Kaffandra Rakana Aksaradana merupakan anak tunggal dari pasangan Hafiz dan Sasa. Kaffandra berusia 16 tahun, adalah sosok yang telah melewati banyak hal dalam perjalanannya menuju masa remaja.
Kini, Kaffandra berada di awal babak baru dalam hidupnya— menempuh pendidikan SMA. Hari ini adalah hari pertama Kaffandra mengenakan seragam putih abu-abu dan perasaan campur aduk mulai terasa sejak ia bangun pagi. Sebagai anak yang aktif di sekolah, Kaffandra senang dengan tantangan baru, meskipun ia sadar bahwa masa SMA akan membawa lebih banyak tekanan, baik dari sisi akademik maupun kegiatan organisasi. Di balik antusiasmenya, Kaffandra tak bisa memungkiri bahwa ia juga merasa sedikit gugup.
Pagi itu, setelah bangun lebih awal dari biasanya, Kaffandra segera bersiap-siap. Ia berdiri di depan cermin, mengenakan seragam SMA dengan hati berdebar. Sambil menata rambutnya, ia mengingat pesan-pesan dari Bunda dan Ayah, tentang pentingnya menjaga keseimbangan antara usaha dan kesehatan. Meski ia merasa siap secara akademis, ia tetap menyadari bahwa tubuhnya harus dijaga dengan baik, terutama karena asmanya yang kadang kambuh saat ia terlalu lelah.
Di ruang makan, Bunda sudah menyiapkan sarapan. Netranya memandang Kaffandra yang menuruni tangga, “Adek sudah siap?” tanya Bunda lembut seraya memperhatikan penampilan Kaffandra yang rapi.
Kaffandra mengangguk sambil duduk di kursi, "Sudah, Bun, tapi aku agak deg-degan tau Bun. SMA pasti beda banget dari SMP ya?”
Bunda tersenyum sambil mengelus punggung Kaffandra, “Wajar, Dek. Nanti juga terbiasa ya sama teman-teman baru, suasana baru, pasti seru asal Adek bisa cepat beradaptasi.”
Sementara itu, Ayah muncul dari ruang kerja, sudah rapi dengan kemeja kerjanya. Ia duduk di samping Kaffandra, “Kamu pasti bisa, Dek. Ayah tahu kamu selalu berhasil menghadapi tantangan. Yang penting jangan terlalu keras sama diri sendiri, ya?”
Kaffandra mengangguk, merasa sedikit lebih tenang mendengar kata-kata Ayahnya. Setelah sarapan dan memastikan semua kebutuhannya ada dalam tas, Kaffandra berpamitan pada Bunda kemudia menuju mobil bersama Ayah yang akan mengantarnya ke sekolah.
Di dalam mobil, suasana agak hening. Kaffandra menatap keluar jendela, memperhatikan jalanan yang semakin mendekati sekolah barunya. Ia merasa perutnya sedikit mual karena gugup, tapi ia tetap berusaha tenang. Di sampingnya, Ayah terus memberikan dukungan dengan percakapan ringan.
“Hari ini agendanya apa aja, Dek?” tanya Ayah sambil tersenyum.
Kaffandra mengalihkan pandangannya pada Ayah, “Hari ini pembagian kelas, Yah, terus ke kelas masing-masing deh.”
“Semoga masuk ke kelas yang nyaman ya Dek, semoga teman-teman barunya juga pada baik,” kata Ayah. “Kalau ada apa-apa nanti, jangan ragu buat cerita sama Ayah dan Bunda, ya?”
“Iya, Ayah, aamiin. Nanti aku pasti cerita kalo ada yang seru-seru,” jawab Kaffandra.
Sesampainya di depan gerbang sekolah, Kaffandra menarik napas dalam-dalam. Gedung sekolahnya tampak megah, lebih besar dari SMP-nya dulu. Suasana ramai dengan banyak siswa baru yang berkumpul, beberapa bersama orang tua mereka, sementara yang lain tampak mencari teman baru.
"Mau Ayah temenin sampai gerbang, Dek?” tawar Ayah, khawatir Kaffandra merasa canggung.
Kaffandra langsung menolak, tersenyum dengan percaya diri, “Nggak usah, Yah. Malu ah dilihat teman-teman.”
Ayah tertawa kecil, lalu mengangguk, “Yasudah, nanti kalau ada apa-apa, jangan ragu telepon Ayah. Jangan terlalu capek ya Dek, makan siangnya juga diabisin. Oke?”
"Oke Ayah!"
Kaffandra mencium tangan Ayah sebelum keluar dari mobil, kemudian melambaikan tangan dan berjalan menuju gerbang dengan rasa percaya diri yang mulai tumbuh. Ia melangkah mantap memasuki sekolah barunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Beribu Afeksi
Novela JuvenilKafffandra Rakana Aksradana; Anak tunggal kaya kasih sayang.