Phuwin duduk di sofa bersama Gemini. Phuwin dan Gemini saling berpandangan dan ketawa mereka meletus tanpa berbicara apa-apa.
" Kau menghilang ke mana ? Hidup lagi rupanya " kata Phuwin selepas ketawanya perlahan-perlahan menipis.
Gemini tersengih, " Kau tu yang macam ditelan oleh bumi. Kenapa ? Kau ada masalah ke ? " tanya Gemini dengan kening terangkat. Matanya penuh makna memandang Phuwin, berharap Phuwin meluahkan sesuatu yang sudah lama dipendam.
Phuwin mengeluh, " Entah. Kalau aku cakap ini, mesti kau tidak percaya " Phuwin memandang Gemini dengan wajah yang sayu.
" Sejak kebelakangan ini, aku rasa diperhatikan. Like have someone followed me membuatkan aku tidak nyaman " luah Phuwin dengan wajah yang menunduk dalam.
" Siapa ? " tanya Gemini, mulai serius.
Phuwin mengangkat bahu, " Aku tak tahu. Aku tak nampak mukanya sebab lelaki itu memakai hoodie "
" Mungkin cuma halusinasi kau sahaja " jawap Gemini, hanya untuk menyedapkan hati Phuwin yang gelisah.
" Kalau aku cakap, semua mengatakan aku berhalusinasi ! Kenapa ? Kalian mahu katakan yang aku gila ke sampai berhalusinasi yang aneh-aneh ?! " tengking Phuwin bila mendengar Gemini mengatakan dia berhalusinasi.
Pond yang baru buka pintu, tersentak mendengar Phuwin suara Phuwin.
" Aku nampak dia ! Aku tidak berhalusinasi ! Serius, aku tidak main-main tentang perkara ini. Dia memerhatikan aku ! Aku tidak berhalusinasi ! Tidak ! Aku belum gila ! " teriak Phuwin, marah.
Gemini terkejut melihat sikap Phuwin yang tiba-tiba berubah. Gemini terus bangun dan memegang Phuwin, " Phuwin, tenang, tenang "
" Jangan sentuh aku ! " Phuwin menepis tangan Gemini, " Aku memang nampak dia ! Aku nampak dia ! "
Gemini memandang Pond, " P' ! Pernafasan Phuwin ?! "
" Kenapa ? " Pond dengan risau, berjalan ke arah Phuwin dan merasakan nafas Phuwin yang tercungap-cungap. Nafas Phuwin tersekat-sekat.
" Phuwin, Phuwin " Pond terus memegang kedua tangan Phuwin.
" Sayang, tenang, tenang " pujuk Pond, terus memegang kedua pipi Phuwin, memaksa Phuwin memandang matanya bila Phuwin memberontak dengan hebat.
Phuwin memandang Pond dengan tajam. Nafasnya memburu laju.
" Tenang sayang. Tenang. Tarik nafas, lepas. Tarik, lepas " kata Pond lembut.
Perlahan-perlahan pernafasan Phuwin menjadi teratur dan masa itu, setitis air mata Phuwin jatuh di pipi.
Pond memandang Gemini, " Gemini, awak balik dahulu "
" Baiklah. Jaga Phuwin baik-baik " ucap Gemini, memegang bahu Pond.
" I well " balas Pond dengan yakin.
Gemini memandang Phuwin dan dia terus keluar daripada bilik pejabat Pond, meninggalkan pasangan itu.
Pond mengesat air mata Phuwin yang semakin mengalir di pipi.
" Saya tidak kuat P'Pond. Apa yang dia mahukan dari saya ? Kenapa dia melakukan ini ? " tanya Phuwin dengan suara yang serak kerana tangisan.
Pond terus menarik Phuwin ke dalam dakapannya.
" Apa salah saya ? Kenapa mesti saya ? " tanya Phuwin, menangis di dada Pond. Dia mengenggam tangannya erat.
" Shhh.. Sudah sayang. Jangan memikirkannya " Pond mengucup kedua kelopak mata Phuwin dan kembali memeluk Phuwin.
Phuwin menutup matanya dengan nafas yang teratur. Nyaman berada di pelukan Pond. Terasa dilindungi. Berasa selamat. Perlahan-perlahan, Phuwin kembali membalas pelukan Pond.
PHUWIN menandang tingkap biliknya yang terbuka luas. Dia menghela nafas panjang.
" Berhalusinasi, berhalusinasi. Bosan aku dengar perkataan itu. Aku tidak gila " gumam Phuwin perlahan, tidak terima bila Pond dan Gemini mengatakan dia berhalusinasi.
Phuwin menyandarkan sisi kepalanya di bingkai tingkap, memandang langit malam yang ditemani bulan sabit yang ditutupi awan gelap.
Tiba-tiba Phuwin mendengar bunyi sesuatu. Phuwin memandang hadapan dan jantung Phuwin berdegup kencang bila melihat lelaki berhoodie itu tengah memandangnya melalui tingkap juga.
Lelaki berhoodie itu menyalakan rokok dan menghisap rokok sambil memerhatikannya.
Phuwin mengenggam tangannya. Dia perlahan-perlahan berjalan masuk ke dalam biliknya dan mengambil pistol yang berada di dalam beg nya. Dia memegang pistol itu dan kembali ke tingkap itu. Lelaki berhoodie masih ada di situ, setia memerhatikannya.
Dari mana datang nya keberanian ini, Phuwin mengangkat pistol dan menembak lelaki berhoodie itu
Bang !
Tembakan pertama tersasar sebab lelaki berhoodie itu elak ke tepi dan Phuwin menekan picu sekali lagi.
Bang ! Bang !
Satu tembakan tepat kena bahu kanan lelaki berhoodie itu dan satu tembakan berselisih di pipi lelaki berhoodie.
Lelaki berhoodie itu memandang Phuwin dan Phuwin nampak ada aliran darah di pipi kiri lelaki tersebut.
Tok ! Tok ! Tok !
Bunyi ketukan bertalu-talu di pintu biliknya membuatkan Phuwin terkejut besar.
" Phuwin ! Phuwin ! " suara garau Pond memanggilnya berkali-kali.
Cemas. Takut. Phuwin seperti orang tidak tentu arah bila Pond mulai mengetuk pintu biliknya. Di mana dia ingin menyembunyikan pistol ini ?
Phuwin terus mencampak pistol tersebut ke bawah katilnya. Dia menyerabutkan rambutnya supaya kelihatan berantakan seperti bangun daripada tidur.
Phuwin buka pintu dan pura-pura menguap, " Kenapa ni P'Pond ? " tanya Phuwin, menggosok-gosok matanya, berlakon seperti tidurnya terganggu.
Pond memandang Phuwin dengan risau, " Apakah awak mendengarkan apa-apa bunyi ? "
Phuwin menggelengkan kepala, " Tidak. Saya bangun ini pun sebab awak mengetuk pintu saya " Phuwin memberikan alasan.
Pond diam seketika, " Baiklah. Maaf menganggu awak. Selamat malam sayang " ucap Pond, mengucup dahi Phuwin dan mengusap rambut Phuwin dengan perlahan.
Phuwin menganggukkan kepalanya berkali-kali, " Iya, selamat malam " balas Phuwin, menolak-nolak tubuh Pond supaya pergi.
Pond pergi dari situ dan masuk ke dalam biliknya.
Phuwin memandang pintu bilik Pond yang sudah tertutup. Phuwin menutup pintunya dan berjalan ke arah tingkap. Mencari-cari kelibat lelaki berhoodie itu dan lelaki itu sudah hilang selepas dia menembak lelaki itu.
" Aku harap kau tak ganggu aku lagi " cebik Phuwin dan terus menutup tingkap. Langsir ditarik dan dia menuju ke katil nya. Selimut ditarik dan dia mulai menutup mata, mahu tidur.
Tanpa Phuwin sedari, lelaki berhoodie itu muncul di tingkap tadi dan memandang tingkap bilik Phuwin dengan pandangan yang tajam. Tangan lelaki berhoodie itu memegang bahunya yang masih berdarah.
YOU ARE READING
Strawberry and Cigarettes ( S2 )
RomanceAda seseorang memerhatikannya membuatkan dia hidup di dalam ketakutan dan berhati-hati bersama pasangannya yang melindunginya