Xyna menggambar

13 11 31
                                    

Bosan. Xyna (baca : Sina) tidak tau ingin melakukan apa. Mau mendengar musik, menulis, membaca, berkebun, atau apapun. Dirinya tidak dalam kondisi yang baik untuk melakukan itu.

Xyna juga tidak tau mengapa bisa terjebak dalam ruangan putih–serba kosong–di sini. Aneh. Apa ini mimpi? Namun, mengapa dirinya merasa tempat ini begitu nyata?

Gadis berbaju biru yang sedari tadi hanya tiduran dengan posisi telentang mulai duduk dan memerhatikan sekeliling. Ia sepertinya butuh pulpen, pensil, spidol, krayon, atau apapun untuk menggambar. Ia merasa bosan.

Namun, apa mungkin, mendapatkan alat untuk menggambar di sini? Xyna menaruh tangannya di depan dagu, berpikir.

Iseng, ia mengayunkan tangan diudara membentuk burung. Tak peduli apa di sini ada pensil ataupun tidak.

Anehnya, secara ajaib, burung yang digambar Xyna menggunakan tangan kosong mengepakkan sayap, seolah burung itu berubah hidup.

Gadis berbaju biru mengerutkan kening. Aneh. Ia pun mencoba menggambar bentuk pensil menggunakan tangan kosongnya.

Muncul pensil di depan Xyna sekarang. Kemudian, pensil itu jatuh tepat di depan kakinya.

"Hm, menarik," gumam gadis itu lalu menggambar sebuah garis panjang di depan dirinya.

Setelah menggambar garis panjang, bagian bawah kaki Xyna, tempat untuk berpijak seketika terasa ada tanahnya dan muncul warna coklat juga.

Xyna berdiri, kemudian menggoreskan pensilnya untuk menggambar batang dan ranting. Tak lupa, ia menggambar dedaunan dan buah jeruk di ujung ranting itu.

Xyna sempat memanjat pohon ketika menggambar ranting, dedaunan dan buah jeruknya. Ia tidak tau bagaimana bentuk dari pohon jeruk. Gadis itu pun turun dari pohon dan menggambar logo chrome menggunakan pensil ajaib di udara.

Setelah muncul, Xyna mengklik logo itu dan menulis kata 'pohon jeruk' di kolom pencaharian. "Ah, begitu ya, bentuknya. Ada yang bisa ditanam dipot juga. Yasudahlah."

Xyna mengangkat bahu dan menutup tampilan chrome-nya. Lalu ia membuat garis menyerupai rumput, bangku taman, dan bunga. Ya, ia menggambar sebuah pemandangan yang simple.

Gadis berbaju biru itu kemudian menggambar sebuah tangga lipat dan menaruhnya di atas tanah. Ia lalu menggoreskan pensil untuk menggambar awan dan mewarnai langit serta awan itu. Tak lupa, ia mewarnai rumput, bangku, burung, dan pohon.

Ya, aneh. Satu buah pensil yang digunakan untuk menggambar sekaligus mewarnai berbagai warna.

Setelah selesai, ia turun dari tangga itu dan menaruh tangga lipatnya dalam kondisi miring dan tertutup.

"Akhirnya, selesai juga gambaranku!" ujar Xyna sambil tersenyum.

A/N : Aku pas itu bosen jadi kepikiran bikin cerita ini. Baru diselesaikan sekarang sih, hehe. Kepikiran bikin cerita ini soalnya liat postingannya orang lain soal white room syndrome 🤔. Ketika pembaca ga bisa ngebayangin latar cerita yang dibacanya karena (mungkin) penulis kurang deskripsiin soal latar ceritanya.

Pohon jeruk yang diliat Lisa di chrome :

Pohon jeruk yang diliat Lisa di chrome :

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Random ParkTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang