Prolog

23 2 0
                                    

Happy Reading



Kringg!

    Bunyi lonceng terdengar tatkala seorang pria membuka pintu sebuah kedai cafe. Ia berjalan menuju meja di pojok cafe tersebut. Tak lama seorang pelayan menghampirinya dengan membawa sebuah buku menu pada tangannya.

    "Pesan cappucino nya satu ya, mas! " Ujar pria tersebut setelah melihat-lihat beberapa menu yang ada.

    Hampir lima belas menit ia menunggu, dan pelayan tersebut membawa cappucino panas padanya. Pria tersebut menyeruputnya dengan perlahan sambil menikmati pemandangan di luar cafe tersebut.

Drrtt !

    Ponselnya berbunyi yang menandakan ada panggilan masuk. Ia merogoh saku celananya untuk meraih sebuah benda pipih tersebut. Mamah? Ngapain telpon? Batin pria itu.

    "Nak, pulang sekarang! " Ujar seseorang yang ia panggil mamah dari ujung telepon.

    "Ada apa, mah? " Ujar pria tersebut dengan nada khawatir.

    "Kakak kamu, masuk rumah sakit! " Ujar mamah dengan tangis yang sudah pecah karena tak kuasa ia menahannya.

    "A-apa? I-iya mah aku kesana sekarang juga! " Ujar pria tersebut seraya bergegas untuk menuju ke rumah sakit.

••••

Tinnn !

    Jalanan ibukota siang ini sangat tersendat. Seakan tak memberi jalan pada pria tersebut untuk menuju ke rumah sakit.

    "Arghh... Kenapa harus macet banget sih? " Ujar pria tersebut seraya mengacak-acak rambutnya yang tersisir rapi.

    "Come on.... " Pria tersebut sudah mulai pasrah dengan jalanan ibukota siang ini.

    Perlahan, kendaraan mulai bergerak. Meskipun tak banyak gerakan yang dialami kendaraan tersebut. Perlahan tapi pasti. Mobil pria tersebut akhirnya dapat keluar dari jalanan ibukota yang tersendat. Ia langsung melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi untuk menuju ke rumah sakit. Yang ada di fikiran nya hanya ada satu. Kakaknya. Apakah ia baik-baik saja? Entahlah.

    Usai memarkirkan mobilnya, pria tersebut langsung berlari menuju ruangan dimana kakanya dirawat. Hanya tinggal beberapa langkah lagi ia sampai, tetapi ia melihat ibunya menangis terisak di dalam pelukan ayahnya.

    "M-mah, gimana kondisi kakak sekarang? " Tanyanya pada seorang yang ia panggil mamah itu.

    "Kakakmu sudah tidak tertolong" Mamah menanggapi dengan isakan yang belum reda.

    "A-apa? Gak mungkin kan mah? Kakak kan kuat! " Ujar pria tersebut tak terima.

    "Dia udah gak ada, kamu harus terima! " Ujar papahnya yang masih sangat terpukul atas kepergian anak pertamanya itu.

    Lalu pria tersebut terduduk lemas di lantai rumah sakit. Ia merasa sangat bersalah. Kenapa? Karena ia terlambat untuk menemui kakaknya itu.

    "Gua adik yang bodoh banget ya kak? " Batin pria tersebut sembari mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

••••

Senin, Universitas Brawijaya

    Mahesa Ibrahim. Ia biasa dipanggil Mahesa. Anak fakultas sejarah Indonesia, ia juga termasuk orang yang paling ditakuti oleh mahasiswa semester empat kebawah. Ia tidak ikut geng apapun tetapi, ia mempunyai tiga orang sahabat yang ia anggap sudah seperti keluarganya sendiri.

    Mahesa masuk ke dalam area parkir Universitas Brawijaya dengan menggunakan sepeda motor kesayangannya. Ia kemudian parkir tepat disebelah motor milik Haruko.

    Ouh iya, kalian penasaran bukan dengan tiga orang sahabat Mahesa tersebut? Oke kita akan bahas itu terlebih dahulu. Haruko Altezza biasa dipanggil Haruko. Merupakan anak blasteran Jepang dan juga Indonesia. Ia adalah anak yang sangat pinter diantara mereka. Yang kedua ada Alvano Satria yang biasa mereka panggil Vano. Pemikirannya yang random dan juga pendek, menjadikan ia sebagai pelengkap diantara mereka. Yang terakhir adalah Alvaro Satria biasa dipanggil Varo. Ya, varo adalah kembaran dari Vano. Sikapnya yang berbanding terbalik, menjadikan Varo pribadi yang sangat dingin ke semua orang. Mereka semua menempuh pendidikan di Fakultas Sejarah Indonesia semester lima.
   
    Mahesa berjalan menuju gedung fakultasnya. Ia tidak ingin terlambat. Namun siapa sangka, seorang perempuan menabrak dadanya dari arah berlawanan.

    "M-maaf kak! Aku gak sengaja! " Ucap perempuan itu seraya menundukan kepalanya.

    "Oke kali ini gua maafin. Tapi kalo sampe lo berurusan sama gua lagi, gua gak akan ngelepasin lo;" Mahesa berbicara dengan ekspresi wajah yang datar.

    "B-baik kak! " Perempuan itu hendak pergi. Tapi Mahesa menahannya dengan memegang lengan perempuan itu.

    Sontak perempuan itupun kaget. Dan beralih pandang dengan Mahesa. Namun, Mahesa tidak memandangnya. Ia hanya menatap lurus kedepan.

    "Siapa nama lo? " Tanya Mahesa pada perempuan yang berada di belakangnya.

    "D-Dinda Zazkila, kak! " Lalu Mahesa melepaskan pegangannya pada perempuan itu.

    Tak menunggu aba-aba, perempuan yang bernama Dinda itupun segera lari dari tempatnya berdiri.

    Dinda, welcome to dunia Mahesa! Batin Mahesa seraya berjalan menuju gedung fakultasnya.





Tinggalkan jejak ya, guys! Vote kalian sangat berarti.....

My PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang