Ting tong!
Saat kepalanya di penuhi dengan ide-ide, terdengar suara bel yg menandakan makanan sudah siap untuk di sajikan. Yerim melepas sarung tangan karetnya dan pergi ke arah dapur.
"Meja nomor tujuh."
Kepala koki menghadap yerim dan tersenyum kepadanya. Ia lalu menyerahkan piring yg siap di hidangkan kepada gadis itu.
"Baik."
Yerim menjawabnya dengan penuh semangat. Ia kemudian meletakkan tiga buah piring berukuran besar dengan berurutan di lengan kirinya. Tangan kanan nya mengangkat satu piring yg tersisa lalu pergi untuk menghidangkan makanan.
"Permisi. Apakah anda memesan steik?"
"Ah ya."Yerim mencocokkan makanan dengan orang yg memesan nya. Setelah selesai, ia memberi salam dengan sopan dan kembali kebelakang. Ia mencuci piring kotor yg tersisa.
Restoran yg juga merangkap bar ini terletak di dalam gedung hotel berbintang lima dan terkenal dengan makanannya yg mahal. Jika di jumlahkan, uang yg harus dikeluarkan untuk membayar makanan satu meja saja melebihi gajinya selama satu bulan. Ia tidak pernah merasa iri dengan orang-orang yg datang ke tempat ini. Namun kadang ia merasa penasaran bagaimana orang-orang seperti mereka mendapatkan uang. Meskipun hidup dengan di kejar hutang, yerim selalu percaya kepada dirinya sendiri dan berusaha hidup dengan jujur.
Kemiskinan hanya sedikit membuatnya tidak nyaman, ia tidak merasa malu dengan dirinya atau dengan orang lain karena keadaan nya yg seperti ini. Yerim mengambil tisu dan membersihkan ingus nya yg mengalir. Ia kemudian membersihkan piring dengan semangat hingga bersih dan mengilat. Begitu waktu melewati pukul sebelas malam, orang-orang yg mabuk di dalam bar mulai bertambah.
"Hoamhm".
Yerim menguap tanpa sepengetahuan manajernya. Kepalanya terasa semakin berat dan matanya makin redup. Ia ingin segera pulang supaya dapat merebahkan tubuhnya yg kesakitan. Pada saat itulah....
"Sial. Panggil pemilik nya kesini !"
Teriakan yg tiba-tiba terdengar dari suatu tempat membuat yerim tersadar dari rasa kantuknya. Pria setengah mabuk yg tadi dilayani olehnya berteriak-teriak dengan keras. Mereka yg keluar masuk hotel berkelas ini adalah orang-orang terkenal dan berstatus sosial yg tinggi. Karena orang-orang itu memiliki status sosial yg tinggi, bahkan suasana di bar pun di buat tenang dan nyaman. Namun gara-gara hari ini kedatangan tamu aneh, ketenangan dalam bar seketika menghilang. Yerim terperanjat, ia lalu bergegas berjalan keluar menuju sumber keributan.
Pria yg berteriak itu terlihat masih muda dan kemungkinan besar belum bekerja. Entah karena ia telah meminta uang dari ibunya atau apa itu, laki-laki itu mampu memiliki cincin permata berukuran besar, serta kalung emas yg tebal. Sebenarnya yerim tadi telah mengantarkan nya kemeja kasir. Ia lalu bertanya kepada pria itu dengan sopan, khawatir ada kesalahan saat pembayaran tadi.
"Maaf apakah terjadi masalah?"
"Apa-apaan ini! Kenapa besar sekali jumlahnya,hah? Kalian sengaja memberi harga lebih mahal ya? Panggil manajernya kemari!"
" Maaf tapi tagihan nya memang sudah benar."
Yerim menjawab dengan percaya diri karena ia yakin telah menghitungnya dengan benar. Ia bahkan menghitung dua kali. Seandainya saja dia tau situasi malam ini akan menjadi kacau, ia pasti sudah menolak bekerja rangkap. Yerim menghela nafas.
"Siapa kau? Apa kau menajer disini?"
" Bukan. Saya hanya pelayan disini."
" Siapa yg berani mengabaikan ku? Aku suruh panggil manajer, bukan nya pelayan sepertimu!"

KAMU SEDANG MEMBACA
I'll Be Your Wife
RandomSuatu hari ia mengalami kejadian yg sangat konyol. Tubuh nya tertukar dengan tubuh seorang nyonya keluarga konglomerat. "Tubuh kita tertukar. Kita harus menerima kenyataan ini. Satu hal lagi, aku sudah menikah. Itu berarti kau akan mempunyai suami...