Miguel meregangkan badannya sebelum akhirnya ia meraih handuk kecil yang ia bawa dari kost nya itu. Tanpa merapikan kantong tidur yang ia pakai semalaman, Miguel bergegas menuju kamar mandi yang berada di bagian belakang rumah bercat biru itu.
"Buset, jam 5 pagi masih gelap aja," gumam Miguel setelah membuka pintu bambu yang memisahkan dapur dan mushola rumah sederhana itu.
Miguel bergeming, apakah ia harus mandi sekarang atau menunggu matahari terbit sepenuhnya, karena jika dilihat-lihat ... seram juga, terlebih pintu dapur yang langsung mengarah ke halaman belakang hanya berubah sekat bambu yang renggang, bagaikan jeruji penjara alias Miguel bisa melihat kondisi luar rumah.
"Nanti aja deh," gumam Miguel lagi, menutup pintu dapur dan kembali ke ruang tamu sekaligus ruang tengah tempat semuanya berkumpul untuk tidur.
Miguel hanya duduk di atas kantong tidurnya, sesekali menggaruk pipinya yang bentol akibat gigitan nyamuk, menatap satu per satu teman-temannya yang masih tidur, kecuali Ichan dan Dika yang kini tertidur sambil duduk dan sudah mengenakan sarung, sepertinya mereka baru saja sholat subuh berjama'ah.
Melihat itu membuat Miguel menggaruk kepalanya, berpikir untuk membangunkan Dika untuk menemaninya di dapur, karena sesungguhnya ia harus kumpul jam 7 pagi, tetapi karena lokasi jembatan yang cukup jauh, membuat Miguel dan Rosie berjanji untuk berangkat bersama mulai pukul 6, hitung-hitung sembari berjalan-jalan dan ekhem pendekatan.
"Dik, bangun," bisik Miguel sembari menggoyang badan Dika.
"Duh, apa sih Miguel?" tanya Dika segera, merasa tertanggu karena dibangunkan Miguel.
"Temani gue ke kamar mandi, dong," ucap Miguel dengan pelan.
"Dih, pergi sendiri sana!" tolak Dika.
"Gelap cuy, lo tadi basuh sebelum sholat gak gelap apa?" tanya Miguel.
"Wudhu! Namanya wudhu, basuh, basuh, ya udah ayo gue tungguin," jawab Dika setengah membuka matanya dan melepas ikatan sarungnya, memakainya hingga bahu, menyelimuti badannya dengan sarung kemudian meraih ponsel.
"Oke, thank you, gue traktir Starbucks seminggu waktu balik nanti," ucap Miguel sumringah.
"Iya, iya, santai aja deh," jawab Dika setengah malas, setengah senang juga.
Siapa yang gak senang sih kalau ditraktir?
Miguel pun segera bergegas meraih handuknya lagi dan berjalan dengan semangat menuju kamar mandi, ah, tampaknya jalan untuk PDKT dengan Roseanne akan berjalan dengan lancar dan sangat mulus.
Semoga saja.
♒♒♒
Pukul 6 pagi.
Miguel sudah duduk manis di depan rumah tinggal mahasiswa bercat biru yang berhadapan dengan rumah tinggal mahasiswi bercat pink.
Dengan celana pendek chino dan kaos hitam polos dan jaket hitam tebal, Miguel tersenyum sumringah saat melihat pintu di rumah seberang terbuka. Seperti ia duga, gadis berambut pirang panjang muncul dari dalam rumah mengenakan celana sport panjang dan kaos hijau lengan panjang, rambut terkuncir rapi dan tertutup oleh topi putih yang senada dengan celana sport yang ia pakai.
Miguel pun segera berdiri dan menghampiri Roseanne.
"Gak salah pilih celana?" tanya Miguel menahan senyum.
"Ih, iya, aku salah bawa celana ... nanti kita gak langsung basah-basahan kan?" tanya Roseanne.
Taring Miguel tampak karena lebarnya senyum pemuda itu, "gak tahu juga sih, tapi kalau basah-basahan ...."
KAMU SEDANG MEMBACA
Little Cupcakes
FanfictionMenyajikan oneshot manis terbuat dari bahan berkualitas ❤