidak melakukan apa-apa kecuali jari-jemarinya bergerak-gerak. Apa yang pembunuh itu lakukan ? " tanya Gemini dengan senyuman miris.
" Hmmmm.. Pembunuh itu ingin membunuh lelaki itu ? " teka Phuwin.
" Salah " Gemini menggelengkan kepala.
" Habis tu ? Apa ? "
" Jawapannya, pembunuh itu mengira lelaki itu duduk di apartemen berapa dan pembunuh itu ingin membunuh lelaki itu dengan kiraan kedudukan apartemen " jawap Gemini dengan ketawa kecil.
" Ohhhh.. Mental ke apa si Joong ni tanya soalan psikopat " komen Phuwin sambil menggelengkan kepala.
" Joong kan ambil bahagian psikologi. Psikologi mesti lah mengetahui pelbagai benda " balas Gemini.
Phuwin mengangguk, " Betul juga tu "
Gemini dan Phuwin berpisah di situ kerana mereka perlu menghadiri kelas.
Semasa Phuwin berjalan, tiba-tiba seorang lelaki berlari bertentangan ke arahnya dab lelaki itu melanggarnya dengan sungguh kuat membuatkan Phuwin terdorong sedikit ke belakang. Buku yang dipegang oleh Phuwin jatuh berterabur di lantai.
" Where you eyes ?! " marah Phuwin dekat lelaki itu.
" Maafkan saya. Maafkan saya " lelaki itu mencangkung, mahu mengutip buku-buku Phuwin yang jatuh.
Phuwin pun mengutip buku-buku itu. Semasa Phuwin ingin mengutip buku terakhir, tangannya dengan tangan lelaki itu bersentuhan membuatkan Phuwin tersentak. Phuwin mengangkat kepala dan masa itu matanya bertatapan dengan mata coklat gelap yang penuh keikhlasan.
" Maafkan saya sekali lagi " ucap lelaki itu dengan lembut.
Phuwin menganggukkan kepala, " Tidak mengapa "
" Nama awak siapa ? " tanya lelaki itu, mulai memasukkan benang di lubang jarum, mahu berkenalan.
" Phuwin Tangsakyuen. Kau ? " Phuwin menanyakan kembali.
" Wachirawit Ruangwiwat tapi panggil sahaja Chimon. Selamat berkenalan " Chimon menghulurkan tangannya dan Phuwin menyambut tangan itu dengan senyuman nipis di bibir.
" Iya, selamat berkenalan " ucap Phuwin kembali.
Selepas melepaskan sambutan tangan, Phuwin meminta diri ke kelas. Chimon hanya memandang sahaja tubuh Phuwin yang berjalan pergi. Senyuman manis terukir di bibir Chimon bila merasakan degupan jantungnya laju bila memandang Phuwin.
LUNCH waktu tengah hari itu, Phuwin makan bersama Pond yang mengajaknya untuk lunch bersama.
" Bagaimana dengan kelas ? Okay ? " tanya Pond, memecahkan tembok kesunyian yang terbina dari dalam kereta.
" Not bad " balas Phuwin dengan helaan nafas panjang. Kepenatan bila masuk semester baru.
Pond senyum, " Tidak mengapa. Biasa kalau student masuk semester baru akan kelelahan. Sama seperti saya dulu " Pond mengusap rambut Phuwin.
Phuwin hanya menganggukkan kepalanya sahaja dan tiba-tiba fikirannya teringat Chimon.
" Kau tahu tak, aku ada berkenalan dengan seseorang " beritahu Phuwin dengan gembira.
Pond mengangkat keningnya, " Siapa ? Lelaki ke perempuan ? "
" Lelaki. Namanya Chimon. Dia kelihatan sungguh baik sekali "
" Jangan menilai orang dengan cepat. Wajah dia menunjukkan kebaikan tetapi hatinya berbisik jahat. Wajahnya menunjukkan kejahatan tetapi hatinya bersih dan lembut. Jangan menilai cerita dari buku itu tanpa membacanya terlebih dahulu " pesan Pond penuh makna tersirat.
" Apa maksud kau ? " tanya Phuwin dengan kerutan di dahi.
" Suatu hari nanti, awak akan faham " ucap Pond dengan senyuman manis.
Phuwin mengangguk sahaja. Tidak ada niat ingin bertanya lagi. Dia yakin yang dia akan faham suatu hari nanti
YOU ARE READING
Strawberry and Cigarettes ( S2 )
RomanceAda seseorang memerhatikannya membuatkan dia hidup di dalam ketakutan dan berhati-hati bersama pasangannya yang melindunginya