Phuwin bangun daripada tidur. Dia melihat sekeliling yang gelap.
" Pond... ? " panggil Phuwin dan dia duduk bersandar di kepala katil hospital. Dia mencari kelibat Pond tetapi tubuh tegap Pond tidak menjamah matanya.
Peluh merenik di dahinya. Badannya menggigil kecil dan tubuhnya bergetar perlahan. Dia memandang sekeliling dengan tidak fokus. Saat ini, dia sendirian... Di dalam kegelapan....
" Pon... Pond... " panggil Phuwin di dalam kegelapan malam. Kenapa wad yang dia duduki saat ini, lampu tidak dibuka ?
Tiba-tiba dia mendengar ada suara rengusan yang kasar bila dia menyebut nama Pond. Phuwin memandang sekeliling, mencari dari mana datangnya suara tersebut dan matanya terpaku di sudut wad. Satu tubuh tinggi dan tegap tengah memandangnya dari situ membuatkan jantung Phuwin seperti berhenti berdegup. Wajahnya pucat seperti darah tidak mengalir.
Lelaki berhoodie itu terus berjalan ke arah Phuwin dengan langkah yang lebar membuatkan Phuwin ketakutan. Dia mahu menjerit tapi tidak sempat dia menjerit, lelaki berhoodie itu mencekik lehernya membuatkan dia tidak dapat bernafas.
" Sia.. Siapa.. Kau ? " tanya Phuwin dengan dada yang sesak. Dadanya seperti ada seseorang yang menumbuk-numbuk membuatkan dia tidak dapat oksigen. Paru-paru nya tidak dapat berfungsi saat ini kerana kekurangan udara. Saluran pernafasannya sempit saat ini.
Melihat Phuwin yang seperti di hujung nyawa, lelaki berhoodie itu mencampak tubuh Phuwin ke lantai.
" Akh !! " Phuwin terbaring di lantai bila badan belakangnya bertembung dengan dinding hospital. Dia memegang dadanya dengan mata yang terbeliak besar.
Nafas... Nafas.. Nafas Phuwin... gumam Phuwin di dalam hatinya tetapi dia seperti lupa cara untuk bernafas.
Lelaki berhoodie itu pergi dari situ melalui pintu bilik wad yang diduduki Phuwin, meninggalkan Phuwin yang terbaring lemah di lantai wad.
Phuwin melihat tangannya yang mengalirkan darah kerana jarum tercabut secara paksa. Matanya berkaca-kaca.
Dan masa itu, pintu wad terbuka dan wad itu diterangi lampu.
" Sayang, apakah awak sudah bangun ? Saya menutup lampu supaya awak lena tidur sebab saya tahu, awak lebih menyukai tidur tanpa lampu " ucap Pond yang baru masuk ke dalam wad itu sambil membawa satu fail.
" Phuwin ? " panggil Pond bila melihat katil Phuwin kosong. Selimut berada di lantai manakala cadar putih itu ada beberapa titik darah.
" Phuwin ! Phuwin !! " teriak Pond, mulai risau dengan kehilangan Phuwin. Dia meletakkan fail di atas meja tepi katil dan berjalan sekeliling wad mencari Phuwin.
" Phuwin !! " Pond berlari ke arah Phuwin yang terbaring di atas lantai dengan darah yang mengalir dari tangan dan crepe bandage yang terbalut di leher Phuwin, sudah berwarna merah. Bagaimana luka di leher Phuwin boleh terbuka kembali ? Apakah ada sesiapa mengasari Phuwin ? tanya Pond di dalam hatinya.
Pond meletakkan kepala Phuwin di pahanya. Phuwin pegang dadanya dengan nafas yang tidak teratur. Mata Phuwin terbeliak besar, memandang siling wad.
" Phuwin sayang... Tarik nafas, lepas... Tarik, lepas.. Bernafas dengan teratur sayang " bisik Pond di telinga Phuwin. Dia membantu Phuwin untuk bernafas dan dia mengucup ubun-ubun rambut Phuwin dengan lembut.
Phuwin mengikut kata-kata Pond itu. Tarik nafas... Lepas... Tarik nafas... Lepas... Phuwin perlahan-perlahan dapat mengatur nafasnya.
Air mata Phuwin jatuh melihat wajah Pond di atasnya. Phuwin menangis teresak-esak sambil menutup kedua matanya dengan kedua tapak tangannya yang menggigil.
" Dia datang kembali ! Dia datang kembali !! " teriak Phuwin dengan tangisannya.
Pond yang mengetahui hala tuju teriakan Phuwin itu, terus memeluk Phuwin dengan erat.
" It's okay Phuwin. I'm here for you. I'm sorry. I'm sorry. If I not leave you alone in here, this will not happen. I'm terribly sorry my dear " ucap Pond sambil mengusap-usap kepala Phuwin.
Tangisan Phuwin semakin lama semakin perlahan dan senyap.....
Pond menolak sedikit tubuh Phuwin, mahu melihat muka Phuwin yang tersembam di dadanya. Hati Pond sayu melihat wajah pucat Phuwin. Mata yang cantik milik Phuwin, membengkak. Hidung mancung Phuwin yang sempurna menjadi memerah. Bibir yang sebelum ini merah kecoklatan menjadi kebiruan.
Pond mengangkat tubuh Phuwin dan membaringkan Phuwin ke atas katil. Dia menyelimutkam tubuh kurus Phuwin dan dia mengusap pipi cengkung Phuwin. Dia mengucup dahi Phuwin.
Baru sahaja dia mahu jalan, tangannya dipegang membuatkan Pond berhenti berjalan. Pond pandang belakang dan nampak mata Phuwin terbuka separuh, memandangnya sendu.
" Jangan tinggalkan saya. Saya takut " ucap Phuwin dan setitis air mata menitis di hujung mata Phuwin.
Pond terus naik ke atas katil hospital dan baring di sebelah Phuwin. Phuwin terus memeluk Pond dengan erat dan dia menenggelamkan wajahnya di dada bidang Pond.
" Saya cintakan awak, Pond Naravit " ucap Phuwin sambil menggesel-geselkan kepalanya di dada Pond dengan manja.
Pond senyum dan mengusap kepala Phuwin, " Saya pun cintakan awak " balas Pond dan mengucup kepala Phuwin.
Phuwin tertidur sambil memeluk pinggang Pond.
Pond memandang siling dengan perasaan kosong. Dia memandang pintu bilik wad dan matanya tajam melihat ada sepasang mata yang berada di celahan pintu tersebut.
Mata itu bertaut dengan mata Pond. Mata itu kelihatan penuh benci melihat Pond yang tengah tidur berbaring dengan Phuwin.
Pond mengibaskan tangannya di udara seperti menghalau mata itu pergi.
Mata dari lelaki berhoodie itu pergi dari situ dengan perasaan marah dan benci yang menggunung tinggi.
Pond menutup matanya.
Belum masanya lagi untuk menangkap lelaki berhoodie itu.....
YOU ARE READING
Strawberry and Cigarettes ( S2 )
RomanceAda seseorang memerhatikannya membuatkan dia hidup di dalam ketakutan dan berhati-hati bersama pasangannya yang melindunginya