Sepulang sekolah, Kaffandra langsung menuju ruang klub sains untuk latihan olimpiade Kimia. Sejak beberapa minggu terakhir, ia terlibat dalam seleksi yang diselenggarakan oleh klub sains sekolah untuk memilih siswa yang akan dikirim ke olimpiade tingkat nasional. Kaffandra merasa senang dengan kesempatan ini, karena ia selalu tertarik dengan dunia sains sejak SMP. Kini ia akan mengambil fokus di bidang kimia.
Sore itu, Kaffandra tiba di ruang klub dan melihat beberapa anggota lainnya sudah mulai berkumpul. Di depan, Pak Ginanjar, pembina klub, berdiri sambil membagikan lembar soal latihan. Seleksi ini tidak main-main—mereka yang berhasil lolos akan menjalani pelatihan intensif sebelum akhirnya dibawa ke kompetisi.
“Selamat sore, semuanya. Seperti biasa, kita akan mulai dengan soal konsep hari ini,” kata Pak Ginanjar sambil memberikan arahan. “Fokuslah pada pemahaman, bukan hanya mencari jawaban. Ingat, di olimpiade yang diuji bukan hanya hafalan, tapi pemahaman yang mendalam.”
Kaffandra duduk di salah satu meja, membuka catatannya dan mulai mengerjakan soal. Suasana di ruangan cukup serius. Semua peserta fokus, termasuk Kaffandra, yang merasa tertantang dengan materi yang semakin mendalam. Ia tahu bahwa olimpiade bukan hal yang mudah. Dibutuhkan ketekunan, pemahaman yang kuat, dan tentu saja disiplin.
Beberapa kali Kaffandra berhenti sejenak, mengernyitkan dahi saat menemukan soal yang sulit. Namun, tekadnya membuatnya terus mencoba menyelesaikan soal-soal itu dengan tenang. Sering kali, ia memutar-mutar pena di jarinya sambil berpikir keras, mencoba menemukan logika dari setiap reaksi kimia yang rumit.
Setelah beberapa waktu, sesi latihan berakhir. Kaffandra merasa lelah, tapi puas dengan hasil latihannya hari itu. Ia mengumpulkan lembar jawabannya dan berjalan menuju pintu untuk pulang.
Di luar ruang klub, angin sore terasa sejuk. Langit mulai berwarna jingga, tanda bahwa hari hampir berakhir. Kaffandra melangkah dengan perlahan menuju gerbang sekolah, menunggu sesaat pesanan ojek onlinenya. Seraya menunggu, ia memikirkan apa yang telah ia pelajari hari ini. Seleksi ini adalah tantangan besar baginya, tapi juga sebuah kesempatan untuk menguji kemampuan dan mengembangkan diri lebih jauh.
Sesampainya di rumah, Kaffandra disambut oleh Bunda yang sudah menyiapkan makanan ringan di meja. “Gimana hari ini, Dek?” tanya Bunda lembut sambil menghidangkan teh hangat.
Kaffandra mengangguk sambil tersenyum. “Lancar, Bun. Tadi abis latihan soal-soal buat olimpiade dan itu lumayan berat, tapi seru.”
Bunda tersenyum bangga. “Bunda yakin kamu bisa. Istirahat dulu yuk? Atau Adek mau makan dulu?”
Kaffandra menggeleng, ia duduk di kursi ruang tamu, melepaskan sepatunya dan menghela napas panjang. Meski hari-harinya semakin sibuk, Kaffandra merasa bahwa semua kerja keras ini sepadan. Ia tidak hanya belajar tentang kimia, tetapi juga belajar mengatur waktu, menyeimbangkan antara belajar dan kesehatan, dan tetap menjaga semangat meskipun tantangan semakin berat.
“Makannya nanti aja ya, Bun, habis maghrib,” kata Kaffandra sambil menyesap teh hangatnya.
Bunda mengangguk. “Boleh, Sayang. Abis ini Adek ke kamar aja ya, bersih-bersih lalu istirahat sebentar terus siap-siap ke masjid sama Ayah, ya, Dek.”
Kaffandra mengangguk seraya tersenyum kecil. Ia tahu bahwa di balik semua dukungan Bunda dan Ayah, ada kekhawatiran tentang kesehatannya, terutama karena asmanya. Namun, dengan dukungan mereka, Kaffandra yakin bisa menghadapi semua tantangan yang ada, termasuk seleksi olimpiade yang semakin mendekat.
💫
Paginya, Kaffandra terbangun dengan perasaan tak nyaman. Napasnya terasa berat dan dadanya terasa sesak. Ia mencoba menarik napas dalam-dalam, tetapi rasa pengap yang khas dari asma membuatnya kesulitan. Di luar, hujan deras mengguyur atap rumah, menciptakan suasana dingin yang menusuk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beribu Afeksi
Genç KurguKafffandra Rakana Aksradana; Anak tunggal kaya kasih sayang.