"Mi, bang Dika sama Nanda belum pulang?". Ujarku sembari menggantungkan sapu di capslock. Ummi menggeleng, membolak balik gorengan di wajan dengan serius
Aku menghela napas pelan, dan memilih untuk duduk di meja makan menemani ummi tercinta menyelesaikan kegiatan masaknya. "Kamu tuh mas udah gede... Jangan buat ummi sama Abi jadi cepet tua. Ngerti dikit lah sama pekerjaan rumah, gawean begadang, nongkrong, masi ngerokok ngga kamu?"
Raut wajahku pias, sudah kutebak ummi pasti akan menanyakan hal ini. "Berkurang mi" "tapi masih?". Aku mengangguk kecil walaupun ummi tidak bisa melihatnya. Persetan dengan rokok, sangat jelas bahwa dia mengandung Zat adiktif yang membuat candu.
Diam beberapa saat, menciptakan keheningan yang lenggang di dapur. Aku memilih untuk beranjak, pergi ke ruang tamu untuk menonton serial favoritku, si botak kembar episode terbaru. Aku melihat iklannya tadi malam
Asik dalam tontonan, membuatku tak sadar bahwa bang Dika dan Nanda sudah pulang dari acara jalan jalannya. Mereka masuk kedalam rumah dengan tertawa riang, sakit hati, aku merasa terkucilkan
"Udah semua Den, kerjaan rumah?" Ujar bang Dika meraih remote yang tergeletak di atas meja. Seenak jidat mengganti channel yang membuatku bersungut sungut
"Sampun.... Ndoro". Kesal, aku kembali menyibukkan diri dengan bermain ponsel. Membalas chat dari beberapa kontak yang sudah lama terabaikan
"Ngambek ceunah". Nanda ikut bergabung sambil membawa segelas air putih dingin yang baru saja diambilnya dari dapur
"Tadi pas dijalan mas, Nanda ketemu mba Ajeng. Euyyyy geulis pisan. Buruan atuh dipacarin, sebelum direbut sama mas Naufal". Aku melirik sinis ke arah Nanda, yang hanya di balas cengiran menyebalkan, "Lu orang Jawa. Ngga usah sok Sunda!"
Nanda merengut, "suka suka!"
..............................
Selepas sarapan, aku berpamitan hendak menuju rumah Hessa, yang langsung disetujui oleh Ummi. Segera aku mandi, bersiap siap, setidaknya walaupun tidak tampan tapi wangi. Eh, tapi aku memang tampan
"Pamit mi, assalamu'alaikum"
"Wa'alaikumsalam, jangan lupa pulang!" Seru ummi dari dalam, diikuti tawa cekikikan dari Nanda dan bang Dika
"Bi, mas main ke rumah Hessa dulu". Abi yang tengah membersihkan kandang burung kesayangannya mengangguk tanpa sedikit pun menoleh ke arahku. Aku tersenyum sekilas, kemudian meraih helm yang bertengger pada spion motor
"Hati-hati, jangan ngebut mas! Amal kamu belum cukup buat mati sekarang". Aku mengangguk mantap, wejangan Abi selalu mengenai kematian. Gapapa, sudah biasa
Aku memacu motorku dengan kecepatan sedang, berbaur dengan pengendara yang lain, membelah keramaian kota yang sangat padat
Tepat pukul 09.00 aku telah sampai didepan rumah Hessa. Terdapat banyak motor yang terparkir disana, sepertinya anak-anak sudah menunggu di dalam
Tanpa permisi, aku menerobos masuk, memarkir motorku di samping motor ninja hitam milik Jovan. Kemudian melangkah masuk
Rusuh, ricuh, tak karuan, itu adalah kondisi rumah Hessa saat ini. Mereka asik tertawa, sebagian asik bermain PS
"Assalamu'alaikum!". Serempak mereka menoleh ke arahku, menjawab salam ku dengan kompak kemudian kembali mengobrol
Dimana Hessa? Aku tidak menemukannya sejak pertama kali masuk, bahkan saat ini aku sudah bergabung dengan yang lain, dan sudah menghabiskan 2 potong pizza
"Nop, Hessa mana?" Naufal yang sedang bermain PS dengan seriusnya hanya menggeleng, sesekali berteriak gemas karena karakter yang ia mainkan hampir saja mati
"Hessa di dapur lagi masak sama Jaya", celetuk Arlan. Membuatku mengangguk kemudian beranjak untuk menuju dapur
Kudapati 2 lelaki tadi tengah memasak, Jaya tampak memotong sayuran, dan Hessa memegang alih gorengan. "Co, asik bener berdua di dapur. Kaya suami istri"
Jaya melirik sinis, "bacot!". Aww, Atut
"Kenapa lu nyariin gue?" Sudah selesai dengan kegiatan menggorengnya, Hessa menghampiriku yang masih berdiri didepan pintu
"Kangennn...." Sok dramatis, Hessa memicing. "Geli tau ga?" "Gelo sia mah"
Sudah, aku hanya mencari Hessa yang tidak kelihatan sedari tadi, tidak memiliki tujuan khusus. Jadi aku memilih untuk kembali ke ruang tengah, mengingat tadi aku mengambil pizza yang ketiga dan belum kuhabiskan
"Jov ga usah mepet mepet aing lah anying! Risih"
"Den, Ajeng nya buat gue ya?". Jovan menyeringai, sedang aku menatapnya ganas, enaknya di masak apa ya dagingnya?
"Enak aja, minimal kalo ngerasa cakep jangan ambil punya orang lah". Anjay, keren banget gue. Jovan tertawa kecil, "lagian cantik banget, sayang kalo ga dipacarin"
"JUN, AJUN! NIH JOVAN MAU MAININ ADE LO!". Aku berteriak cukup kencang, membuat seisi ruangan terdiam. Puas, aku tertawa menang
"Engga Jun, sumpah. Ini si Raden tukang boong, tuh lu ga liat hidungnya dia udah mulai masuk gara-gara sering boong?" Jovan memohon saat hendak di interogasi oleh Ajun
"Masuk? Makin mancung ege!" Koreksi Ajun mendengar ucapan Jovan. "Beda kalo Raden mah..."
Jovan terkenal dengan perempuannya yang ada di mana-mana. Apalagi di sekolah, ada sepertinya tiap kelas yang pernah menjalin kasih dengannya. Tampan si, memang. Tapi lebih tampan yang namanya Raden. Baru 1 Minggu yang lalu, Jovan putus dengan pacarnya, mereka terlibat perkelahian besar, yang membuat si cewek memutuskan hubungan mereka saat itu juga. Dan Jovan mengiyakan ajakannya. Resmi sudah Jovan menjomblo sejak 1 Minggu yang lalu. Tapi lihat saja, seberapa lama ia bisa bertahan tanpa seorang pacar
Jangan pandang Jovan seburuk itu, dia sebenarnya baik, dulu saat ia kecil, ia sering pergi mengaji di TPQ, tapi sampai sebesar ini dia belum lancar membaca Al-Qur'an. Karena dulu sebelum sampai di masjid, dia terlebih dulu bermain bola bersama anak-anak kampung, dan berakhir tidak mengikuti kelas. Bahkan orang tuanya pun tidak mengetahui akan hal itu. Baik bukan?
Suasana lenggang, Hessa dan Jaya sudah bergabung di ruang tamu. Acara memasaknya telah selesai. Dan mereka saat ini asik bermain ponsel masing masing
"Gue pengen punya pacar gitu rasanya". Celetukku yang di balas oleh anggukan dari mereka. Tanpa menoleh sedikit pun ke arahku
"Cape euy, jomblo terus. Pengen ada yang nyemangatin tiap hari. Jadi bangun tidur tuh, gue semangat karena mau ketemu pujaan hati"
"Minta noh tutornya ke Hessa". Saran Jovan
"Iye anjir, Hessa pacarnya 3 akur semua-"
"4 sekarang". Sela Hessa sembari meletakkan ponselnya. Aku berdecak kagum, 4 perempuan sekaligus dia pacari? Lihat kan, Jovan masih anak baik
"Bagi satu Sa, buat gue" "ambil noh mau yang mana". Gaya nya anak satu ini
"Nggak bakal bisa nying, cewe Hessa bucin semua heran. Padahal mereka tau pacar Hessa ga cuma satu". Jaya menyahut dengan atensinya yang masih kepada ponsel miliknya
"Tutor suhu". Ajun ikut menimpali, dan di balas tawa renyah oleh Hessa
"Kuncinya adil"
Anjay, lu kira poligami
"Adipati Rayyan Mahessa, panggil aja Hessa. Ganteng, tinggi, boyfriend able, dan baik. Minat jadi pacar ke 5 gue? Hubungi, 0812467-"
"SIAPA YANG NYURUH LO INTRO DI CERITA GUE!?"