Taman Bermain

2 0 0
                                        

Malamnya ketiga gadis itu sudah dikediaman mereka masing-masing, namun mereka masih berkomunikasi dengan benda pipih itu.

Malamnya ketiga gadis itu sudah dikediaman mereka masing-masing, namun mereka masih berkomunikasi dengan benda pipih itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Entah apa yang direncanakan Aruna, itulah dia mau siapapun yang berurusan dengannya ia tak gentar sama sekali

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Entah apa yang direncanakan Aruna, itulah dia mau siapapun yang berurusan dengannya ia tak gentar sama sekali.

Sedang asyik mengobrol lewat pesan bersama teman-temannya, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamarnya.

"Non, bapak suruh makan bareng dibawah"
Suara itu begitu sopan dari balik pintu kamar Aruna.

"Iya mba' nanti saya kebawah"
Itu suara mbak Sarah, ART di kediaman keluarga Aruna.

Gadis itu turun menuju meja makan yang terletak dilantai satu,disana sudah ada mama dan papanya yg sedang menyantap makanan yg sudah dimasak mbak Sarah.

Aruna duduk tanpa membuka suara dan langsung mengambil makanan yang ingin ia makan, ekspresi datar dan tidak banyak bicara sudah menjadi karakter Aruna ketika dirumah.

"Kamu bikin ulah lagi disekolah?"
Tanya Irfan papa Aruna.

"Dikit"
Jawabnya tanpa mengalihkan pandangan dari piringnya.

"Ingat, ini kesempatan terakhir kamu, kamu tau sendiri kan konsekuensinya"
Peringatan dari Irfan.

"Aruna usahain"
Jawabnya singkat.

"Buang-buang waktu sebenarnya sekolahin kamu yang sama sekali gak ada niatan buat berubah!"
Sekarang mamanya yang yang membuka suara, dia Nalla.

"Yaudah keluarin, Aruna juga gak minta disekolahin kan?"
Aruna menghentikan makannya dan menatap tajam kedua orangtuanya.

"Gak semudah itu Aruna, kamu harus tetap sekolah yang tinggi supaya bisa gantiin papa diperusahaan nanti"
Irfan tersenyum lembut kepada putrinya.

"Bangkrut yang ada pa kalo dia yang mimpin perusahaan kita"
Nalla terkekeh remeh.

"Terserah! Gue gak butuh harta, gapapa nanti gue hidup miskin"
Aruna melenggang meninggalkan kedua orangtuanya.

"ARUNA JAGA UCAPAN KAMU, KAMU MAU KEMANA!?"
Irfan berdiri karena Aruna sudah memakai jaket dan mengambil kunci motornya.

"Kemana aja, Aruna capek sama keluarga ini"
Gadis itu pergi dengan emosi yang menggebu-gebu dan menahan agar air matanya tidak menetes.

__

Sekarang Aruna tengah duduk ditaman bermain yang cukup jauh dari rumahnya, tempat ini adalah salah satu tempat yang sering ia kunjungi ketika pikirannya sedang kacau.

Sekarang Aruna tengah duduk ditaman bermain yang cukup jauh dari rumahnya, tempat ini adalah salah satu tempat yang sering ia kunjungi ketika pikirannya sedang kacau

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ditemani kopi hangat kesukaannya, ia senyum sendiri saat melihat keluarga kecil yang terlihat sangat bahagia menghabiskan waktu saat malam Minggu yang cerah.
Tanpa ia sadari air matanya menetes begitu saja.

"Gue juga pernah kek gitu sama keluarga gue, tapi udah lama banget,"
Ia mengusap pipinya yang basah.

"Terakhir kali sebelum kejadian itu"
Sambungnya menangis tanpa suara sambil memeluk lututnya.

Entah sudah berapa lama Aruna menundukkan kepala, sekarang taman itu sudah mulai sepi karena waktu menunjukkan pukul 11 malam.
Tiba-tiba ada yang menghampiri

gadis itu, orang itu menepuk pundaknya.

"Mbak! Maaf mbak gapapa? Udah malem loh"
Suara seorang gadis membuat Aruna mendongak dan mengusap air matanya.

"Aruna!"
Kata gadis itu yang melihat mata Aruna sudah sembab.

"Gilsha!"
Sahut Aruna.

Gadis berambut pendek itu terkejut melihat kondisi Aruna saat ini.
"Lo kenapa? Ada masalah?"
Ia duduk di samping Aruna.

"Bukan urusan lo"
Ketus Aruna tanpa memandangi Gilsha.

"Iya sih bukan urusan gue, tapi mendingan lo pulang deh, udah malem"
Senyum hangat Gilsha pada Aruna yang datar.

Tiba-tiba seorang cowok datang menghampiri keduanya, dan Aruna merasa tak asing.

"Gilsha! Ayo balik"
Seru cowok itu yang membuat pandangan keduanya teralihkan.

Aruna memandang cowok itu dengan tatapan yang tak bisa diartikan, cowok itu juga menatap lama mata Aruna dengan senyuman tipis.

"Bentar Lan, btw kenalin ini Aruna dari sekolah kita juga 11 IPS 2"
Gilsha mengenalkan Aruna pada Azlan.

"Udah tau"
Singkat Azlan.

Aruna sedikit terkejut dari mana Azlan mengenal dia.

"Ohh, bagus deh"
Jawab Gilsha.

Suara ringtone handphone Aruna mengalihkan perhatian Azlan dan Gilsha.
Aruna tidak menjawab panggilan itu,ia juga mematikan saya ponselnya.

"Gue cabut"
Aruna pergi dengan cepat dari tempat itu, sesampainya diparkir ia mengambil dan mengemudikan motornya dengan kecepatan rata-rata.

"ARUNA HATI-HATI!"
Teriak Gilsha melihat kecepatan motor gadis itu.

"Sha, kalo gitu gue pulang duluan ya!"
Azlan berpamitan kepada Gilsha, rumah Gilsha dekat taman itu.

"Yaudah, gue juga mau balik, hati-hati Lan!"
Senyumnya sambil melambaikan tangan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

JAGAWANATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang