"Woy! Ada Pak Anjay ada Pak Anjay!!"
Salah satu mahasiswa disana berseru heboh mengumumkan kedatangan Pak Sanjaya yang sekarang sudah menginjak lantai kantin. Membuat suasana menjadi horor seketika.
Pria berumur empat puluh lima tahun itu memesan sebuah makanan. Sementara para mahasiswa yang ada disana diam tak berkutik. Lebih memilih menyumpal mulut mereka dengan batagor Mang Aji yang dipenuhi saus sambal.
"Haduh, Mahesa, Mahesa, pakai baju yang rapi dikit dong!" seru Pak Sanjaya menghampiri salah satu mahasiswa nya yang sedang asik bercengkrama disana.
"Yah, Pak, ini tuh gaya."
Pak Sanjaya geleng-geleng, "Di telinga mu apaan lagi itu hah? Gaya-gayaan banget. Kamu ini mahasiswa, Mahesa."
"Iya, siap, Pak!" balas cowok bernama Mahesa itu sedikit terkekeh, "Tapi keren kan, Pak?"
Haura yang melihat itu dari jauh merotasikan kedua bola matanya. Apaan deh itu cowok. Kemudian kembali menyuap nasi kuning ke dalam mulut. Lalu melirik ke arah Mahesa yang masih asik menggoda Pak Sanjaya.
"Wah.. ganteng banget, guys, Kak Hesa pakai jaket denim!" bisik Fabia dengan mata berbinar-binar.
"Buka aja nggak sih... cuacanya panas gini, hehe."
"Eh, gue kemarin lihat Kak Hesa habis dari club nya Kak Gandhi. Dia pakai kemeja biru ganteng banget!"
"Ah, biasanya juga dia pakai kemeja kali, Ris."
"Ih, gue belum selesai ngomong! Dia emang pakai kemeja biru buat luaran, tapi dalamnya... god, dia nggak pakai apa-apa!"
"Wahhh, gila lo, Risa! Beruntung banget!"
Lagi-lagi Haura memutar bola mata jengah melihat kelakuan teman-teman sekelasnya. Iya, Haura tahu kok. Mahesa Dwitama itu memang populer di kampusnya. Wajahnya tampan dengan rahang tegas dan hidung mancung. Juga tinggi dan proporsi badan yang bagus.
Tak seperti mahasiswi lainnya yang memuja Mahesa Dwitama, Haura malah merasa aneh saat melihat cowok dengan rambut abu-abu itu. Apalagi sejak banyak rumor beredar yang ternyata benar adanya.
Mahesa itu... sering ke club dan membawa gadis yang berbeda setiap harinya. Katanya, cowok itu begitu menyukai konsep one night stand. Karena menurutnya, hal itu sangatlah spesial. Entah dari mana spesialnya. Mungkin hanya Mahesa yang bisa melihatnya.
Mahesa juga sering menggunakan wajahnya untuk menggoda gadis-gadis di Casabraga. Sampai mereka pun berlomba-lomba ingin menjadi pasangan tidur Mahesa walau hanya semalam.
"Nanti malam kita ke club yang sering di datangin Kak Hesa, yuk?"
"Ayo! Minimal kita bisa minum bareng lah ya,"
"Biar bisa pamer di story ya?"
Semuanya tertawa. Hanya Haura yang melirik jengkel ke arah mereka.
"Eh, Ra, ikut nggak?" tanya Kezia menoleh pada gadis disebelahnya.
"Lo lupa, Zi? Haura kan nggak seneng ke tempat kayak begitu." balas Jessie membuat Haura mendengus sebal ke arahnya.
"Emang kenapa sih, Ra? Sekali-sekali join dong! Lumayan tahu, kalau lagi hoki bisa ketemu Kak Hesa."
"Kalian.. beneran sesuka itu ya sama Kak Hesa?"
"Kan ganteng, Ra." balas Risa cengengesan.
"Iya sih," Haura mengaduk-aduk minumannya, "Gue kalau lihat dia juga ngerasa ini orang ganteng banget."
"Nah kan!!!!" seru Fabia membalas, "Siapa coba yang bisa nolak Mahesa Dwitama?"
"Kak Celine." celetuk Kezia pelan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Blank Space
Fanfic"Nanti telpon aja, oke?" "Telpon untuk... apa, Kak?" "Ya, kalau lo mau kita ketemu lagi. Atau... mau lihat piercing gue yang di perut?" "Hah?" Hanya ada dua hal yang paling Haura Shadina hindari di kampus. Yang pertama, Pak Sanjaya. Dosen galak yang...