1.

295 26 1
                                    

10 tahun berlalu, Sae yg kini berusia 19 tahun. sudah menginjak dewasa.

Semakin dewasa, tentu kehidupannya dipenuhi banyak masalah. dimulai dari pendidikan, masalah dengan ayahnya, sang adik dan ibu menghilang, banyak sekali masalah yang dialaminya, bahkan
buih lautan minder dengan banyaknya masalah yg menimpa Sae.

Pastinya Sae memiliki teman cerita, yg bersedia mendengarkan kehidupannya. memang jarang sekali teman menyimpan rahasia, tapi bersyukurnya teman Sae sangat baik menyimpan kisah² menyedihkan yang dialami Sae.

"apa banget dunia ini" ketus Sae dengan helaan napas yang keluar setelah ia berbicara.

"apalagi?" tanya sang teman yang dengan sabar menunggu sae menjawab.

"ya gitu, semalem gue ada masalah sama bapak² itu" yang Sae maksud adalah ayahnya sendiri, berat sekali kekesalan yang ia pendam pada ayahnya, hingga tidak sudi memanggil sang ayah dengan lembut dan benar.

"ngapain lgi si brengsek!?"  ngegas teman Sae yang bersurai biru ketuaan dan model rambut seperti nazmitsq. (teteretetetet)

"bilang gue 'tlol' karna gue gk keterima di Univ impian dia. Dia juga gk masuk kesitu kan, ya buah tak jatuh jauh dari pohonnya. hahaha. gw jga sengaja waktu tes gk ngejawab dengan bener biar gk keterima" kekeh nya

"srius!? segitunya? tpi bokap lu gk sampe main fisik kn?" tanya shidou, teman Sae yang memang tampangnya seperti preman, namun hatinya sangat lembut.

Sae menggulung lengan bajunya, terlihat ditangannya terdapat beberapa memar disana. sebelumnya teman temannya tidak pernah melihat memar itu disana.

"Sae..." suara sedih kenyu yang membuat Sae terkekeh.

"santai, sering kok"

dengan santai, shidou mendaratkan tangannya tepat disalah satu memar Sae. berteriak kesakitan, memukul kepala shidou.

"sakit bodoh!"

"ktanya sering, hrusnya disentuh gni gpp la" jawab shidou tanpa merasa bersalah.

"Sae, sini diobatin" ucap kenyu. Diantara semua teman Sae, memanglah Kenyu yang paling peduli dan sangat perhatian kepadanya. Kenyu telah siap dengan p3k, mengisyaratkan Sae untuk duduk didepannya.

"sakit ga?"

"sa-"
"ga, kaya digigit semut" sela shidou, kenyu menghela napas. pasrah perkataannya disela anomali itu.

Setelah 15 menit mengobati luka luka Sae, walau 10 menit itu menenangkan Sae yang memberontak kesakitan. ya, akhirnya selesai juga. kebetulan jarum pendek mengarah ke angka 12, begitu juga dengan jarum panjang.

"udah malem, keluar lo semua dari rumah gw" yup, mereka sedang berada di rumah karasu. (nazmitsq itu)

"ngusir, ew" ledek Sae.

setengah jam mereka berpamitan, Sae dan Kenyu pulang bersama. kebetulan rumah mereka searah, dan Kenyu dengan senang hati memberikan tumpangan untuk Sae. shidou? tepar sudah dia.

"yasudah, kalau begitu saya sama Sae pulang ya. terimakasih karasu"

karasu mengangguk, melambaikan tangan kepada dua pemuda itu.


tok tok!

sae mengetuk pintu rumahnya, takut sang ayah berada di rumah. tak ada jawab dari dalam, Sae pun membuka pintu dengan perlahan.

"kosong" gumamnya.
Sae naik ke lantai dua, berbaring di kasur kamarnya.

"hmm, Rin umur berapa ya sekarang. mamah gimana keadaannya?" buliran air mata menetes keluar, bercucur deras hingga baju sang anak 19 tahun itu basah.

"andai cwo tua itu gk selingkuh, mungkin mama dan Rin masih ada disini.. yang sayang Sae cuma mama.." Isaknya.

Sae berhayal ditengah kesedihannya, menghayal jika keluarga-nya tidak berpisah. pasti ia dan Rin sudah menjadi pesepakbola terkenal, mama dan papa yang saling menyayangi, makan malam yang hangat, melakukan hal menyenangkan. sungguh, Sae berharap keluarganya kembali menjadi satu.

Sae tersenyum membayangkan betapa lucunya jika Rin dn ia bermain bola bersama. senyum itu hancur ketika Sae mengingat sang ibu dulu selalu masak makanan kesukaan dua saudara itu sehabis bermain bola.

"kangen masakan mama.." tangisnya tersedu sedu.

begitu lama ia menangis, sekitar 3 jam mungkin? matanya sudah bengkak, hidungnya merah, ia benar benar berantakan sekarang. namun, air mata itu terus bercucuran, memang sangat sakit jika orang yang kita sayangi meninggalkan kita. walaupun mereka tidak meninggal, tetap saja sakit.

"ma, disini cowo itu sudah gila. membawa perempuan lain untuk tidur dikamar mama dlu, selalu pulang malam bahkan terkadang Sae melihat dia tergeletak di depan bar. ma, mama keadaannya gimana sekarang ya? Sae sudah seperti orang gila, ma. berbicara seperti ini, berharap mama menjawab Sae dan memeluk Sae dengan erat.." ucapnya.

"Rin umur berapa sekarang ya? haha, pasti sudah tidak chubby lagi pipinya.."

"astaga ma, Sae sudah lupa suara mama," Sae sudah seperti kehilangan akal, terus menerus berbicara sendiri. sesekali tangannya terangkat ke atas, membayangkan sedang memegang wajah sang ibu.

jam 4:55, Sae sudah berhenti berbicara. mata nya perlahan lahan tertutup dan akhirnya terlelap.
di saat yang sama, pintu rumah terbuka, seorang pria tua masuk ke dalam dengan jalan terombang-ambing. duduk di sofa dan mengoceh tak jelas dikarnakan alkohol yang diteguk sebanyak 10 gelas?.

"tsk, sialan" gumam pria itu.

 

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 21, 2024 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

plot twistTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang