Part 15

803 41 3
                                    

Halo🖐
akhirnya cerita ini aku lanjut lagi😁 kalian masih ada nggak yang nunggu kelanjutan cerita ini?

Jika masih ada, Aku mau berterima kasih banget Buat kalian yang masih setia nunggu kelanjutan cerita ini, dan juga aku mau minta maaf sama kalian karena udah buat kalian nunggu lama🙏

Aku juga mau berterimakasih buat yang uda vote dan comment untuk memberikan feedback buat ceritaku ini, comment dan vote kalian, buat aku semangat untuk lanjutin cerita ini.

sejujurnya aku udah niat buat nggak lanjut cerita ini, karena beberapa bulan ini aku gak ada mood buat nulis, tapi melihat notifku banyak yang ngasi vote dan nambah cerita ini di daftar bacaannya.

Akhirnya aku ngumpulin mood dan nyemangatin diri, buat lanjutin cerita ini. karena aku tau banget gimana nggak enaknya nunggu kelanjutan cerita yang kita sukai, apalagi ceritanya gantung dan gak end buat kita sebagai pembaca kepikiran terus😁

Oh, iya jika ada dari kalian yang baca cerita ini,  tolong jangan jadi silent rider ya, kalian nggak perlu comment kalau gak mau cukup vote aja sebagai bentuk apresiasi kalian kepada para penulis.

Susah lo nulis cerita itu, aku yang dari awalnya cuma seorang pembaca lalu mencoba untuk menulis sebuah cerita udah ngerasain ternyata sesusah itu buat suatu cerita yang bagus dan enak untuk di baca dan ternyata sesulit itu untuk bisa namatin sebuah cerita😭

                      ############
                     

Kirana terbangun dari tidurnya dengan memegang kepalanya yang terasa berat, ia duduk menyenderkan badannya di kepala ranjang.

Lalu mengambil handphone nya yang terletak di atas nakas untuk memeriksa  jam di layar handphone nya, yang  kini menunjukkan pukul 11.30.

"Astaga!! Gawat gue bangun kesiangan, aarcckhh.. Mana ini hari senin lagi" Pekik Kirana frustasi.

Kirana menarik nafas lalu menghembuskannya.
"Hah.. Pertama-tama gue harus menghubungi mbak wendy terlebih dahulu kalau gue gak bisa masuk kantor hari ini"

Kirana mencari kontak wendy di handphone nya dan langsung menghubunginya, tak berapa lama sambungan pun terhubung.

"Halo.. mbak wendy, hari ini aku isin gak masuk kantor, aku ngak enak badan ................. Cuma sakit kepala aja sih .............. Belum ............. Gak usah mbak, mbak kan lagi kerja ................... Gak usah mbak, setelah ini aku mau telpon Aa ku buat ngantarin kedokter ................ Iya mbak, makasih ya mbak emang cuma mbak yang bisa aku andalin .................. Untuk surat sakitnya menyusul besok ya mbak ............... Yaudah telponnya aku tutup ya mbak, selamat bekerja mbak wendy sayangnya babang cakra"

Setelah menyelesaikan panggilan telponnya dengan wendy, kirana menyibak selimutnya lalu turun dari tempat tidur menuju kamar mandi untuk mencuci wajahnya.

Setelah sampai di depan wastafel dan melihat wajahnya di cermin, kirana kaget melihat matanya yang bengkak, kantung mata yang menghitam serta hidungnya yang memerah.
"Astaga. udah gue duga sih. mata gue bakal bengkak, tapi gak sebengkak ini juga"

Kirana menghembuskan nafasnya kasar.
"Huh. Gila kacau banget muka gue. Kalau kaya gini, meskipun nggak bangun kesiangan gue tetap nggak bisa kekantor. Emang separah apa sih semalam gue nangis" Monolog Kirana kepada diri sendiri.

Kirana memukul kepalanya menyalahkan diri sendiri.
"Dasar Kirana bego. Lo yang nolak jaemin, lo juga yang nangis-nangis nggak jelas serasa habis di putusin sepihak"

Kirana meraba dadanya yang berdenyut nyeri mengingat kejadian semalam.
"Stop Na! lo nggak boleh plin plan, lo nggak bisa mainin perasaan jaemin, dia berhak bahagia dan mendapatkan orang yang lebih baik dari lo, yang bisa mewujudkan impian jaemin untuk memiliki keluarga yang bahagia dan lo gak bisa kasi itu ke jaemin, lo jangan egois, ini yang terbaik buat kalian berdua".

Beneficial Relationship🔞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang