Chapter 2 : Village.

38 5 0
                                    

Tahun 1400.

-Elia.

"Hooam... Ngantuk sekali. Sudah berapa lama aku disini, ya?" Ya, tidak apa-apa sih, disini aku bisa makan dan dapat tempat bernaung gratis, bukankah ini sudah sesuai tujuanku menolongnya.

Setelah aku menolong anak itu, aku juga menghantarkannya dia pulang. Rumahnya tak begitu jauh dari yang aku kira, sekitar 10-15 menitan dari sana. Dia tinggal di pedesaan yang berada di tengah hutan. Desa yang tradisional, bangunan-bangunan di sana juga masih terbuat dari bahan alam.

Anie, anak itu akhirnya bertemu lagi dengan orang tuanya. Orang tuanya begitu bahagia bisa bertemu dengan anaknya lagi. Di sana Anie menjelaskan semuanya yang terjadi padanya ke kedua orang tuanya itu. Dimulai dari dirinya yang tertinggal rombongan dan tersesat, dirinya dikepung kawanan Goblin, hingga tentang aku yang menolongnya.

Setelah mendengar penjelasan dari Anie, orang tuanya itu berterimakasih padaku, mereka bahkan sampai memberikanku makan dan tempat tinggal sementara untukku. Begitulah ceritanya aku bisa dapat makan gratis dan tempat bernaung. Semuanya sudah sesuai yang aku harapkan.

Tidak ikhlas menolong katamu?
Huhump! Aku ikhlas menolongnya tentu saja, ini hanya balasan karena kebaikanku, dan balasan itu telah sesuai dengan yang aku harapkan, itu saja, kau tahu?

Oh iya, mereka bertanya tentangku juga, siapa diriku dan dari mana asalku. Sebenarnya aku ingin menjawab sejujurnya kepada mereka, lagi pula mereka terlihat baik. Tapi aku langsung diperingati oleh Stalk untuk tidak menceritakan tentangku yang sebenarnya, jadi aku sedikit berbohong kepada mereka kalau aku ini adalah Putri yang tersesat di hutan.

Kurasa bukan sedikit lagi, tapi memang bohong semua, sih, kalau gitu mah.

Aku berencana mengatakan kalau aku ini seorang petualang, tapi jika dilihat lagi apa yang aku kenakan aku jadi bergumam, "Hei, apakah ada seorang petualang yang menggunakan gaun mahal pesta?" Ya, kurasa itu bukan tidak mungkin, sih, hanya saja itu aneh.

[Individu Anie terdeteksi mendekat.]

Mendengar peringatan dari Stalk, aku jadi menoleh ke pintu kamar. Terdengar decitan tangga, itu artinya ada yang datang.

Knok! Knok! Knok!

Benar saja, terdengar ketukan pintu tiga kali dari luar kamar. Tidak lain itu adalah Anie, sesuai apa yang dikatakan oleh Stalk. Aku menyahut dan mempersilahkan masuk, "Masuk!" Dan pintu pun dibuka, di sana menampilkan Anie dengan gaun feminimnya.

Tunggu, gaun? Bukankah dia laki-laki?

"N-Nona Elia," dia malu-malu, wajahnya bahkan terus menghadap ke bawah dengan pipinya yang memerah. Hmm... Ada apa ini?

Aku memancarkan senyuman kepadanya, sebenarnya ini adalah senyuman untuk menutupi rasa ingin tertawaku. "Hmm? Ada apa Anie?" tanyaku lembut.

"A-aku, aku dipaksa menggunakan pakaian ini oleh ibuku," ucapnya malu-malu.

Terus apa masalahnya. "...? Apa?".

"Aku-"

"Bagaimana Anie, kau sudah memberitahunya?" terdengar suara Ibu Anie dari lantai bawah. Oh iya, kamar tempat aku berada ada di lantai dua. Kata mereka ini bekas gudang dan aku boleh menempatinya. Meskipun gudang, tapi ini cukup bersih, hanya ada beberapa barang yang tersimpan di pojok ruangan, dan itu tidak begitu mengganggu.

"Memberitahukan apa?" tanyaku ketika kembali mengalihkan pandangan kepada Anie.

"A-a-ayo ki-kita turun, u-u-untuk makan!" Dia menutup kedua matanya saat mengatakan itu. Imut sekali. Dia terlalu manis untuk disebut laki-laki. Untung aku bukan seorang yang mengidap Pedofilia, kalau iya pasti aku bakal karungin dia.

『THE LITTLE DEVIL』

Kami turun. Ternyata di sana sudah terdapat Ibu Anie dan Ayahnya yag duduk di meja makan. Ketika kami sudah turun, Anie langsung menghampiri ibunya dan membisikkan sesuatu. Ibunya itu terlihat menatap Anie dengan serius. Tapi itu tak berlangsung lama setelah ia menyuruhku duduk untuk ikut makan bersama.

"Enak!" Aku terkesan dengan masakan yang tersaji ini. Hanya satu sendok saja, aku dibuat enak oleh masakannya. Biar aku jelaskan apa saja menu disini; ada sayur dengan bahan yang sederhana, roti, dan mungkin itu sambal? Atau saus, ya? Ya, sebut saja itu saus karena teksturnya kental.

Meski ini sup sederhana yang berisi sayuran seadanya, tapi rasanya benar-benar tak bisa dipungkiri. Kira-kira apa yang ada didalam sup ini, ya?

[Jawaban : air, potongan tomat, tumbuh-tumbuhan liar tak beracun, garam...]

'Dah, dah, gak usah dijelasin juga kali,' gumamku.

[Tetapi Anda bertanya.]

'Bukan ke kamu.'

"Senang mendengarnya, terimakasih atas pujian Anda, Nona."

He? Apa maksudnya? Oh, mungkin yang aku katakan tadi, kalau masakannya enak. Aku hanya membalasnya dengan anggukan.

Mereka terus memanggilku Nona. Bahkan mereka juga berbicara dengan formal padaku. Aku capek dengernya tau. Mereka kira aku benar-benar seorang putri.

"Ada apa Nona, apa ada yang aneh?"

Aku menanggapinya dengan gelengan kepala. "Umm. Aku baik-baik."

'Aku harus belajar cara memasak, kemampuan ini yang paling aku butuhkan agar aku bisa bertahan hidup nanti,' nanti aku minta diajari aja gitu. Benar, aku harus memintanya sekarang.

"Nona," Ibu Anie ini memecahkan monologku.

"Hmm?" Aku menaikkan alis untuk sahutan.

"Apakah Anda mau menghadiri pesta panen?"

"Pesta panen?" Mungkin semacam perayaan hasil farming mereka, seperti syukuran juga mungkin.

"Ya, mungkin itu menarik," jawabku. Aku belum pernah mengikuti hal seperti itu, jadi aku pikir itu akan menarik.

"Maksud saya..." Dia menoleh ke Anie. Sedangkan Anie menoleh padaku, lebih tepatnya dia menatapku dengan intens seolah berharap. Ada apa ini? Kenapa jadi mencurigakan begini?

"A-a-a-apakah Kaka... I-i-ingin bergabung dengan kami?"

Kata-katanya tidak jelas, aku tidak bisa mengerti ucapannya.

"Kalau boleh, apakah Nona ingin ikut serta dalam pentas drama nanti di Pesta panen?"

Oh, aku langsung paham, mungkin aku akan ikut serta dalam panggung gitu. Kurasa itu tidak buruk. Aku cukup ahli dalam panggung sandiwara, bahkan waktu SD aku pernah ikut pentas drama untuk 17 Agustusan.

Tunggu, lagi-lagi aku membahas masa lalu.

"Jadi... Apakah Nona tidak sibuk saat hari itu?"

Tidak, meski aku sebelumnya berencana mau pergi dari desa ini, maksudku berpetualang. Aku mau pulang, aku tidak mau membebani mereka terus-menerus. Tapi kalau begitu, mau bagaimana lagi, aku rasa tidak ada salahnya jika aku menenetap untuk beberapa hari lagi disini.

"Ya, tentu aku tidak sibuk," Mendengar jawaban dariku, mereka terlihat lega dan senang, terutama berlaku untuk Anie yang begitu antusias.

Oh... Aku paham, jadi mungkin Anie berpakaian seperti itu karena ingin memberi kode padaku. Aku paham sekarang, aku paham sekarang. Tapi kenapa harus Anie? Dia kan laki-laki!?

The Little DevilTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang