ONE

21 1 0
                                    

Halloww aku kembali dengan membawa ceritaku wkwk..

Nggak tahu kenapa dari kemain malas banget buat nge up. Mumpung hari ini ada niat jadi, ku lanjut.

Langsung aja keyyyy...

____________
____________-

Jeffran melangkahkan kaki nya memasuki sekolahnya, bisikian demi bisikan mulai memasuki gendang telinganya. Oh, ayolah! Siapa yang tidak mengenal pemuda manis satu ini. Pemuda dengan tampang yang selalu datar, namun tampan itu membuat siapapun akan terpana.

Na Jeffrann benar-benar sempurna!

Beruntung sekali hidupnya!

Aku iri, dan aku mengakuinya.

Dia memang sesempurna itu.

Definisi sempurna yang sesungguhnya itu Na Jeffran.

Aku iri dengan hidupnya

"Cih!" Jeffran berdecih dalam hatinya.

"Kufur nikmat," Gumamnya lirih. Jeffran melanjutkan langkahnya tanpa menghiraukan bisikan, dan sapaan yang tidak berguna. Tujuannya hanya satu, Rooptof. Terdengar klise memang, tapi tempat itu memang tempat ternyaman dari seluruh sudut sekolah.

Aku iri dengan hidupnya.

Kalimat itu terus terngiang ditelinganya. Jeffran membang nafas kasar, membuang putung rokok yang sudah tinggal setengah batang.

"Aku saja muak dengan hiduku, bagaimana bisa kalian iri? Bodoh!" Jeffran menyandarkan kepalanya pada kursi, matanya memejam menikmati semilir angin yang menerpa wajahnya.

"Hei tuan Na! Kita mencarimu sedari tadi, dan kau malah enak tidur disini?" Jeffran membuka matanya mendengar suara yang amat dikenalinya.

"Aku tidak tidur, Hessa," Sahut Jeffran, menggeser duduknya memberikan tempat untuk kedua sahabatnya.

"Kau tampak lelah, Na?"

Jeffran menoleh ke arah Reyhan, pemuda bertubuh mungil yang menjabat sebagai sahabatnya setelah Hessa. Jeffran mengangguk. "Aku lelah setiap hari," Sahutnya pelan, Hessa mengelus pelan bahu lebar Jeffran. "Dimana Jeno? Kau tidak bersamanya?" Reyhan menoleh ke sekitarnya.

"Hm, dia tidak diizinkan keluar rumah," Jeffran menyerahkan karet gelang pada Hessa, yang diterima baik oleh pemuda itu.

Reyhan menaikkan satu alisnya. "Kenapa?" Matanya fokuss pada rambut panjang Jeffran yang sedang di kuncir oleh Hessa.

"Sakit,"

"Tidak berniat potong rambut? Sudah sangat panjang Na," Ujar Hessa yang selesai menguncir rambut Jeffran.

Jeffran menggeleng pelan. "Biarkan saja, ini nyaman!"

Hessa mengerutkan dahi. "Itu gerah! Dan kau akan terus di teriaki perempuan--perempuan itu. Pulang sekolah ke Babershop. Dan aku tidak menerima bantahan!" Kata Hessa tegas. Reyhan bahkan ikut mengangguk.

fullkominn|| Jaemin StoryTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang