"Kata siapa? Jangan bercanda!""Hei, aku serius. Mungkin sudah sekitar 3 bulan yang lalu dia pindah."
Lee Han memijit kepalanya. Untuk kesekian kalinya ia melihat pemandangan tidak mengenakkan setiap kali dia kembali. Pintu depan unitnya akan penuh dengan sampah. Meskipun beberapa sudah rapi dimasukkan ke dalam plastik tapi ada beberapa yang berserakan di lantai. Lee Han menatap tajam ke arah pintu unit di sebelah kirinya.
"Riwoo, bye. Aku harus mengurus sesuatu. Nanti kutelfon lagi."
Setelah memasukkan handphonenya ke saku. Lee Han membersihkan sampah-sampah yang berserakan di lantai. Memasukkanya ke dalam plastik dan membuangnya ke pipa lubang tempat sampah yang terletak di ujung lorong. Ia membersihkan tangannya setelah selesai. Seperti biasa, ia akan meninggalkan sebuah pesan teguran untuk tetangganya. Lagi dan lagi. Sampai post it itu sekarang sudah menipis.
"Entah sampai kapan aku harus melakukan ini. Hhh.." Lee Han menempelkannya di pintu, memencet bel berkali-kali dan pergi masuk ke tempatnya.
Kehidupan orang dewasa memang membosankan. Hanya berkisar tentang pekerjaan dan sisanya hanya bagian kecil yang mengisi. Beberapa orang akan mulai memikirkan hubungan percintaan yang lebih serius. Beberapa orang juga tidak peduli tentang hubungan percintaan dan lebih fokus ke karir. Kalau Lee Han sudah pasti masuk dalam tipikal yang kedua.
Ia bekerja sebagai seorang copywriter di sebuah perusahaan kabar berita yang cukup besar. Tentunya ia bekerja dari rumah. Tidak ada seorangpun yang bisa mengalahkan rekornya untuk tetap di dalam rumah, Lee Han tetap juaranya. Tiba-tiba kehidupan nyaman dan tenangnya berubah menjadi mimpi buruk sejak unit sebelahnya terisi. Tepatnya sejak 3 bulan yang lalu. Ia melewatinya tiada hari tanpa masalah. Seperti yang baru saja terjadi, tapi itu hanya bagian kecil dari banyaknya masalah yang pernah ia alami.
Lee Han mendengus kesal. Setiap dia keluar rumah, selalu ada sesuatu yang membuatnya kesal. Dan itu selalu berurusan dengan tetangga sebelahnya. Lee Han mengarahkan jarinya untuk scrolling seluruh pesan masuk di emailnya. Ia belum mendapat tanggapan lagi atas pengajuannya kemarin.
"Kenapa memakan waktu lama sekali hmm.."
Malam hari adalah waktu yang ia sukai untuk menulis. Ia akan berada di depan laptopnya sampai pagi. Selain sebagai seorang copywriter, dia juga menjadi seorang penulis cerita novel di sebuah situs online dengan nama pena Ocean.
Diluar ekspetasinya, tulisan Lee Han rupanya disukai banyak orang dan mendapat rating yang lumayan tinggi. Padahal itu hanya hobi sampingan untuk mengusir rasa penat perkerjaannya yang serius dan monoton. Semakin lama, Lee Han semakin nyaman dengan hobi sampingannya itu.
Jika ia beruntung, Lee Han akan mengerjakan 1 chapter malam ini. Kalau tetangganya itu tidak berulah. Mengingat hari ini hari Sabtu, Lee Han 100% yakin kalau tetangganya itu pasti keluar. Itu seperti kebiasaan yang tidak sengaja ia ingat.
Drrt..
Lee Han langsung mengangkatnya dengan cepat saat mengetahui siapa yang menelfonnya. Itu dari pihak apartment."Halo, iya?"
"Terkait pengajuan yang Anda lakukan, pihak terlapor menolak untuk pindah. Kami selaku pihak apartment sudah tidak bisa membantu lagi dalam hal ini. Bagaimana dengan melakukan mediasi? Pihak terlapor, Tuan Han, ingin bertemu dan membicarakannya. Apa Tuan Kim akan melakukannya?"
"Hmm, boleh kalau begitu."
Seperti dugaanya, Lee Han tahu dia akan menolaknya. Jawaban yang bisa dia tebak. Lee Han tiba-tiba teringat dengan seseorang di masa lalunya. Sangat bebal dan selalu membuat masalah. Ia bertanya sendiri kenapa dia selalu dihadapkan dengan orang seperti itu. Bahkan setelah dia pindah jauh ke bagian negara lain. Dia masih harus berhadapan dengan orang sepertinya.
Namun bedanya, seseorang yang awalnya dia benci itu menjadi orang spesial yang mengubah pandangannya tentang banyak hal. Tak sadar ia menarik senyum kecil di ujung bibirnya.
"Ahhh.. Ahhh.. Ahh.. faster please.."
Senyuman itu langsung hilang saat ia mendengar suara wanita mendesah yang samar-samar terdengar di telinganya. Lee Han mengernyitkan kedua alisnya, perasaannya sudah tidak enak. Ia pergi mendekat ke dinding yang tepat bersebelahan dengan tetangga pembuat masalah itu. Lee Han menempelkan telinganya untuk memastikan. Semakin ia mendengarnya ia semakin mual.
"Oh, bagus! Sekarang dia mulai membawa pacarnya kesini... Hhh!"
Selamat tinggal malam yang tenang. Dia tidak akan bekerja malam ini. Lee Han memilih untuk masuk ke kamarnya dan tidur dengan menggunakkan airpod. Sebisa mungkin menyumpal telingnya.
Tanggal dan jam pertemuan sudah di tentukkan. Lee Han tidak henti-hentinya melihat jam menghitung mundur waktu pertemuannya dengan tidak sabar. Ia sedang meeting dengan perwakilan agensi film saat itu. Pikirannya tidak fokus sejak pagi. Ia memikirkan skenario yang kemungkinan akan dia katakan. Lee Han sudah menyiapkan list alasan kenapa tetangganya itu harus pindah beserta bukti-bukti yang sudah ia simpan.
"Ocean, kau mendengarku?" Ketukan jari di depan wajahnya membuat lamunannya buyar. Dia lupa kalau ada pertemuan penting juga saat itu.
"Oh! Ya, ya, aku mendengarmu."
"Kau tampak sedang banyak pikiran, apa ada sesuatu yang mengganggumu?"
"Tidak, tidak. Hanya masalah kecil. Uhm, sampai mana kita?"
"Lihat? Kau benar-benar tidak mendengarku, haha."
Lee Han menggaruk bagian belakangnya meminta maaf. Kemudian pria bernama K itu harus menjelaskan ulang tentang rencananya yang ingin mengangkat cerita Lee Han menjadi sebuah series drama. K merupakan seorang direktor film yang tertarik dengan karya buku Lee Han yang berjudul 'My Beloved Next Door'.
"Oke oke, aku mengerti. Jadi, rencananya kapan casting ini akan dilakukan?"
"Bulan depan kita akan mulai casting, kuharap kau bisa meluangkan waktumu sebentar. Detailnya akan kukirimkan via email."
"Oke, baik. Terima kasih direktor, K."
"Senang bekerja sama denganmu, Ocean." Lee Han berjabat tangan dengan K dan mengucapkan terima kasih.
Setelah pertemuan itu, Lee Han menuju tempat pertemuannya dengan pihak apartment. Merupakan hari yang paling dia nantikan. Lee Han begitu bersemangat melangkahkan kakinya ke ruang meeting karena takut terlambat. Jalanan begitu macet saat waktu sore di akhir pekan. Kesalahannya memilih taksi daripada kereta.
Lee Han akhirnya sampai di tempat pertemuan dan terkejut karena tidak ada siapapun di ruangan itu. Ia memperhatikan sekitarnya dengan masih berusaha mengatur napas. Melirik jam tangannya yang hanya lewat 5 menit dari jam pertemuan.
"Tuan Kim?" Lee Han menoleh.
Seorang staff menyapanya dan menyuruhnya untuk menunggu di dalam. Perwakilan staf itu menjelaskan kalau Tuan Han sedang terjebak macet dan akan tiba sedikit terlambat. Untuk alasan itu, Lee Han bisa menerimanya karena baru saja ia mengalaminya sendiri.
"Oke, aku bisa menunggu.."
15 menit berlalu,
30 menit berlalu,
40 menit berlalu,
Lee Han merasa lelah menunggu. Ia sangat benci dengan orang yang tidak tepat waktu. Itu sangat membuang-buang waktunya. Ia tidak bisa tenang memperhatikan jam di tangannya. Mau sampai kapan dia akan terus menunggu. Apakah orang itu akan datang atau tidak? Ia mulai gusar ingin segera pergi.
"Sepertinya dia tidak datang.." Lee Han sudah berdiri dari tempat duduknya hendak pergi. Tapi tiba-tiba ada seseorang yang membuka pintu. Lee Han dengan cepat menoleh. Tapi, kenapa ia melihat sosok familiar dari masa lalunya.
"Ah, sorry, aku terlambatㅡ Lee Han?"
"...Taesan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
BOY NEXT D👀R | taeshan
FanficON GOING [Sequel : Whats Wrong With My Neighbor?] Berlatar 5 tahun setelahnya, di New York. Kali ini tentang Lee Han yang berusaha keras mengusir tetangga sebelah apartmentnya karena terlalu berisik dan kerjanya hanya membuat keributan. Bagaimana u...