Ternyata Tidak Semua Kebenaran Itu Menyakitkan

600 63 12
                                    

****

Gawat!!

Aku tidak dapat berhenti mual sejak dini hari. Bahkan aroma sabun saja membuat kepalaku pusing. Aku bersyukur aku memutuskan untuk berpisah kamar dengan William saat ini. William mungkin akan mengetahui ini apabila kami sekamar cepat atau lambat. Alhasil aku masih terjaga sambil memakan permen mint sepanjang dini hari

Aku memutuskan untuk memasak sarapan ketika jam dinding menunjukkan pukul enam pagi

William berjalan mendekatiku tidak lama kemudian. Ia bergumam sambil mengisi air ke botolnya,"Hi, good morning,"

"Morning. Hari ini aku masak bubur ayam untuk sarapan. Is it okay?" tanyaku

William mengangguk pada detik berikutnya. Ia kelihatan menyergit melihatku, yang membuatku menahan napas pelan

"Kamu.. pagi pagi makan permen mint?"

Ah, shit! Aku lupa aku masih makan permen mint ini!

Aku berusaha mengontrol raut wajahku agar senormal mungkn lalu menjawab,"Yap. Memangnya ada yang salah?"

William menggeleng meski ia kelihatan ragu namun ia membalas,"Em, nope. Tapi agak aneh,"

Aku bersyukur percakapan mengenai permen mint berhenti disana. William dan aku sepakat untuk menitipkan Camilla ke rumah orang tuaku dan mertuaku bergilir setiap harinya. Lalu kami akan pergi ke kantor menggunakan mobil yang berbeda setelah itu

Camilla dan aku tengah menunggu William keluar dari kamarnya. Camilla tidak berhenti mengajakku bermain hingga menarikku agar masuk ke dalam kamar William. Huh, aku tidak dapat menginjakkan kakiku ke dalam kamar William. Ada perasaan segan dan bersalah karena telah 'memaksa' William untuk tidur di kamar tamu padahal rumah ini adalah rumahnya

William berjalan keluar dari kamar sambil mengendong Camilla. Laki laki yang merangkap sebagai bossku itu membuatku kesulitan mengontrol perasaanku di pagi pagi buta. Ia mengenakan suit yang berwarna arang abu abu. Jas yang ia kenakan berhasil membungkusnya dengan sempurna. Huh, kenapa William harus berpenampilan se-sempurna ini hanya untuk ke kantor? Oke, aku lupa. Dia memang sudah sempurna meski hanya menggenakan kaos biasa. Ia sudah terlahir seperti itu namun hal itu tidak dapat membuatku berhenti kesal. Artinya akan ada ratusan karyawan yang menatap William dengan 'mata telanjang' lagi kan? Huh!

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya William

"Apakah kamu perlu ke kantor seperti ini?" tanyaku tanpa dapat menyembunyikan kekesalanku

William melirik penampilannya sekali lagi lalu mengangkat bahunya,"Aku selalu berpakaian seperti ini di kantor. You knew that,too,"

Huh, itu membuatku semakin kesal. Pantas jumlah fans William tidak berkurang. Justru sebaliknya fansnya semakin banyak tiap menitnya. Kupikir William dapat lolos audisi hanya dengan berdiri disana, tanpa perlu melakukan dialog apapun, jika ia ingin casting film atau drama lainnya. Oke, aku mungkin agak sedikit berlebihan tapi kenapa sih William harus se-ganteng ini untuk dipertontonkan ke orang lain?

Oke, aku tidak boleh berpikir seperti itu

Aku menghembuskan napas pelan kemudian memutuskan menyerahkan satu kotak makanan kepada William. Sebelah alisnya terangkat. Ia kelihatan binggung namun juga tidak berani untuk bertanya

"Aku masak extra bubur tadi. Kamu bisa menyimpannya untuk lunch nanti. Aku menggunakan kotak makan anti panas,"

Sebenarnya aku agak khawatir William tidak mau menerima kotak makan yang kuserahkan baru saja padanya. Ia selalu menghindar jika aku berniat menanyakan makanan apa yang dia inginkan untuk makan siang dulu. Namun.. kini posisi kami telah berubah bukan? Jadi, tidak ada salahnya untuk mencobanya sekali lagi bukan?

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 07, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Fool AgainTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang