Jakarta, 06.00 WIB
Ayla pikir kesenangan yang baru ia rasakan beberapa detik lalu dapat membuat hari ini lebih berwarna, tetapi kehadiran sosok tinggi berwajah tengil menyebalkan itu berdiri di samping loker yang baru saja ia tutup dengan sepelan mungkin agar orang lain tak melihat dirinya memasukkan surat untuk si pemilik loker tersebut.
Loker milik Sabian Pradipto.
"Jadi lo penggemar setia bang Sabian?"
Ayla merotasikan matanya malas, daripada ia menjawab pertanyaan tak berguna itu, ia lebih baik memilih pergi meninggalkan Sean yang masih tersenyum mengejek di sampingnya.
Sean tentu saja tak membiarkan gadis cantik itu pergi, ia menarik pelan lengan Ayla, walaupun setelahnya ia harus mengeluh sakit saat tangannya dihempas keras oleh gadis itu.
"Nggak usah ikut campur, Sean!"
Lelaki itu justru tertawa kencang sambil memukul loker milik kakaknya. Lucu sekali saat melihat gadis yang ia suka ternyata menyukai kakak laki-lakinya, bahkan sampai menaruh surat di lokernya.
Jalan cerita macam apa ini? Saingannya adalah kakaknya sendiri, tidak menyenangkan.
Yang Sean tahu, Ayla hanya jatuh cinta pada tumpukan buku-buku novel di kamarnya daripada jatuh cinta dengan seseorang. Pintar sekali gadis kecil itu menyembunyikan gerak-gerik sedang jatuh cinta.
"Sabian kakak gue, gimana gue nggak ikut campur kalau ngeliat peri kecil ini diam-diam buka loker kakak gue tanpa izin?"
Ayla sempatkan untuk menarik nafas sebanyak-banyaknya, lalu ia berikan senyuman terpaksa pada lelaki itu. "Diem aja, tutup mulut lo dan langsung lupain."
Sean mengangkat satu alisnya, mencubit gemas pipi Ayla hingga gadis itu merengek kesal.
"Nggak usah pegang-pegang! Tangan lo bau amis." Ayla berteriak kesal, sambil terus menjauhkan tangan lelaki itu dari pipi mulusnya.
"Mana ada, gue mah selalu wangi."
Sean terkekeh kecil sebelum kembali meringis sakit saat perutnya dipukul kencang oleh gadis itu. Ringisan itu tentu saja membuat Ayla tersenyum puas mendengarnya. Tolong jangan ragukan kekuatan putri tunggal dari Adhitama itu.
"Kalian ngapain disini?"
Ayla membulatkan kedua matanya saat melihat presensi Sabian berdiri tak jauh darinya. Gadis itu merangkul pundak Sean agar mendekat pada tubuhnya, lalu mengelus pundak lebar itu dengan kencang. Untung saja Sabian tak menyadari ringisan kecil yang keluar dari celah bibir sang adik.
"Nggak ngapa-ngapain, Kak. Ini tadi ada kecoak di pundaknya Sean. Kasian anaknya ketakutan."
Sean membulatkan matanya tak terima, tetapi ia diam saja saat melihat mata melotot manusia di sampingnya itu mengarah untuknya. Daripada takut dengan kecoak, ia lebih takut dengan gadis itu. Ah, bola mata itu seram sekali seperti ingin keluar.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME TIGHT
FanfictionKeahlian terbaik apa yang dimiliki Sean Putra Pradipto selain mengganggu gadis cantik yang disukainya, Makayla Dhini Adhitama.