01.03

34 3 0
                                    

Biasanya pada hari minggu orang-orang akan mengistirahatkan tubuh mereka dengan cara bermalas-malasan atau memalukan kegiatan yang mereka suka untuk healing. Namun tidak untuk Jastara, pemuda itu harus pergi ke sekolah untuk membersihkan ruangan yang akan di tempati para anggota ekskul astronomi.

Dalam dua hari Jastara dan lainnya menunggu konfirmasi dari pihak OSIS dan sekolah, waktunya memang cukup cepat untuk mengkonfirmasi pembentukan kembali ekskul astronomi. Tidak terlalu mengejutkan karena anggota ekskul astronomi memiliki hak khusus, memang terdengar tidak adil karena di saat orang lain harus menunggu lama mereka hanya memerlukan waktu dua hari saja.

Jastara masuk ke dalam sekolah, pemuda itu memanggil dan melambaikan tangan ke arah Blue yang sedang mengobrol dengan bapak satpam. Setelah sampai di tempat Blue berdiri, pemuda itu memberi salam ke bapak satpam lalu mengajak Blue masuk ke dalam sekolah.

"Kamu lama banget, Darka udah di dalam sekolah." Ucap Blue, gadis itu membuang sampah ke dalam tong sampah.

"Maaf ya, aku bangun kesiangan."

"Ini ruangan buat ekskul astronomi." Ucap Bu Henny, guru yang akan membimbing anggota ekskul astronomi.

"Berantakan banget ya?" Blue menarik salah satu kain putih.

Debu yang berada di atas kain berterbangan, semua orang yang ada di ruangan tersebut seketika langsung bersin-bersin. Jastara keluar dari ruangan tersebut, pemuda itu menggosok hidungnya.

"Kotor banget, ini kita harus bersihin sendiri?" Tanya Darka. Pemuda itu menatap ruangan itu sekilas lalu menatap Bu Henny.

Bu Henny tersenyum kecil sambil menganggukkan kepala. "Semangat ya, Ibu mau nyelesain tugas ibu." Ucap Bu Henny sambil berjalan menjauh dari anggota ekskul astronomi.

"Kenapa? Kenapa harus bersih-bersih? Aku lelah." Keluh Blue.

Jastara menepuk pundak Blue. "Jangan banyak ngeluh, kita harus bersih-bersih sekarang biar besok tinggal nambah-nambahin barang."

"Iya." Blue berjalan masuk ke dalam ruangan tersebut.

Darka membuka korden agar sinar matahari bisa masuk ke dalam ruangan. Ruangan yang dari awal terlihat berantakan sekarang lebih berantakan.

"Kita harus mulai dari mana?" Tanya Jastara.

"Keluarin barang-barang dulu nggak sih? Nanti kita ambil barang-barang yang masih bisa kita pakai, terus ngerapihin buku dan barang buat ekskul." Saran Darka. Pemuda itu memasukan barang-barang kecil kedalam kardus.

"Boleh." Ucap Blue.

Ketiganya mulai memasukkan barang-barang kedalam kotak dan mengeluarkan barang-barang itu keluar dari ruangan tersebut. Kebanyakan barang-barang yang kecil sudah berada di luar ruangan, yang tersisa di dalam ruangan hanya barang-barang yang cukup besar.

Blue menatap Darka dan Jastara dengan senyuman yang lebar, gadis itu berjalan keluar dari ruangan tersebut lalu kembali menatap arah Jastara dan Darka. "Kalian semangat ya buat ngangkat barang-barang di dalam, aku mau liat ada barang yang masih bisa kita pakai atau nggak."

"Eh? Masuk sini Blue, kita harus ngangkat barangnya bareng-bareng!" Teriak Darka dengan nada yang menggebu-gebu. Pemuda itu mulai melangkah keluar dari ruangan tersebut, namun sebelum dia benar-benar keluar Jastara sudah memegang kerah Darka.

Darka menengokkan kepalanya ke arah Jastara, pemuda itu menepis tangan Jastara dan menampilkan ekspresi kesal. Jastara yang menyadari kekesalan dari Darka hanya tersenyum kecil, "biarin aja si Blue, mending kita keluarin barang-barang sekarang biar cepet selesai."

Jastara memegang ujung meja, "ayo, jangan berleha-lehe."

Dengan malas Darka berjalan ke arah Jastara, pemuda itu dengan malas ikut memegang ujung meja. Setelah itu keduanya mengangkat meja bersama-sama dan membawa meja tersebut keluar dari ruangan tersebut.

Jastara Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang