Satu minggu di lewati Jastara dengan bosan, pemuda itu di kurung di ruang inapnya tanpa ada apapun kecuali televisi. Untung saja ada televisi jika tidak Jastara akan merasa jika dirinya kembali ke jaman purbakala.
Sinar matahari masuk kedalam ruang inap Jastara melalui jendela besar yang ada di samping ranjang. Siang hari yang terik ini bukannya di lalu Jastara dengan memakan ice cream malah dia lalui dengan berdebat dengan papa Naren.
"Aku mau keluar Papa, aku udah sehat kok!" Seru Jastara, pemuda itu benar-benar sangat ingin keluar dari rumah sakit.
"Jastara, dokter belum bolehin kamu pulang." Terang papa Naren dengan wajah yang masih memasang senyuman, pria paruh baya itu sebenarnya sudah ingin mencubit anaknya itu tapi dia tidak tega karena anaknya itu baru bangun satu minggu yang lalu.
"Mau pulang papa, mau pulang!" Rengek Jastara dengan kaki yang juga dia hentakkan di atas kasur.
'Untung aku pernah liat google gimana caranya bisa keluar rumah sakit dengan cepat.' Batin Jastara bangga.
"Baik baik, nanti Papa tanya lagi sama dokter kamu udah boleh pulang atau belum." Ucap Paap Naren, dia memang tidak bisa melihat anak-anaknya yang sedang mode merengek.
Jastara mengangkat tangannya sambil bersorak senang, di dalam pikiran Jastara pemuda itu sudah berteriak kesenangan karena akhirnya dia bisa keluar dari tempat membosankan ini.
"Makasih Papa sayangg!" Ucap Jastara.
"Ya udah Papa pergi dulu ke tempat dokter," pamit Papa Naren, "Reina jagain Kakak Jastara ya, Papa ke ruangan dokter gantengnya cuma sebentar." Sambung Papa Naren.
Reina yang sedang bermain game di handphonenya langsung menganggukkan kepalanya. "Hati-hati di jalan ya Papa." Ucap Reina yang lebih terdengar sebagai perintah.
Papa Naren keluar dari ruang inap Jastara, Reina berjalan ke ranjang kakaknya dan duduk di kursi yang ada di samping ranjang. Gadis kecil itu memainkan baju pasien yang di pakai Jastara, Jastara menatap adik bungsunya dengan pandangan bertanya.
Gadis itu menatap Jastara, dapat di lihat jika adiknya sepertinya sangat gelisah Karena sesuatu. "Ada apa adek Reina?" Tanya Jastara, pemuda itu cukup peka jika adiknya ingin menyampaikan sesuatu.
"Kakak Jastara, Kak Blue katanya nanti mau jenguk kakak." Ungkap Reina, gadis kecil itu memasang ekspresi yang sedikit khawatir karena dia tau jika kakaknya itu sekarang sangat tidak menyukai Blue.
"Blue mau ke sini? Semoga dia bawa buah tangan sih, Kakak bosen sama makanan rumah sakit!" Kekeh Jastara.
Reina mengedipkan kelopak matanya dengan bingung, setau dia kakaknya sangat tidak suka dengan Blue walau dulu mereka cukup bersahabat dekat.
'Mungkin Kakak sudah berbaikan dengan Kak Blue.' Batin Reina.
Suasana hening, Jastara dan Reina memusatkan perhatian mereka ke siaran Asep Ucup di TMC. Keduanya sangat asik dengan Asep Ucup sampai tidak sadar jika Papa Naren sudah masuk ke dalam ruang inap.
Tidak mau mengganggu kedua anaknya, Papa Naren memasukkan barang-barang milik Jastara kedalam tas yang sudah dia bawa kemarin. Dengan pelan dan cekatan Papa Naren memasukkan barang-barangnya dengan rapih di tas, cukup mudah karena pengalaman yang sudah di lalui Papa Naren bertahun-tahun dalam memasukkan barang ke tas milik anak-anaknya.
Alunan suara Asep yang sedang berteriak-teriak memenuhi ruangan tersebut, jika di tanya apakah tidak ada yang terganggu? Tentu saja tidak karena ruangan milik Jastara berada di pojok dan jarang ada pasien yang menginap di sana.
Suara pintu terbanting terdengar kembali, Jastara merasa kasihan dengan pintu yang selama ini menjadi korban. Ketiga orang yang ada di ruang inap langsung menatap ke arah pintu, di sana berdiri seorang remaja perempuan dengan senyuman yang tidak berdosa.
KAMU SEDANG MEMBACA
Jastara
Teen FictionJastara namanya. Pemuda biasa saja, bisa di bilang dia adalah npc atau karakter yang membantu karakter utama untuk terlihat lebih bercahaya. Suatu hari pemuda itu terbangun di sebuah ruangan berwarna putih. Jastara bingung, bagaimana mungkin dia bis...