Chapter 2

7 2 0
                                    

Sudah seminggu sejak kejadian dimana Misel menangis karena ulah Alvindo. Hari ini pelajaran Seni Budaya berlangsung. Guru sedang menjelaskan di depan sambil mempraktekkan materi yang sedang dibahas.

Tidak ada yang berubah sejak kejadian waktu itu. Alvindo tetap memainkan kunciran rambut Misel namun yang berbeda kali ini hanyalah Alvindo tidak menarik-narik rambutnya asal lagi. Kali ini bocah lelaki itu lebih lembut. Membuat Misel tidak merasa risih.

"Hei! Yang di belakang!" tegur guru Seni tersebut.

Misel terkejut kala Guru Seni itu menunjuk dirinya padahal dirinya sedari tadi diam memperhatikan.

"Sepertinya kalian harus dipisah." ucap Guru Seni itu sambil berjalan kearah meja mereka berdua.

"Ada yang salah Bu?" tanya Alvindo berani.

"Kenapa di setiap pelajaran kamu selalu mengganggu Misel? Kamu mau kena hukuman lagi?" tuding Guru Seni itu.

Alis Alvindo mengerut. "Al nggak ganggu Misel Bu." bela Alvindo.

Guru itu memasang wajah marah seakan-akan Alvindo tengah membohongi dirinya. "Sudah di depan mata saya juga kamu masih berbohong?!" nada bicara Guru itu menaik.

Misel takut, dia tidak berani melihat ke depan. Misel menundukkan kepalanya dan menyatukan jari jarinya gelisah.

"Ibu tanya Misel aja." usul Alvindo. Dia lelah bersilat lidah dengan guru tersebut.

"Misel, kalau kamu merasa tidak nyaman didekat Al. Kamu bisa beritau Ibu atau guru lain. Supaya kamu dipindahin dengan teman yang lain."

Misel mendongakkan kepalanya menatap wajah Guru Seni itu. "Al nggak ganggu Misel Bu. Misel nggak ngerasa keganggu." jawab Misel jujur.

"Beneran?" tanya Guru Seni itu memastikan. Misel mengangguk pelan sebagai jawaban.

"Kalian emang cocok." Pernyataan terakhir Guru Seni itu sebelum pergi membuat keduanya bleng. Apa arti cocok itu? Cocok dalam artian apa? Dan bukan cuman seorang dua orang guru yang mengatakan hal itu kepada mereka berdua.

Misel yang masih kecil tidak mengerti apa maksudnya. Dan maksud hatinya. Kenapa hatinya berdetak lebih kencang dari biasanya. Misel menyentuh dadanya. Dia tidak tau apa nama yang dapat mendefinisikan perasaannya saat ini. Pertama kali Misel merasakannya.

Alvindo mengusap kepalanya pelan yang membuat Misel tersadar dari lamunannya. Seketika Misel merasa merinding sesaat kala usapan itu berulang-ulang dia rasakan di kepalanya. Misel terdiam terpaku menikmati setiap usapan itu.

2 tahun kemudian..

Kini Michella atau yang sering dipanggil Misel sudah menginjak kelas 6. Yang berarti sebentar lagi dia akan lulus. Di tengah para murid sedang mengerjakan soal. Terdengar kegaduhan di bangku pojok sebelah kiri.

Dan ternyata hal yang tidak lagi asing terjadi. Alvindo dan teman sebangkunya bertengkar lagi.. Tapi bukan Misel melainkan siswi paling jamet di kelas ini. Namanya Febry.

Berhubungan sekarang sedang belajar matematika. Yang berarti Guru Matematika ini adalah Wali Kelas Misel. Misel yang sedang fokus mengerjakan tugas dan menghiraukan pertengkaran itu terkejut kala namanya disebut.

"Alvindo bakal pindah kesitu. Dan Rio kamu pindah kemari. Alvindo lebih cocok semeja sama kamu Misel. Tidak papa kan?" tanya Guru itu hati-hati karena takut Misel tidak ingin semeja lagi dengan Alvindo karena kejadian setahun lalu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 29, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MICHELLA [only love is not loved]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang