II. Dua

4 3 6
                                    

"Kay, lo aman kan?" Ana bertanya

"ya kalo pake ini sih aman" Kay mengangkat bantal kecil yang dari pagi tadi ia gunakan untuk meredakan sakit bulanannya.

"yaudah chargernya dibawa aja ntar kalo udah dingin bisa dipanasin lagi" Ana kemudian berdiri, menatap semua teman-temannya yang sudah siap untuk wisata. "guys kita otw lima menit lagi, ini mobilnya baru dipanasin sama Vigo. nah karena mobilnya kecil, jadi kita bagi dua. Hana, Hasna, Dika sama Michael satu mobil, sisanya di mobil satunya. karena semua bisa nyetir jadi aman ntar bisa gantian. terus karena kita pengen sore nanti liat sunset di kuta, jadi sekarang kita ke puncak Bedugul, sarapan kita disana juga. ada yang ga setuju?"

"Setujuuu"

"oke kalo gitu kita ke mobil sekarang, biar gue yang kunciin vilanya. kamar semuanya udah aman kan? ada yang ketinggalan nggak?"

"Aman mamii"

Memang benar-benar seperti mami atau ibu nya anak IndoSad, Anastasya.

"Mic, situ aman kan?" Ana bertanya dari dalam mobil, menanyakan kondisi mobil disebelah yang berisi Hana, Hasna beserta pasangan.

"Aman, kita jalan dulu ya" kata Michael

"Dadahh Kay Anaaa!!" Hasna melambai "sampai ketemu di Puncak Bedugull"

"hati-hatii"

"oke guys, Bismillah kita berangkat juga"  Vigo menepuk pundak Jana yang berada dibalik kemudi "ayo Jan. ntar pulangnya gue yang nyetir, sekarang mau merem dulu capek semalem begadang"

"begadang? ngapain sampe begadang?" tanya Ana langsung

"eh nggak begadang Nanaa, sampe jam 2 aja kok semalem"

"tiga" ralat Jana

"kan udah dibilangin kita mau main seharian ini, ngapain masih begadang sih, ntar pas main ngantuk, Ga asik." Ana mulai marah

"nggak ngantuk, ini merem bentar juga udah ilang ngantuknya"

"terserah."

Ana mengabaikan tatapan Vigo yang memohon pengampunan. gadis itu malah mendusel pada Kay yang ada di sampingnya.
"lo dingin Kay?" Ana menarik kain yang menyelimuti Kay kemudian ikut masuk didalamnya.

"udah enakan?"

"mendingan sih" bohong. padahal sekarang perutnya berada di puncak rasa sakit, seperti di tonjok tanpa dilepas.

"tidur aja yuk Kay, males melek"

"he'em tidur aja"

Benar saja, tak sampai lima belas menit, Ana sudah tertidur pulas menyender di pundak Kay. Kay sendiri tak bisa tertidur karena mulas pada perutnya belum juga reda. sampai hampir satu jam perjalanan, belum juga mereda, perutnya justru semakin mulas karena bantal yang ia bawa sudah mulai dingin.

ekhem. Kay bingung mau memanggil Jana, tapi dia butuh memanasi bantalnya lagi. Ingin membangunkan Ana, kasian juga, dia semalam juga begadang mencari tempat makan untuk mereka seharian ini yang tentu diluar Vila.

"perlu bantuan Kay?" syukurlah Jana adalah laki-laki yang sangat peka.

"boleh berhenti di minimarket dulu ga Jan?"

"boleh, itu di depan ada."

Kay mengangguk, ia kemudian mencari charger dalam tas kecilnya dan segera turun setelah memindahkan kepala Ana ke samping dengan hati-hati.

"aku mau charger ini bentar" kata Kay pada Jana sebelum masuk le minimarket

sambil menunggu bantalnya panas, Kay melipir mencari camilan untuk ia makan di dalam mobil, ia yakin selama perjalanan tak akan bisa tidur, jadi dia butuh camilan untuk menemani perjalanan. Ternyata Jana melakukan hal yang sama, laki-laki itu masuk dan mencari sesuatu.

Back to Us Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang