"Ampun kak! A-aku beneran g-gak tau"
Suara gadis itu bergetar."Makanya, kalo gak tau cari tau dulu!"
Sekarang suara lantang menggelar di ruang kosong itu.Disana terdapat 3 perempuan yang sedang menyudutkan 1 orang perempuan yang posturnya lebih kecil dari mereka.
"Veron yang ajak aku kak, dia minta temenin aku pergi ke suatu tempat, awalnya aku nolak tapi aku ditarik buat pergi sama dia"
Jelas gadis disudutkan itu."Banyak bacot lu!"
Plak! Plak! Plak!
Tamparan bertubi-tubi di pipi gadis yang sudah tidak berdaya itu, ketiga perempuan yang tidak merasa kasihan itu hanya tertawa melihat hasil perbuatan mereka.
Hingga mereka dihentikan dengan kedatangan seseorang.
"Aruna! Pak Dito nyariin Lo, ditunggu diruang BK"
Lalu perempuan itu pergi begitu saja setelah menyampaikan pesan tersebut."Thanks Xa!"
Senyum Aruna."Pak Dito ngapain nyariin lo Run?"
Tanya Saskia."Ga tau, masalah kemarin kali"
"Udah sana, nih cewek biar gue sama Jea yang urus"
Saskia menyuruh Aruna pergi menemui pak Dito."Oke! Gue cabut duluan, nanti kita ketemu di kantin aja"
Aruna berlenggang pergi dan diiringi anggukan oleh kedua temannya.Kini hanya ada Jea dan Saskia yang masih menyudutkan gadis malang itu.
"Nama lo siapa? Kok gak pake name tag?"
Tanya Jea."Shelyn kak"
Jawabnya."Bagus juga nama lo, tapi kok muka lo gak ada bagus-bagusnya"
Kata Saskia sambil terkekeh."Lo udah ngapain aja sama pacar gue? Hm?"
Saskia meremas dagu gadis itu."Kalo ditanya jawab!"
Kini Jea yang menoyor kepala Shelyn."G-gak ngapa-ngapain k-kak, cuma makan di cafe aja"
Jawab Shelyn"JUJUR! LO PIKIR GUE PERCAYA!?"
Saskia memukul kepala gadis itu dengan buku yang ia ambil dari tas Shelyn.Jea juga bersiap untuk menendang perut gadis itu.
"WOY!"
Suara berat itu menghentikan aksi keduanya, mereka mengalihkan perhatian kepada cowok yang berdiri di ambang pintu ruangan kosong itu."Siapa lo? Gak usah ikut campur!"
Saskia menghampiri cowok itu."Shel! Lo bisa pergi, biar gue yang urus"
Cowok itu berbicara kepada Shelyn.Dengan cepat Shelyn berlari keluar ruangan itu, Saskia dan Jea mencoba mengejarnya, tapi niat mereka dihalangi oleh cowok misterius ini.
Penampilannya memakai kacamata dan headset disalah satu telinganya, tinggi dan tegap.
"lo apa-apaan sih! Gue belum ngabisin tuh cewe!"
Saskia emosi kepada cowok itu."Kalo mau bales dendam, bales sendiri jangan bawa temen, lagian Shelyn juga bocah. Masa takut kalah sama orang yang lebih lemah dari Lo"
Cowok itu tersenyum meledek ke arah Saskia."Anj*ng lo!"
Saskia pergi dari ruangan itu dengan emosi yang menggebu-gebu diikuti oleh Jhea dibelakangnya.>>>
Sementara itu diruangan konseling, Aruna berdiri menghadap pak Dito.
"Ada apa lagi pak?"
Tanya Aruna malas."Bersihin toilet laki-laki sekarang!"
Perintah pak Dito tiba-tiba."What?! Salah saya apa pak? Gak mau ah"
Tolak Aruna sambil menyilangkan tangannya kepada pak Dito."Gak ada penolakan! Ini perintah"
Pak Dito memberikan sikap tegas kepada Aruna."Cieilaahh bapak! Kek cowok wattpad aja kata-katanya, hahahaha!"
Aruna tertawa sambil bertepuk tangan, karena itu ciri khasnya kalau tertawa."Kamu ngatain saya?"
Tatap tajam pak Dito yang langsung membuat Aruna diam."Enggak pak, saya malahan muji kalo bapak ganteng kaya tokoh fiksi"
Aruna mengatakan sambil menahan tawanya agar tidak keluar begitu saja dari mulutnya."Sana bersihin toilet! Minggu depan jangan lupa piket"
Suruh pak Dito."Huft! Yaudah deh pak, padahal kan ada CS"
Aruna meninggalkan ruangan itu sambil mengeluh.Aruna mengikat rambutnya setelah sampai di toilet murid laki-laki.
Sekarang semuanya sedang belajar di kelas masing-masing, kecuali Aruna yang harus mengerjakan hukuman dia setiap minggu, karena sudah terbiasa kena hukum jadi Aruna tidak terlalu ambil pusing."Huek! Bau banget lagi,"
Aruna mual saat membuka pintu toilet itu"Pada makan jengkol lauknya pete nih!"
Aruna hanya mengepel lantai toilet saja, karena kloset dan wastafel sudah dibersihkan oleh petugas kebersihan sekolah.Beberapa waktu berlalu dan hampir jam istirahat tiba, Aruna sudah mengepel lantai sampai bersih, kalau gak bersih berurusan lagi sama pak Dito dan berakhir di adukan pada ayahnya.
"Gila! Selesai juga akhirnya, capek banget gue"
Aruna bersandar pada dinding dan menghela nafas setelah semua bebannya sudah kinclong.Tiba-tiba saat Aruna sedang enaknya nyantai, seseorang masuk ke toilet itu dan menginjak semua kerja keras Aruna , cowok itu menginjak lantai yang sudah bersih itu dengan sepatunya yang meninggalkan jejak tentunya.
"Woi!"
Aruna melempar sapu yang berada disampingnya kepada cowok itu."Apa?"
Cowok itu datar saja seperti tidak ada kesalahan."Nanya lagi nih orang! Lo gak liat lantai yang udah gue bersihin jadi kotor lagi gara-gara Lo kampret!"
Aruna mendekat dan menatap tajam kearah cowok itu.Cowok itu melihat kebawah dan memang ia meninggalkan jejak tanah dilantai itu.
"Oh, gue gak liat!"
Ia lanjut menyuci tangannya di wastafel tanpa ekspresi sedikit pun."Tai nih orang! Gak usah sok nyuci tangan, yang kotor mata lo bukan tangan!"
Aruna mendorong cowok itu karena sangat merasa kesal."Gue udah bilang, gak liat!"
Cowok itu balik menatap tajam Aruna.Aruna malas berdebat seperti ini, ia hanya terpikir untuk membalasnya lain waktu saja, karena ia sangat lelah membersihkan toilet yang cukup besar ini.
Gadis itu pergi dan sengaja menyenggol tubuh cowok itu dan berkata.
"Mata udah empat masa' gak liat, anj*ng!"Cowok itu berbalik badan dan melihat punggung Aruna yang terus menjauh, ia menghadap kearah cermin disampingnya dan mata empat yang dimaksud Aruna adalah kacamata yang ia kenakan.

KAMU SEDANG MEMBACA
JAGAWANA
Dla nastolatkówAzlan Jagawana, besar tanpa sang ayah yang entah kemana membuatnya menjadi sosok misterius bagi orang-orang sekitarnya. Dianggap sebagai seorang yang penyendiri dan selalu memakai headset atau headphone dimanapun, memakai kacamata dan tidak peduli d...