"𝑩𝒖𝒕 𝑰 𝒅𝒐𝒏'𝒕 𝒍𝒊𝒌𝒆 𝒂 𝒈𝒐𝒍𝒅 𝒓𝒖𝒔𝒉."
...
𝒯𝒶𝓎𝓁ℴ𝓇 𝒮𝓌𝒾𝒻𝓉 (ℯ𝓋ℯ𝓇𝓂ℴ𝓇ℯ)
an unknown mind, repairing:
𝐂𝐞𝐝𝐫𝐢𝐜 𝐃𝐢𝐠𝐠𝐨𝐫𝐲 - [The Famous Hufflepuff]
by J.K. Rowling
𝐄𝐥𝐨𝐢𝐬𝐞 𝐑𝐞𝐞s - [The Known of a Famous Ravenclaw]...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"I can't dare to dream about you anymore."
Hal-hal mengenai Diggory rasanya benar-benar menyebar tak karuan di dalam diriku. Beberapa kali kulihat para gadis Beauxbatons mencoba mencari perhatiannya. Untuk apa? Untuk menjadi pasangan mereka di pesta dansa nanti, The Yule Ball.
Seluruh Hogwarts kini dipenuhi ucapan-ucapan rayuan dari siswa-siswinya. Mereka berlari kesana sini mencari pasangan lantaran tak mau menghadiri pesta seorang diri. Atau dalam hati berharap dapat pergi berdansa dengan orang yang dipuja selama ini.
Aku tak ingin berharap terlalu tinggi untuk diajak ke pesta bersama, bila tak ada yang menanyaiku, itu akan sakit. Lebih baik kutonton saja mereka yang kini sedang kasmaran saat ajakan diterima, atau yang beraut muka sedih saat ditolak.
"Apa belum ada yang menanyaimu, Ellie?" Cho bertanya saat kami tengah berada di koridor luar kastil.
Aku menggeleng sebagai jawaban. "Bagaimana denganmu?" aku ikut bertanya.
Dia sedikit mengerutkan dahinya sehingga matanya terlihat lebih sipit. "Entahlah, beberapa anak lelaki berlaku aneh kemarin saat aku melewati mereka. Seperti ada yang janggal bila ada aku."
"Mereka ingin mengajakmu, tahu. Pasti masih tak berani."
Kami pun tertawa bersama membayangkan siswa lelaki yang berusaha mati-matian menghilangkan rasa malu mereka. Hanya untuk mengajak seorang gadis berdansa. Padahal hampir semua siswi pasti ingin diajak terlebih dahulu daripada mengajak. Setidaknya itu lebih romantis.
"Um.., excuse me."
Kami secara reflek menoleh pada suara itu. Dan tepat di depanku, seorang siswa Slytherin yang cukup tinggi bila dibandingkan denganku berdiri.
Siswa itu sempat melirik ragu padaku dan Cho. Terlihat sedikit tingkah aneh padanya.
"Bisakah aku bicara dengan Nona Rees sebentar?" katanya sembari menatap Cho seakan memberi isyarat untuk mengizinkannya membawaku sebentar.
"Tentu saja," timpal Cho. Dia begitu bersemangat hingga mendorong kedua pundakku lalu menjauh.
Aku sempat memberi tatapan bertanya padanya, namun dia sudah menjauh dari pandanganku dan lelaki ini.
Great Hall sekarang dipenuhi pernak-pernik dekorasi dan salju yang berdominan warna putih. Alunan musik tak luput di telinga. Orang-orang berpakaian begitu rapi dan cantik, terkesan bebas daripada saat memakai seragam.
Aku berdiri ditengah kerumunan orang-orang. Menonton saat empat juara Triwizard yang harusnya tiga berjalan memasuki aula. Seorang gadis Beauxbatons dengan gaun silver yang begitu menawan masuk pertama kali bersama Davies, anak Ravenclaw yang kukenal. Lalu disusul Seeker terkenal yang sering diceritakan ayah dan kakakku di meja makan, Viktor Krum, disampingnya Granger berjalan dengan gaunnya yang tak kalah anggun dan indah.
Lalu juara Triwizard ketiga, yang dibangga-banggakan seantero Hogwarts. Cedric Diggory. Dia terlihat semakin menawan menggunakan setelan jas itu, kurasa apapun yang dipakainya pasti akan cocok-cocok saja. Pakaian apapun yang dipakainya tak pernah gagal menambah pesonanya yang tinggi.
Lalu disampingnya, gadis cantik yang sangat kukenal. Disana sahabatku berjalan, dengan begitu anggun dan elok, dengan gaun khasnya yang tak kalah indah dengan milik gadis Beauxbatons dan Granger, dan bersama seseorang yang telah menghantuiku akhir-akhir ini.
Cho dan Cedric terlihat begitu serasi hingga semua orang memandang dan memuji-muji mereka. Aku bisa merasakan mereka akan bersama tak lama lagi. Itu terlihat dari raut bahagia keduanya, apalagi tatapan mata saat mereka berdansa di lantai utama. Sungguh romantis.
Lupakan saja cerita yang pernah kudambakan dulu di Hogsmeade, itu tak ada artinya dengan kisah mereka. Itu hanya khayalan belaka, aku terlalu berekspetasi tinggi saat itu. Dan inilah yang kumaksud aku tak suka saat berkhayal hingga seperti dibawa ke negeri impian. Bila tak terjadi, rasanya hanya seperti terbang lalu dijatuhkan begitu saja hingga tulang-tulang remuk.
Saat kulihat lagi mereka berdua, benakku kembali bertanya.
Bagaimana rasanya tumbuh secantik itu? Perawakan mereka, kepopuleran mereka, prestasi mereka. Semua terlihat sempurna di mataku. Sementara diriku tak pernah merasa sempurna dari segi manapun.
Aku tak pernah dilirik orang, dipuji-puji, disapa layaknya mereka benar-benar mengenalku. Mereka hanya tahu aku sebagai sahabat dari Cho Chang, seorang gadis Ravenclaw yang terkenal. Aku selalu tak terlihat, bagaimana bisa aku berkhayal akan bersanding dengan seorang Cedric Diggory bila di sisiku ada seorang gadis sempurna seperti sahabatku sendiri?
Kini aku tak berani lagi bermimpi akan kisah yang indah bersama Diggory. Tidak lagi.