; wejangan sore

540 35 42
                                    







;


pagi itu jimin dan yoongi baru saja pulang dari gereja, ketika menemukan hoshi sudah berdiri dengan senyum lebar di pekarangan rumah mereka. jimin menjadi orang pertama yang berdecak jengkel, karena baginya, kedatangan sekertarisnya itu sama sekali tidak ada dalam daftar hal baik di hari minggu.

"selamat pagi, presdir! selamat pagi, tuan kecil!"

"selamat pagi juga, hoshi."

"ck. mau apa kau kemari?"

berbeda dengan yoongi yang membalas sapaan dengan senyum ramah, jimin justru tanpa basa-basi langsung menanyakan tujuan kedatangan sekertarisnya tersebut.

"uh– saya tidak disuruh masuk dulu, presdir?"

yoongi terkekeh, mencubit lengan jimin yang sedang dia dekap, "benar, jimin. hoshi itu tamu," sahutnya, membenarkan. "ayo, hoshi. masuk dulu."

"terima kasih, tuan kecil!"

jimin mendengus jengkel. dengan sedikit enggan, ia membiarkan hoshi berjalan mengikuti mereka untuk masuk ke ruang tamu. bahkan jimin tidak perlu repot mempersilakan hoshi duduk, karena pemuda itu sudah melakukannya dengan gestur yang teramat menyebalkan di mata jimin.

"ada apa?" tanya jimin tidak sabar.

"tuan menteri mengundang presdir untuk datang ke gwangju, sebagai tamu kehormatan acara peresmian gedung kerjasama yang baru itu," jawab hoshi, sembari menatap jimin dan yoongi bergantian.

jimin mengernyit, "kapan? seingatku, aku tidak menerima surat atau pesan surel apapun."

"acaranya besok pagi, presdir," sahut hoshi menjelaskan, "tapi presdir diminta datang hari ini, karena tuan menteri ingin bercakap-cakap lebih dulu soal bisnis. oh, ya. kementerian mengirim surat resmi ke alamat kantor utama, dan kami baru menerimanya kemarin saat presdir sedang berada di daegu." 

jimin terdiam, jemarinya mengetuk lutut tanpa irama. yoongi sendiri jelas memahami gestur itu— lagipula, sudah jelas bahwa suaminya tampak tak senang mendengar hal yang disampaikan hoshi tersebut.

"hanya semalam, sayang," celetuk yoongi, mengusap lembut lengan jimin yang berlapis kemeja. "tidak apa, pergilah."

jimin berdecak, "aku tidak suka meninggalkanmu walau hanya semalam, sayang," ucapnya dengan nada tak minat. lalu jimin kembali menoleh pada hoshi; yang sedang berkedip lugu menanti jawaban.

"aku bisa berangkat dengan suamiku tidak?"

"tentu saja bisa, presdir! tuan kecil bisa—"

"tidak, jimin," yoongi menyela, dengan gelengan halus. "aku ada janji beberapa pasien insersi besok senin. mereka sudah berkenan menungguku pulang dari daegu, tidak mungkin aku meminta perawat untuk mereschedule lagi."

ekspresi wajah jimin berubah memelas, pun begitu dengan hoshi— entah apa alasannya, tetapi melihat sang bos tak bersemangat dia jadi ikut merasa demikian.

"pergilah," ucap yoongi lagi, kali ini dengan ulasan senyum yang begitu manis, "hoshi akan temani, kan?"

"apa untungnya ditemani olehnya," gerutu jimin, yang mendapat ringisan kaku dari sang sekertaris.

pria park itu merubah posisi duduk, sehingga dia bisa memeluk yoongi dari arah samping. yoongi terkekeh gemas, menepuk pelan pipi jimin sembari menyahut, "kenapa drama sekali, sih?"

hoshi tersenyum canggung memperhatikan. entah dia harus menunjukkan reaksi seperti apa, saat tau bos besarnya itu benar-benar berbeda 180° jika sedang bersama sang tuan kecil.

Home Sweet Home [discontinued]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang