BAB 43| Pembalasan

21.6K 2K 639
                                    

Suara amanat yang berasal dari Pembina OSIS di lapang utama Padja Utama terdengar sampai ke luar gerbang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Suara amanat yang berasal dari Pembina OSIS di lapang utama Padja Utama terdengar sampai ke luar gerbang.

Berbagai nasihat dan wejangan diutarakan, cukup menusuk telinga para siswa-siswi di sana. Pembina OSIS mereka sejak tadi sudah berpote-pote membahas permasalahn para muridnya yang sering terlambat masuk dan sering membolos, hal itu membuat kedua remaja laki-laki dengan seragam yang sudah acak-acakan semakin mempercepat aksi lari mereka di luar sekolah.

"Buru goblok! Udah telat!" Sentak Galuh yang menarik tangan Raksa agar mempercepat larinya.

Setelah 15 menit berlari mereka akhirnya tiba di hadapan gerbang. Kanagara bermata elang itu menghembuskan napas panjang, mengisi paru-parunya karena napasnya tersenggal setelah berlari.

"Ditutup." Gumam Raksa. Dia mencoba melihat situasi di dalam. Tentu saja upacara hari senin yang rutin dilakukan itu sudah berlangsung sejak 30 menit yang lalu, dan sialnya mereka terlambat karena mendapat masalah dadakan saat dalam perjalanan tadi.

"Gara-gara lo." Desis Galuh.

Raksa langsung menoleh. "Ngapain lo tadi nolong gua kalo gak mau telat?"

"Cih.. emang gak ada rasa terima kasihnya." Balas Galuh dan berjalan mendahului Raksa.

"Lewat belakang sekolah." Lanjut Galuh lagi sambil berjalan acuh.

Raksa hanya mendengus dan mengikuti Galuh. Belum genap lima langkah suara yang mereka kenali tiba-tiba terdengar dari belakang.

"KALIAN!"

Galuh dan Raksa kompak menelan saliva, dengan gerakan pelan mereka berputar menghadap kebelakang sampai keduanya bersitatap dengan guru botak yang melegenda di ingatan mereka selama ini. Pak Dino, guru BK dan wali kelas Raksa.

"Hehe.. sore, Pak." Sapa Galuh.

"BUKA MATA KAMU! PANTES AJA KESIANGAN! OTAKNYA MASIH DI TARO DI DENGKUL!"

Sentakan itu tentu saja membuat Raksa menutup matanya menahan pengang.

"TAHU HARI INI HARI APA?!"

"Senin, Pak." Jawab Galuh pelan.

"YA TERUS KENAPA TERLAMBAT?! LIAT TEMAN-TEMAN KAMU YANG LAGI UPACARA! MEREKA JIWANYA NASIONALIS GAK KAYA KALIAN YANG HOBINYA BOLOS SAMA KESIANGAN! MURID BADUNG!"

Kedua laki-laki itu hanya menundukan kepalanya. Urat-urat di wajah Pak Dino membuat mereka tidak berani mengeluarkan suara lagi. Tampaknya kesabaran Pak Dino sudah berada di ujung batas karena hampir menghukum mereka setiap minggu.

"Berdiri di lapangan sekarang! Saya hukum kalian satu hari full! Kalo bisa sampai masuk UGD aja! Biar otak kalian lebih fresh buat mikir kesalahan kalian!"

"Yah Pak-"

"Masih nawar kamu?!" Sentak Pak Dino semakin melotot. "Mau saya panggil orang tua kalian hah?!"

ARUNIKA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang