Dear human,
come to us.
"Hyunsuk, turunlah ke ruang makan sepuluh menit lagi."
Sang empu mengangguk patuh, ia meregangkan tubuhnya yang letih setelah mengangkut barang barang pribadinya menuju kamar. Matanya berpendar, memperhatikan setiap sudut ruangan yang akan ditempati dua bulan kedepan.
Yah, tidak buruk. Setidaknya rumah nenek bukanlah gubuk tua ditengah hutan tanpa adanya aliran listrik.
Rumahnya sama seperti rumah pada umumnya, hanya saja yang satu ini telah berumur terlalu lama. Lebih tua daripada umur nenek, dan lebih tua lagi dari buyut sang nenek. Singkatnya, warisan.
Keturunan Choi terkenal akan bisnisnya yang sukses, itu dikarenakan oleh gen keluarga yang memang telah mahir berbisnis. Mulai dari kecil ilmu bisnis telah menjadi makanan sehari hari, bagaimana cara ini dan itu, saham, investasi, dan yang lain.
Dan entah sebuah kesialan atau bahkan keberuntungan, baik dari ibu maupun ayah Hyunsuk keduanya merupakan penerus bisnis perusahaan masing masing keluarga. Harta yang ditimbun tak main main, Choi's telah dinobatkan sebagai orang terkaya keempat di korea.
Dan merupakan orang berpengaruh dalam negara.
Kedua mata coklat hazelnut Hyunsuk menatap satu persatu foto keluarga yang memenuhi tembok besar rumah itu, figura yang dipakai sengaja berukuran besar sehingga Hyunsuk merasa seperti melihat monster besar yang menempel di dinding.
Temboknya di cat abu abu tua, dan hijau lumut di beberapa tempat. Penerangannya cukup banyak, namun mungkin karena rumah ini telah berdiri hampir sekitar satu abad lamanya, Hyunsuk merasa tak nyaman dengan hawa disekitar. Suasananya sedikit suram, gelap, mungkin juga karena cat tembok yang gelap itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
how to deal with the devil [hoonsuk]
Fanfiction"are you sure, pretty?" "take me." "okay, deal."