;rasanya seperti nostalgia masa remaja; untuk pemuda diakhir usia 20 seperti yoongi. duduk berbincang dengan teman pada sebuah coffee shop yang tidak terlalu ramai. dengan semerbak aroma biji kopi ditambah lantunan musik tahun 90an, yang menyumbang peran penting untuk nostalgia itu sendiri.
yoongi duduk anggun sembari menyilang kaki, latte pesanannya disesap sedikit demi sedikit. masih panas tentu; lagipula sayang jika langsung merusak foam art dengan bentuk kepala kucing yang dibuat oleh barista khusus untuknya.
"jadi, kakak off praktek buat pulang ke busan?"
yoongi mengangguk, pada pertanyaan yang dilontar jungkook yang duduk di sampingnya. "iya," jawab yoongi kemudian. "titip klinik, ya? kalau ada apa-apa kabari saja via telfon. aku akan berusaha untuk tetap standby."
"itu bukan masalah," sahut jungkook, menyandar punggung ke sandaran kursi. "asal kau cepat kembali saja, kak."
"nah. setuju," taehyung, yang duduk di depan yoongi, mengangguk mantap. "hampir sebagian pasien klinik itu adalah pasienmu, kak. jika kau terlalu lama off, kami tidak ada masukan tambahan."
yoongi tertawa renyah, jemarinya mencubit lengan jungkook karena pemuda itulah yang paling dekat dalam jangkauan.
"jangan bercanda!" hardik yoongi, memasang ekspresi marah yang dibuat-buat. "ah. omong-omong, sudah lama sekali aku tidak duduk berbincang di kafe seperti ini. rasanya menyenangkan, ya?"
"astaga. aku bisa mengajakmu kencan seperti ini setiap hari, kak," sahut taehyung cepat. "tapi mengingat suamimu yang luar biasa galak itu, sepertinya tidak mungkin terjadi."
yoongi terkekeh, meletakkan cangkir lattenya setelah dia sesap perlahan. "jangan mencibir jiminku," peringatnya. "dia hanya menjaga apa yang menjadi miliknya."
"aku mengerti," jungkook mengangguk, menyetujui kalimat yoongi. "mungkin aku akan melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan kak jimin, jika aku memiliki suami cantik sepertimu, kak."
yoongi tersenyum lembut, menggeleng kepala singkat sebelum menyahut, "aku yakin pendamping hidupmu nanti jauh lebih cantik dariku, jungkook. pun begitu dengan taehyung."
"ah, harus kuamini yang satu itu," sahut jungkook, yang diangguki taehyung begitu saja.
"yah, walaupun aku belum bisa membayangkan cantik yang seperti apa yang melebihi cantikmu itu, kak," kata taehyung, menambahkan. "menurutku, kau sudah mencapai level tertinggi dari cantik itu sendiri."
yoongi tertawa lepas, bahkan sampai mendongakkan kepalanya seperti anak kecil. padahal mungkin orang lain akan tersipu hebat jika dipuji oleh seorang kim taehyung sampai sebegitunya. tetapi jelas tidak berlaku untuk yoongi, yang sudah menyandang marga park dibelakang namanya.
"itulah mengapa jimin sangat amat sebal padamu, tae," ucap yoongi, setelah tawanya mereda.
taehyung hanya mengangkat bahu acuh, lalu mengulur tangan untuk menenggak kopinya. jungkook sendiri tidak ikut menanggapi. pemuda tampan itu justru sedang sibuk mengagumi paras manis yoongi saat tertawa seperti tadi.
"tapi, jika dilihat-lihat.."
yoongi menjeda kalimat, tersenyum menatap taehyung dan jungkook bergantian; yang seketika menaikkan alis bingung karena ditatap seperti itu oleh seniornya.
"—kalian cocok juga," lanjut yoongi, terkekeh jenaka. "kenapa tidak coba pacaran saja?"
"HAH, APA?!"
"HELL NO!"
lalu tawa yoongi kembali mengudara, diantara sumpah serapah yang saling diserukan oleh dua pemuda tinggi tersebut. yah. yoongi memang paling senang menggoda keduanya seperti itu. kata sebagian orang, benci bisa jadi awal dari cinta, kan?
![](https://img.wattpad.com/cover/345636133-288-k257218.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Home Sweet Home [discontinued]
Fanfictionhome isn't always a place, it can be a person.