Awalnya Kara pikir akan canggung sekali mempunyai teman sebangku lawan jenis. Dari topik pembicaraan, pemikiran, kebiasaan pasti akan sangat berbeda dengan teman perempuan yang Kara takutkan ia tak akan terbiasa.
Tetapi, Kara sangat bersyukur hal itu tidak terjadi. Karena Rajenda Sadawira mempunyai sifat yang sangat friendly.
Rajen bersikap seperti Kara adalah teman lamanya yang sudah lama akrab. Cowok itu selalu mengajak Kara berbicara atau iseng mengoceh tentang hal-hal yang tidak penting. Karena seperti itu, Kara pun mulai terbiasa, nyaman mungkin, dan sudah tidak canggung lagi bersama Rajen.
Oh iya, hal tersebut berlaku juga pada Egra. Kedua cowok tersebut seperti memiliki kepribadian yang hampir mirip. Ya walaupun begitu, Rajen tetap menjadi yang lebih sepesial.
Entah apa motif Rajen atau memang sudah menjadi kebiasaanya, Kara yang polos ini sering dibuat heart attack oleh kelakuan kecilnya.
Seperti pagi itu. Dimana Kara melupakan sarapan yang merupakan hal wajib agar maagnya tidak kambuh. Kara tinggalkan menu sarapan yang telah disiapkan karena panik dirinya hampir terlambat ke sekolah.
Hal tersebut berakhir dengan rintihan kesakitan Kara di kelas pada jam ketiga matematika. Ia sudah berusaha menahan sakitnya demi menyelesaikan latihan soal yang diberikan oleh guru mereka. Tentu Rajen adalah orang pertama yang sadar akan kondisi Kara.
"Are you okay?"
"Cuma sakit perut karena gak sarapan," balas Kara yang berlawanan dengan kondisinya di mana keringat sudah bercucuran di mukanya yang pucat.
"Itu bukan cuma, Kara. Ayo gue anter ke UKS."
Sempat melirik hasil kerja latihan soal Rajen yang belum selesai dan juga mempertimbangkan miliknya sendiri yang bahkan masih berhenti di nomor 2, Kara menolak. "Im okay. Lanjut kerjain latsolnya aja. Waktunya tinggal lima belas menit."
"Padahal muka lo udah pucat banget," ucap Rajen yang tidak digubris oleh Kara.
Sambil melanjutkan pekerjaannya, Rajen sesekali melirik ke arah Kara. Jelas Kara berbohong kalau dia baik-baik saja. Karena gak lama kemudian cewek itu membungkuk mencoba meredakan sakit.
"Jangan bilang ke Bu Santi!" cicit Kara sambil menahan tangan Rajen yang tadinya mau berdiri.
"Lo sakit Kara."
"Soal gue belum kelar semua."
"Masih mentingin itu?"
Sebenarnya sakit. Tapi Kara gak mau ngerepotin Rajen. Kara gak mau ke UKS. Dan Kara paling gak rela latihan soal yang akan menjadi nilai tambahan ini terlewatkan.
Terdengar sangat ambis. Kara memang memiliki ambisi yang sangat tinggi.
"Iya. Gue mau selesain soal dulu. Toh bentar lagi juga jam istirahat."
Rajen tak habis pikir dengan cewek itu. Ia memerhatikan suasana kelas yang masih tenang mengerjakan soal dan Bu Santi pun sibuk dengan laptopnya. Mempertimbangkan jarak pandang Bu Santi sudah berkurang dimakan umur, Rajen mengeluarkan sesuatu dalam tasnya.
"Gra," panggil Rajen pada Egra yang hampir tertidur karena soal di depannya. "Tukeran tempat sama Kara."
"Gue cuma punya roti sama air mineral. Lo makan dulu ini di bangku Egra untuk ganjal perut," ucap Rajen yang menjawab kebingungan Kara karena tiba-tiba menyuruh Egra bertukar tempat dengannya. Tak ada lagi bantahan. Esan pun menurut.
Sebenarnya rasa roti itu biasa seperti pada umumnya roti tawar yang diolesi dengan selai coklat kacang. Akan tetapi, bagi Kara ini bukan hal biasa. Roti yang diberikan oleh Rajen atas perhatian cowok itu karena dirinya sedang sakit dan effortnya untuk melindungi Kara dari jarak pandang guru mereka yang bisa saja mengamuk jika tau ada siswa yang sedang makan di kelas. Efeknya luar biasa.
Mulai hari ini roti selai kacang akan menjadi menu sarapan favorit Kara.
"Ini gue bantuin sekalian nomor empat sama lima." Rajen menyerahkan hasil pekerjaannya pada Kara untuk segera disalin. "Masih bisa nulis kan?"
"Buset Rajen. Dia sakit perut bukan lumpuh!" cela Egra dengan menekan suaranya.
"Iya bisa. Makasih ya."
Hingga waktu pun sampai pada jam istirahat. Semua siswa bersiap menuju ke kantin untuk menuntaskan lapar. Begitupun dengan Kara. Walaupun maag membuatnya tidak bisa makan hingga perutnya kekenyangan, tapi hanya dengan makan roti tadi rasanya masih kurang. Lagian Kara juga masih lemas. Ia butuh makanan berat untuk mengembalikan energinya.
Tadinya Kara akan mengabari Tania dan Jian untuk makan di kantin bersama. Namun Rajen duluan mencegatnya.
"Lo bawa obat gak?"
"Iya bawa kok." Kara menunjukkan kotak obat yang tidak pernah absen dalam tasnya.
"Udah di minum?"
"Ini mau cari makan dulu di kantin, habis itu minum obat."
"Gak usah. Lo diem di sini aja. Biar gue sama Egra yang beliin makanan," ucap Rajen yang sepertinya tidak bisa dibantah. "Atau mau ke UKS aja? Serius ini kondisi lo gak keliahatan baik-baik aja."
"Bener kata Rajen. Lo udah kayak mayat hidup tau Ra. Gak tega gue lihatnya." Egra menambahkan.
Egra tidak salah. Kulit Kara memang sudah putih pucat, ditambah jika sakit pucatnya seperti mayat hidup. Tipe kulit anak rumahan yang kayak gak pernah keluar kena sinar matahari.
"Gue juga serius gak mau ke UKS," balas Kara. Sesakit apapun itu, Kara menolak ke UKS. "Tapi gue gak mau ngerepotin kalian."
"Enggak ngerepotin. Haduh santai aja kali. Kita kan teman."
Oke, dengan pernyataan yang dibilang Rajen ini kedepannya Kara akan percaya diri ngomongin ke orang-orang bahwa dia dan Rajen sudah menjadi teman. Plus Egra juga yang setuju sama Rajen.
Karena sudah begitu, Kara akhirnya pasrah menunggu makanan di kelas. Perutnya masih sakit dan mual masih terasa. Kara beruntung karena pada hari-hari biasa maagnya kambuh bisa lebih parah dari ini. Karena pernah sewaktu ia SMP saat maagnya kambuh, Kara berakhir pingsan di kelas dan dilarikan ke rumah sakit. Kejadiannya persis kayak hari ini. Perkara lupa sarapan dan sok-sokan menahan sakit kelaparan di kelas.
Ini semua berkat Rajen yang sadar akan kondisi Kara sehingga ia bisa lolos dari kemungkinan terburuk atas maagnya. Disebut apa Rajen? Perhatian pada Kara?
Sisi tidak waras Kara mulai berteori tentang kemungkinan-kemungkinan hubungannya dengan Rajen.
Tapi setelah itu ia tersadar.
Perhatian sebagai teman!
Ya awalnya sih mikirnya begitu. Tapi sebentar...
Siapa yang akan sangka Rajen kembali ke kelas tidak ditemani oleh Egra. Cowok itu tersenyum memamerkan dua kotak makanan dan dua air mineral di tangannya. Sedangkan Kara agak tercengang. Otaknya dipenuhi oleh adegan novel romantis menerka-nerka apakah Rajen akan makan siang di sini bersamanya?
"Gue tau makan sendirian itu gak enak."
Oke, benar Rajen akan menemani Kara makan siang. Kara tentu senang bukan main. Hebatnya Kara bisa menyembunyikan ekspresi senangnya. Padahal ia sangat payah dalam hal ini.
"Karena kalau lagi makan biasanya seru ngobrol bareng temen."
Otak Kara masih mencoba memproses apa yang terjadi.
"Apalagi temennya itu gue"
Rajen tidak sadar semua perlakuannya, dari hal kecil pun sangat berbahaya untuk Kara. Karena setelah hari ini berlalu, cowok itu makin menjerumuskan Kara ke dalam lubang imajinasinya.
---
Thanks!
KAMU SEDANG MEMBACA
Pemeran Utama
Teen FictionApa sih hal yang harus dijauhi para remaja? Tentu saja cerita fiksi dan film bertemakan kisah romantis di sekolah. Kara adalah gadis remaja yang ketagihan dua hal tersebut. Efeknya dia berambisi menjadi seperti pemeran utama tokoh fiksi, si cantik...