"Sean? Tumben datang jam segini?"
Tian tersenyum saat melihat presensi Sean yang mendekati dirinya di parkiran depan sekolah. Baru kali ini ia melihat lelaki itu datang sepagi ini. Tian tahu jika anak dari tetangganya ini memang sering datang di menit-menit akhir bel masuk berbunyi. Jadi, wajar saja jika dirinya sedikit terkejut melihat lelaki itu berdiri dengan pakaian rapihnya di pagi buta seperti saat ini.
"Iya, Om. Lagi rajin aja kayaknya," ujar Sean sambil terkekeh.
"Hahahaha. Oh iya, kamu tahu kalau Ayla hari ini lomba?" tanya Tian yang membuat Sean menggeleng.
Boro-boro, gadis itu berbicara dengannya saja terlihat enggan.
"Engga, Om. Lomba apa?"
"Lomba nyanyi, memangnya sekolah tidak ada info?"
Sean menggeleng sambil menggaruk tengkuknya yang sebenernya tak gatal. Sejujurnya, ia juga jarang membuka grup kelas. Jadi jika ketinggalan informasi seperti ini, sudah tidak heran. Sean tidak akan malas membuka chat lagi jika itu dari Ayla.
Tian tersenyum, lalu mengusap bahu lebar lelaki itu. "Titip Ayla ya, dia gugup banget hari ini."
Sean dengan cepat mengangguk. "Tentu, Om. Sean bakal jaga Ayla sepenuh hati."
Tian kembali tertawa, "Senang sekali rasanya melihat anak saya begitu dicintai lelaki seperti kamu."
Sean tertegun, apa terlihat sekali jika dirinya menyukai gadis itu? Ah, sepertinya memang benar.
"Maafin anak om ya, Sean. Ayla cuma belum sadar kalau ada orang yang mencintai dia setulus kamu. Anaknya gak pernah pacaran, jadi pengalamannya masih kurang."
Sean mengangguk mendengarnya, ia juga tidak akan ragu untuk mendekati gadis itu secara terang-terangan, walaupun Ayla malah melihat dirinya seperti penganggu yang suka merusak hari-harinya.
"Gpp, Om. Sean gak bakal nyerah cuma karena di cuekin Ayla. Di cuekin guru waktu kita ngechat itu lebih menyakitkan, Om," ujar Sean dramatis yang lagi-lagi membuat Tian tertawa.
"Saya percaya kamu," ucap Tian tak ragu.
"Dan Sean juga percaya, kalau Sean bisa bikin Ayla jadi pacar Sean dalam sebulan ini." Lelaki itu tersenyum percaya diri.
Tian mengangguk. "Baiklah, om tinggal dulu, ya? Om harus pergi ke kantor."
"Iya, Om. Hati-hati, nanti Ayla biar Sean yang jagain."
"Terima kasih, Sean." Tian memasuki mobil hitam miliknya. Lalu melaju pergi dari kawasan sekolah anaknya.
"Mari kita sambut.... MAKAYLA DHINI ADHITAMA DARI KELAS 11 MIPA 1."
Semua bertepuk tengan dengan kencang, di atas podium, terlihat Ayla yang baru saja menaiki panggung dengan senyum manisnya. Siapa yang tak kenal dengan Ayla? Gadis berprestasi dengan wajah cantik yang digemari kaum adam di sekolahnya, tak terkecuali dengan Sean yang kini menatap gadis itu dengan tatapan penuh kagum.
Alunan gitar yang dimainkan gadis itu mulai terdengar, Sean tersentak kecil saat mengetahui lagu yang di bawakan oleh gadis itu. Maniknya menatap lekat pada sosok di atas podium itu.
Ini lagu milik Sean untuk Ayla.
"Kalian mungkin belum pernah dengar ini. Lagu yang bakal aku bawain lagu buatan tetangga aku loh, dengerin ya semua.... "
Tetangga?
Hahaha, benar, hanya tetangga. Bukan teman, bukan sahabat, apalagi orang berarti di hidup gadis itu. Apa yang Sean harapkan memangnya? Gadis itu tidak akan pernah menyukai dirinya.
Suara indah milik Ayla mulai terdengar, semuanya berdecak kagum saat mendengar suara tersebut. Sedangkan Sean masih termenung, dirinya berdiri kaku di antara banyaknya orang yang menonton gadis itu.
Sean mulai terbuai dengan semuanya, ia tak menyangka jika lagu miliknya akan dibawakan oleh gadis itu. Boro-boro berpikir seperti itu, bahkan ia mengira gadis itu tidak pernah peduli dengan lagu buatannya. Wajar ia malah berpikir seperti itu, ia bisa melihat tatapan Ayla yang terlihat sangat tak tertarik dengan lagu-lagunya.
Sean tersenyum tipis, kepalanya menunduk guna menyembunyikan senyumannya. Sayangnya, senyum itu tak bertahan lama sampai ia mendengar bisikan orang-orang yang tak jauh dari tempatnya berdiri.
"Hahaha, liat roknya pendek banget."
"Itu keliatan."
"Wadaw banget."
BUGH
Suasana menjadi ricuh, alunan gitar dan suara indah yang tadi mengisi seluruh lapangan terhenti karena suara ribut yang dihasilkan oleh salah satu penonton. Ayla melotot tajam saat melihat Sean memukuli penonton lain di bawah sana.
Ayla segera turun dari podium, maniknya makin menajam saat melihat Sean yang tidak berhenti memukuli lelaki tak berdaya di bawahnya.
"LAWAN GUE SINI BANGSAT!"
Ayla segera menarik tangan Sean yabg hendak memukul lagi. Dengan kuat, ia menarik lelaki itu untuk berdiri, dan berhadapan langsung dengannya.
Sean menghirup nafas sebanyak-banyaknya, emosinya belum turun sama sekali. Matanya memerah, rahangnya mengeras penuh, kedua tangannya mengepal kuat. Ditatapnya gadis cantik itu yang tak kalah menatap tajam pada dirinya.
"Merasa keren? Merasa keren udah ngerusak penampilan gue?" tanya Ayla penuh nada muak.
"Dia ngomongin lo, gue gak suka."
Ayla mendengus tak percaya. "Cuma karena dia ngomongin gue, lo bisa ngerusak semuanya?"
"Dia tadi ngomo-"
"CUKUP SEAN! MAU LO APA SIH? GAK CUKUP GANGGU GUE KAYAK PARASIT HAH? GUE BENCI BANGET SAMA LO." Ayla berteriak keras hingga Sean yang berdiri lesu itu terkejut mendengar bentakan gadis itu.
Gadis itu segera pergi dari kerumunan sambil mengusap air matanya yang tiba-tiba saja keluar. Sean tentu melihatnya, dirinya menggeram kesal. Hendak menyusul langkah kaki gadis itu, tetapi suara guru menahannya pergi.
"Kalian ikut ibu sekarang ke ruang bk!" perintah bu Diah lalu pergi meninggalkan murid bermasalah itu.
Sean mengacak rambutnya kesal. Umpatan terus keluar dari mulutnya.
"Gue aja yang nyusul Ayla," ucap Sabian yang kini sudah berada di samping Sean.
Sean terdiam, maniknya nampak kosong. Hah, memangnya ada pilihan lain selain menerima usulan kakaknya itu? Ayla sedang membutuhkan seseorang. Orang yang paling tepat datang untuk menenangi gadis itu ialah kakaknya, bukan dirinya.
"Gue gak bisa nemenin dia. Tolong banget kasih ini ke Ayla." Sean mengeluarkan cokelat dan susu rasa strawberry dari kantong jaketnya.
Cokelat dan susu yang ingin diberikan lelaki itu setelah Ayla tampil, tentu saja untuk menyemangati gadis itu. Tetapi, semua berubah total dari rencana yang sudah ia buat. Sean tak mau kedua barang ini menjadi tidak berguna di tempat sampah.
"Tenangin dia," ujar Sean yang diangguki Sabian, lalu kakaknya pergi menyusuli Ayla yang entah kemana sekarang.
"Lo belum selesai berurusan sama gue!" Nada Sean mengancam pada dua laki-laki yang kini menunduk takut.
Semua menjadi berantakan.
KAMU SEDANG MEMBACA
HOLD ME TIGHT
Fiksi PenggemarKeahlian terbaik apa yang dimiliki Sean Putra Pradipto selain mengganggu gadis cantik yang disukainya, Makayla Dhini Adhitama.